04

9 3 0
                                    

Untuk bab ini aku udah kerahin semua rasa emosi yang membumbuh tinggi!

Semoga feelnya dapat!

And selamat membaca!!

💮

Rediska masih saja menangis tersedu sedu. Ia lelah, hancur. Semua impiannya seakan hilang tanpa ingin digapai lagi. Bagaimana ia tersudut disisi dinding, begitulah terpuruk dia.

Ia bukan lagi perempuan yang kuat....

Dan perempuan yang bisa menjaga diri dengan baik seperti pesan ibunya.

Semuanya telah gagal ia jaga.

Ia sekarang malah menatap balasan dari paman Han.

Paman Han                                                      Me

Paman!
Aku tidak bisa masuk!
Maaf mendadak, tapi sepertinya
aku butuh waktu untuk persiapan
pendaftaran perguruan tinggi!
Aku meminta izin cuti, namun
tak tau sampai kapan!
Jika memang paman tak
bisa mamakluminya
paman bisa memecatku!


Oh tak mengapa nak!
Semangatlah!
Kami disini akan menunggumu
kembali!
Semoga berhasil!

Rediska berdecih. Campus, perguruan tinggi! Itu hanya dijadikan alasan semata. Nyatanya ia saja tak ingin  keluar untuk menghirup udara segar.

Ia sudah terlalu lelah menghadapi kenyataan yang terjadi.

Ia hanya bisa menangis, berteriak dan meratapi nasibnya yang begitu sial!

💮

Langkah kecil kecil itu terus menapaki trotoar. Ia terus menunduk, menyembunyikan wajah manisnya disebalik masker hitam.

Tudung jaketnya pun ikut andil menyembunyikan wajah dan kepalanya. Jujur, ia terlalu malas untuk mengangkat kepalanya menatap kedepan.

Pegangannya pada sebuah kresek berisi beberapa bungkus mie instan, sosis, nugget, dan beberapa minuman soda sesekali hampir terjatuh. Ia lesu karena belakang ini mengomsumsi malanan yang tidak bernutrisi, hanya berperan untuk mengenyangkan perutnya yang kelaparan.

Sudah hampir dua minggu ia seperti ini. Hanya keluar guna membeli makanan. Lalu kembali mengurung diri dikamar.

Pagi sekedar memakan roti, siang pun jika nafsu ia makan kalau tidak ya perutnya keroncongan.

Ia merasa hidupnya sudah tak bisa dijabarkan lagi setelah kejadian itu. Ia hancur tanpa ada penyokong untuk bangkit.
Bayangan kejadian malam itu lagi lagi membuat air matanya jatuh.

Ia juga merasa tak becus menjaga dirinya sendiri.

Ia ingin bangkit namun tak tau kapan itu....

💮

Reinhard berjalan bersisian dengan Leo. Urusan mereka telah selesai. Dan inilah saatnya ia pulang dan menyelesaikan masalah satunya.

DON'T HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang