Seven Second

45 6 0
                                    

Jessy berpapasan dengan Miss Diana saat didepan pintu UKS, " Jessy kamu mau kembali ke kelas?" Tanya Miss Diana. Jessy mengangguk.
" Tapi kenapa wajahmu merah sekali? Apa kamu demam? Mau Miss ambilkan obatnya? "
Jessy menggeleng, " Tidak usah Miss, ini karena saya kepanasan. " Jessy mengipas wajahnya dengan tangan.
" Tapi diluar hujan deras loh, Jess.. hayoo kamu berbohong ya, ada sesuatu antara kamu dan Mark? " Tanya Miss Diana bercanda.
" Tidak ada Miss, saya permisi. " Jessy berjalan cepat meninggalkan UKS, ia menggigit bibir bawahnya, menyesali dirinya yang tadi berharap bibir Mark akan menyentuh bibirnya. " Aku sudah gila, padahal ini baru hari pertama dan aku hampir mengacaukan rencana yang kususun selama satu tahun, baiklah aku akan menghindari pria itu mulai dari sekarang. " Jessy mengepalkan tangannya semangat.

❤️

Mark masuk ke kelas saat jam pelajaran ke 8, dia menatap bingung siapa yang duduk disebelahnya.
" Haai Brother. " Sapa Arga tersenyum lebar. Mark menyusuri seisi kelas dan menemukan Jessy duduk di bangku kedua urutan dari depan.
" Kenapa kau duduk disini? " Tanya Mark duduk di kursinya.
" Jessy ingin bertukar tempat duduk, katanya sulit melihat tulisan didepan karena itu ia meminta untuk pindah ke depan, kebetulan aku tidak rabun kayak Jessy hanya karena sering berbicara makanya aku dipindah ke depan jadi aku mau saja bertukar. Apalagi dengan Mark, pangeran sekolah. " Arga tersenyum lagi yang terkesan konyol di mata Mark.
" Gadis itu terang-terangan ingin menjauhiku sekarang. " Pikir Mark menyeringai.

" Miss..kenapa teman sebangku saya malah ditukar?? Kata Jessy pada Miss Audrey, wali kelasnya.
" Mark bilang, dia sudah bosan duduk dibelakang dan itu yang sering membuat tubuhnya sakit. " Jelas Miss Audrey.
" Tapi Miss, dia tinggi, apa tidak apa-apa yang lainnya terhalangi karena dia duduk didepan? "
" Miss sudah menanyakan pendapat mereka, dan mereka semua senang karena akan lebih sering melihat Mark, apa Jessy tidak menyukai Mark? "
" Bukannya tidak suka Miss, hanya saja..."
Miss Audrey tersenyum, " Tidak apa-apa, jika kamu lebih dekat dengan Mark pasti kamu akan akrab dengannya. " Jessy mengangguk keluar dari ruang guru dengan lesu.
" Apa kau benar-benar tidak menyukaiku? " Jessy tersentak kaget menatap Mark yang bersandar di dinding sebelah pintu ruang guru.
Jessy tidak menghiraukannya dan berjalan meninggalkan Mark, " Hei, kau mengacuhkanku? " Mark berdecih kesal berjalan disamping Jessy.
" Jangan ikuti aku, dan aku tidak menyukaimu. " Jessy berjalan lebih cepat.
" Bagian yang mana dari wajah ini yang tidak kau sukai? " Mark menghadang jalan Jessy. Banyak siswa yang menatap kearah mereka dan terpana karena baru kali ini melihat Mark mengejar seseorang.
" Haah .. aku tidak suka semua yang ada pada dirimu, minggir, semua orang melihat kita. " Jessy berjalan melewati tubuh Mark dari samping tapi Mark menahan tangannya.
" Bahkan wajah ini saja mampu melumpuhkan semua orang disini, jangan berbohong. "
" Haaah... Apa kau juga seperti ini kepada semua gadis yang tidak menyukaimu? "
" Belum, tidak ada gadis yang tidak menyukaiku. "
" Kalau begitu lepaskan tanganku, daripada mengangguku lebih baik ganggu saja orang yang menyukaimu, itu lebih baik, dasar brengsek." Jessy kembali melenggang tanpa rasa bersalah.
Mark mengepalkan tangannya, " Benar, tidak mungkin gadis kasar itu adalah Jenny. " Pikir Mark mengingat bagaimana imutnya Jenny dulu waktu menyatakan perasaanya walaupun dia menolaknya mentah-mentah. Saat itu dia tidak tahu bahwa gadis itu adalah bocah yang ditemuinya saat masih SMP. Mark baru mengetahuinya ketika kembali ke taman mencari barangnya dan menemukan buku catatan Jenny yang berisi curahan hatinya. Karena itu Mark segera berlari ke lantai 3 karena sebelum ke taman, Mark melihat Yaoumi dan teman-temannya baru saja turun dari sana. Pernyataan dari Mark lah yang membuat Yaoumi tidak dapat berkuasa lagi di sekolah yang dibiayai oleh ayahnya.

❤️

Jessy berjalan kembali ke kelasnya namun Yaoumi menghadangnya dan memintanya untuk bertemu di atap. " Dia kira aku akan menurutinya." Jessy tidak mengikuti Yaoumi dan kembali ke kelasnya.

