Three Second

323 17 2
                                    

" Yes.. akhirnya aku bisa keluar dari rumah sakit, dan memulai aksi balas dendam kuu!! " sorak Jenny sambil berlari begitu baru keluar dari gerbang rumah sakit.

" Tak kusangka ternyata dibalik gadis pendiam masih tersembunyi gadis barbar begini, aku kira kau sudah berubah karena sejak masuk SMA jadi pendiam." ejek Jun.

"Apa maksud Senior,haah??? Barbar? Enggaklah.. aku hanya terlalu bahagia hari ini." kata Jenny sambil mengerucutkan bibirnya.

" Jangan sok tegar di depanku Jenny, karna aku sudah tahu bahwa saat ini kau sangat terluka." Jun menyamakan langkahnya dengan Jenny yang kini tak lagi berlari dan berjalan pelan, air matanya mulai berjatuhan.

" Menangislah, keluarkan semua kepedihanmu." Kata Jun pelan sambil meraih tangan Jenny untuk mendekat padanya dan memeluk Jenny penuh perasaan.

Awalnya Jenny terkejut dan ingin melepaskan diri dari dekapan Jun namun beban hatinya semakin menguap keluar sehingga akhirnya ia pun pasrah dan menyandarkan kepalanya di dada Jun dengan air matanya yang terus keluar tanpa henti.

" Aku tak yakin Senior Jun, apakah aku benar-benar bisa membalas dendam pada Mark atau tidak." kata Jenny sambil menangis terisak-isak.

" Aku berjanji akan selalu di sampingmu." Jun membelai rambut Jenny ,bukannya membuat tangis Jenny berhenti, kata-kata yang diucapkan Jun malah membuat tangis Jenny semakin deras.

" Hei... kapan kamu akan berhenti menangis?? " tanya Jun yang merasakan seragamnya sudah basah.

" Memangnya apa salahnya? Tadi senior juga yang menyuruhku untuk menangis, aku juga baru menangis sebentar kok." kata Jenny mengusap air matanya.

" Sebentar? Ini sudah satu jam Jenny Aurelia Marina. " ejek Jun sambil terkekeh.

" Sudah satu jam? Astaga!!! Aku harus pulang sekarang.. bus terakhir 5 menit datang.. aku harus cepat." kata Jenny panik sambil melirik jam tangan nya yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.

" Hei... biar aku antar.. rumah kakakku dekat sini jadi nanti aku akan antar kamu dengan mobil kakak ku,oke? " usul Jun.

Jenny tersenyum membentuk jarinya bentuk O, " Oke...terima kasih senior Jun. "

" Mulai sekarang panggil saja aku kakak oke??Karena kamu sudah ku anggap sebagai adikku." kata Jun tersenyum lalu berjalan duluan.

" Oke kak." Jenny tersenyum sambil menjajarkan langkahnya dengan Jun.

" Tapi Jenny sepertinya kamu tak bisa tinggal di kontrakan lagi untuk sekarang ini. " Jenny mengernyit bingung, Jun melanjutkan perkataannya, " Geng Yaoumi dan pihak sekolah pasti mencarimu kesana sebagai pilihan satu-satunya karena kamu yang keluar dari sekolah bukannya Yaoumi." jelas Jun.

Jenny mengangguk paham, " Itu benar sekali kak, lalu sekarang aku harus apa kak? " tanya Jenny.

" Tinggal saja di apartement kakakku
" usul Jun.

" Heh??Apa itu tidak berlebihan? " tanya Jenny terbebani.

" Nggak apa-apa kok, apalagi kakak perempuanku juga mau mencari teman satu apartement kok, ya katanya jika dia sendiri di apartement sangat menyedihkan baginya. "

" Menyedihkan?? "

" Ya dia kan kesepian, sampai-sampai tiap malam minggu dia selalu berdoa agar hari itu hujan deras supaya tak ada yang kencan pada malam minggu." kata Jun terbahak-bahak.

" Eehh... Kak Jun juga nggak baik menertawakan kakakmu padahal kakak kan juga jomblo." ejek Jenny sambil tertawa.

" Oohh..berani kamu sekarang ya, aku takkan mau membantu mu ya." ancam Jun sambil berpura-pura mengambek.

" Maafkan aku Kak Jun, tolong bantulah aku." kata Jenny berakting mengiba, setelah itu mereka tertawa bersama.

" Nah, kita sudah sampai, sekarang kita hanya perlu pergi ke lantai 4." kata Jun setelah mereka berdua sampai di apartemen kakak perempuan Jun yang tidak jauh dari rumah sakit tadi.

" Kamu tunggu saja disini, aku ingin mengisi buku tamu dan menelpon kakakku dulu" lanjut Jun lalu berjalan ke pos security.

Jenny mengangguk dan mendecak kagum memandang apartemen tersebut, karna apartement ini bagaimana ya mengatakannya ini terlalu mewah dan pasti biaya untuk tinggal di apartement ini sangatlah mahal, Jenny mulai merasa ragu untuk tinggal di apartement ini.

" Jenny, ayo sekarang kita ke tempat kakakku." ajak Jun tapi Jenny hanya mematung.

" Kak Jun, apa sebaiknya aku tidak usah tinggal disini? Apartementnya terlalu mewah. " tanya Jenny ragu.

" Santai saja, kakakku takkan merasa terbebani, ia akan tetap meminta uang sewanya, jadi jangan kira kamu akan hidup secara gratis, sambil sekolah kamu sepertinya harus berkerja part-time, mungkin." kata Jun seakan bisa membaca pikiran Jenny yang tak ingin menyusahkan orang lain.

" Baiklah!! Terima kasih kak Jun, aku pasti akan membalas semua kebaikanmu." Jenny bersemangat, lalu berlari ke lift mengikuti langkah Jun yang berjalan lebih dulu.

" Aku pasti akan menjaga Jenny untukmu, Darren. " bathin Jun melirik Jenny.

" Hai.. kalian sudah sampai." Seorang gadis cantik muncul begitu pintu apartement itu dibuka.

" Kak Rissa ini Jenny dan Jenny ini kakakku Marissa Swift kamu bisa memanggilnya Kak Rissa atau nenek lampir. " Kekeh Jun.

" Dasar.. adik kecilku yang nakal, bukankah sudah pernah kukatakan jangan pernah memanggilku nenek lampir. " kata Rissa pelan dan dengan cepat memukul kepala Jun sambil tertawa puas.

" Aissh... ini sakit, dasar nenek lampir." Jun memegang kepalanya sambl meringis sakit.

"Apakah aku memukulmu terlalu keras adikku, ulu.. ulu." ejek Rissa sambil mengelus pipi Jun yang langsung menghindar, lagi-lagi kakaknya itu memperlakukannya bagai bayi.

" Ya sudah kita biarkan saja dia ya Jenny, oh ya kakak sudah membawakan semua barang mu tadi dengan menggunakan jasa angkut, jadi sekarang kamu tinggal menyusun semuanya di kamarmu" kata Rissa tersenyum, menyuruh Jenny untuk masuk dan menutup pintu meninggalkan Jun yang terpaku karena ditinggal.

" Terima kasih kak Rissa, aku sangat berterima kasih atas semua ini." kata Jenny dengan mata yang berbinar.

" Dan aku telah mendengar bagaimana keadaan mu dari Jun, maka aku juga akan membantumu untuk membalaskan dendammu, serta membuat mu cantik dan elegan seperti diriku." kata Rissa tersenyum lebar.

" Terima kasih Kak Rissa." Jenny langsung memeluk Rissa.

" Sebelum itu, sebaiknya kamu mandi dulu Jenny, aku sangat tidak suka aroma telur dan sarden yang tercampur aduk ini. " Rissa menuntun Jenny kearah kamar mandi dan memberikan baju baru pada Jenny yang lagi-lagi ingin menangis. " Gadis cengeng tapi menarik. " Marissa tersenyum.

Setelah mandi, Jenny segera menyusun barang-barang di kamar yang telah disediakan oleh Marissa. Ia pun juga beres-beres oleh Marissa.

" Kenapa rambutmu seperti ini? Apa ini juga ulah remaja kurang ajar itu?" tanya Rissa prihatin melihat rambut pendek Jenny yang tergunting tak beraturan. Jenny mengangguk.

" Jangan sedih, kita rapikan ini semua dengan cepat besok dan aku akan membuatmu bersinar, Baby!! " kata Marissa tersenyum.

" Baiklah kak. " balas Jenny mengangguk senang.

" Untukmu Mark dan Yaoumi serta dayang-dayangnya, aku pasti akan membuat kalian semua menyesal." bathin Jenny kembali merapikan kamarnya.

Yesss... akhirnya story ini comeback...
Maafkan aku karna membuat kalian yang menunggu lama kelajutan cerita ini.

Semoga Kalian Menyukai Cerita Ini, dan Tetap Mendukungku Selalu

Saranghae💞

Love Me Again,PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang