Sakura berusaha menutupi kondisi matanya yang bengkak karena terlalu lama menangis. Eyeliner, concealer, primer dan produk lain ia pakai semaksimal mungkin.
"Ah!" Sakura menjadi gusar, dibuangnya semua peralatan make up diatas meja rias hingga bertebaran tak teratur di sembarang tempat. Menengok kearah jam dinding yang sekarang menunjukkan jam 8 pagi. Segera dia berberes. Naruto sudah pergi kerja saat dia masih tidur di sofa. Diraihnya jas milik sasuke yang dijadikannya selimut saat tidur, meletakkannya di hanger agar tak kusut, rencananya dia akan mencucinya di laundry karena jas itu pasti harganya sangat mahal.
Bergegas memakai kaos dan celana jeans, menghabiskan segelas susu dan sepotong roti tawar ia jepit di mulutnya sembari memakai sepatu. Setelah itu mengunci pintu. Rambutnya yang berantakan ia kuncir secara asal. Sungguh penampilan yang buruk baginya.
Dua puluh menit kemudian, dia sampai di minimarket Sunrise. Setelah memarkirkan sepedanya, dia menuju ke ruang ganti untuk mengganti kaos dengan seragam khas minimarket. Rambut merah muda ia sisir sehingga nampak rapi daripada sebelumnya. Kali ini, ia memakai aksesori kacamata berlensa bening untuk menutupi kantung mata sembabnya.
.
.
.
Tenten merasa aneh karena selama seharian ini Sakura bersikap menjadi lebih pendiam, tak banyak bicara dan tidak bisa diajak bergurau seperti sehari-hari saat bekerja. Tak mau ikut campur sebelum Sakura bercerita pada dirinya. Tenten tetap melayani pembeli seperti biasa sementara itu Sakura sibuk menata barang dan menghitung jumlah stok barang di gudang.
Lima belas menit lagi waktu jam pulang Sakura, dia menghitung lagi satu demi satu jenis barang dan melaporkannya pada teman kerja yang lain. Sakura bersandar pada dinding gudang, matanya mengarah pada ventilasi yang membiarkan secercah cahaya matahari masuk.
Kesedihan yang mendalam begitu dirasakan tatkala rumah tangganya dilanda ujian. Ada orang ketiga serta ketidakpercayaan lagi pada suaminya. Apakah ia akan menjalani hidup seperti ini terus? Tekanan batin dan mental yang teramat dalam.
"Hmph,,aku harus pulang," dia berkata sambil tak menunjukkan semangat, apakah betul-betul akan pulang ke rumah dan bertemu lagi dengan Naruto.
.
."Aku membeli ini," ujar Sakura sambil menyodorkan Bento dan sebotol air mineral ke Tenten.
"Hanya 1?" tanya Tenten. "kau tak belanja sesuatu untuk makan malam?"
"Tidak, aku sedang malas untuk memasak."
"Oh, baiklah." jawab Tenten
Selepas itu Sakura meletakkan barangnya di keranjang sepeda, dia melaju pelan sembari menikmati hembusan angin sore. Kebetulan hari ini tidak hujan. Arah yang dia ambil berkebalikan dengan arah pulang, dia ingin menyendiri di sebuah tempat.
.
.
.
"Hei, sayangku, bagaimana kalau malam ini kita minum di bar?" ucap Mei Terumi saat duduk bersebelahan di kantor, saat ini ruangan mereka sedang sepi.
"Sudah kukatakan padamu agar tak menggangguku lagi. Pergilah." jawab Naruto dengan ketus
"Ahh~, jadi kau menolakku?" suara Mei Terumi menjadi manja. "Kau lebih memilih istrimu yang buruk rupa ternyata."
"Hentikan celotehanmu itu, Mei. Dia tak seburuk itu, kau tak mengerti apa-apa. Hatinya lebih lembut daripada kau." Bunyi kursi berdecit, Naruto menggeser kursi dan beranjak pergi.
Menghela napas panjang saat berada di toilet. Menyesali apa yang dia perbuat tadi malam pada Sakura. Tak seharusnya dia melakukan KDRT, tapi ada sebongkah rasa cemburu saat mengetahui dia bersama dengan pria lain. Naruto meyakini kalau istrinya itu adalah perempuan setia dan tidak akan berbuat macam-macam. Tidak seperti dirinya yang sudah berbuat tak senonoh dengan wanita lain. Saat dia pulang nanti, dia akan meminta maaf lagi ke Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marital Affair
RomancePLOT : Cerita romansa benar-benar terjadi bahkan ketika sudah menikah. Degupan jantung kian kencang saat berhubungan dengan orang selain pasangannya. . Sakura Uzumaki, seorang ibu rumah tangga yang bekerja part time sebagai kasir di sebuah minimark...