" Mana gadis itu??!! " Yaoumi yang mengira Jessy mengikutinya berjalan terus ke atap tapi ternyata gadis itu menghiraukan perintahnya.
" Aiishh.. benar-benar harus kuberi pelajaran." Gerutu Yaoumi.
" Pelajaran apa yang mau kamu berikan Yaoumi? Kamu tidak boleh gegabah lagi. " Kata Amel khawatir.
" Mau apapun yang akan kulakukan kau hanya perlu mengikutinya, tetap seperti biasanya saja, tidak usah sok peduli padaku. " Jawab Yaoumi kesal.
" Yaoumi.. benar kata Amel, jika melakukan kesalahan yang fatal lagi kita akan kena jerat hukum." Kata Chyntia menunduk.
" Aku tidak akan membunuhnya, hanya ingin sedikit bermain saja. " Yaoumi menyalakan rokoknya, Ghea juga ikut merokok. Hanya Amel dan Chyntia yang terdiam.

" Jess..benar kabar kamu tidak menyukai Mark?? " Tanya April duduk di kursi didepan Jessy yang kebetulan kosong karena Bimo belum kembali.
" Iya Jessy kenapa kamu malah pergi duluan, kita kan bisa ke kantin bersama tadi. " Celetuk Rena.
" Aku hanya tidak menyukainya terlalu dalam tapi aku tidak membencinya dan maaf tadi aku terlalu terburu-buru ke ruang guru. " Jawab Jessy bersalah pada April dan Rena yang sudah menunggunya tadi.
" Benar, Jessy bahkan mempunyai Senior Jun sebagai kakaknya, tidak mudah meluluhkan hati Jessy yang terbiasa melihat ketampanan setiap hari. " Kata April tersenyum.
Rena mengangguk, " Bahkan aku lebih menyukai Senior Jun daripada Mark, dia ramah, baik dan tentu saja lebih dewasa. "
Jessy sedikit terkekeh, dimatanya kakaknya itu sangat kekanak-kanakan sama sekali tidak dewasa, dia sering mengerjai Jessy dan sering membuang angin ketika diruang makan. " Jika kalian mengenal kakakku kalian tidak akan berpendapat dia dewasa, kakakku sangat kekanak-kanakan. " Kata Jessy.
" Aku iri... Aku juga ingin punya kakak laki-laki." April mengerucutkan bibirnya.
" Aku juga." Tambah Rena.
" Bimo datang. " Rena menepuk pundak April untuk kembali ketempat duduk mereka. Mereka melambai pada Jessy. Jessy ikut melambai dan tersenyum tapi senyumnya memudar ketika melihat Mark masuk.

" Aku belum punya buku materi. " Bathin Jessy sambil melihat Mister Tirta menerangkan pelajaran didepan berpatok pada buku materi. Ternyata buku ini hanya dibagikan satu buku per bangku. Jessy ragu untuk berbicara pada Mark. Namun, pria itu memberikannya buku.
" Pakai saja aku tidak butuh itu. " Mark lalu kembali fokus pada guru.
" Kita pakai berdua saja. " Jessy menggeser bukunya.
" Pakai saja sendiri, bukannya kau tidak ingin berdekatan denganku. " Mark hanya menatapnya dari ujung mata.
" Kalau begitu kau pakai sendiri saja, lagipula ini milikmu." Jessy memberikan kembali buku materi tersebut.
" Apa kau juga tidak bisa menerima niat baikku hah!! Kenapa kau selalu menolak ku!!" Teriak Mark tiba-tiba yang membuat seisi kelas langsung diam.
" Kalian berdua, jika ada urusan lain daripada pelajaranku sebaiknya keluar, kalian kuhukum berdiri diluar hingga jam pelajaran saya berakhir. " Perintah Mister Tirta menatap marah pada Mark dan Jessy.

" Kenapa kau tiba-tiba berteriak?? " Tanya Jessy saat mereka sudah diluar kelas.
Mark mengedikkan bahunya acuh. " Kenapa kamu semarah itu padaku? Bahkan ini baru hari pertamaku sekolah disini tapi karena ulahnya aku harus berdiri disini selama dua jam. " Kata Jessy mengigit bibirnya.
" Sudah untung kita tidak disuruh membersihkan halaman sekolah, syukuri saja. " Kata Mark memasukkan kedua tangannya ke saku celananya lalu berjalan meninggalkan kelas.
" Heeii ...kamu mau kemana Mark?? Bukannya kita dihukum berdiri disana? " Jessy mengikuti langkah kaki Mark.
" Jika kau mau berdiri seperti orang bodoh disana silahkan tapi aku tidak dan jangan ikuti aku bukannya kau tidak ingin dekat denganku." Mark menjawab dengan kesal.
Jessy memutar matanya, " Dasar kekanak-kanakan." Namun Jessy tetap mengikuti langkah Mark.

" Apa kamu ingin keatap lagi?? " Tanya Jessy yang melihat Mark akan menaiki lantai 4. Tapi Mark tidak menjawab dan tetap berjalan. Hingga hampir sampai diatap barulah dia berbalik dan menatap Jessy.
" Jika kau ikut aku ke atap, aku tidak tahu entah apa yang aka kulakukan kepadamu nanti, jadi sebaiknya kau kembali. " Mark melangkah duluan ke atap meninggalkan Jessy yang bimbang, akhirnya ia memilih mengikuti Mark.

Love Me Again,PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang