「 Dört 」

1.5K 188 15
                                    

Jangan lupa vote dan komennya juseyoo 💙💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote dan komennya juseyoo 💙💙💙

•••

Haruto membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Hari ini adalah hari yang paling melelahkan yang pernah dia alami.

Dimulai dari Jeongwoo yang tiba-tiba datang dan langsung memukulnya dengan membabi buta tanpa alasan jelas, padahal Haruto ingat jelas jika sedari tadi pagi dia bahkan belum menjahili pemuda manis itu. Dan yang kedua adalah kejadian di mana mate nya sendiri yang me-reject dirinya padahal mereka sebelumnya tidak pernah bertemu.

"Mama kira kira mau jodohin gue sama siapa ya? Dia mirip kaya Jeongwoo nggak ya?" Gumam Haruto sambil tersenyum senyum sendiri.

Iyap bisa kalian tebak motif dari Haruto yang selalu mengganggu seorang Park Jeongwoo bahkan bersaing secara kekanakan. Tentu saja alasannya tidak lain dan bukan adalah karena dia menyukai Jeongwoo namun saat tahu jika Jeongwoo itu seorang Haruto phobia karena saat bertemu namja tampan itu Jeongwoo selalu putar balik dengan wajah masamnya, Haruto jadi tidak bisa mengungkapkan perasaannya secara gamblang dan jadilah dia yang selalu mencari cari masalah pada Jeongwoo hanya agar bisa berdekatan dengan pria manis itu.

Namun langkah yang Haruto ambil sepertinya sangat salah karena terbukti jika pemuda manis itu akhirnya malah membenci Haruto dan sekarang kenyataan kembali menamparnya karena orang dia harapkan untuk menjadi mate-nya malah memiliki status yang sama sepertinya.

"Gue mikir apa sih anjir?! Ini kayanya efek pelet Jeongwoo masih ada deh di gue makanya alih alih mikirin mate gue yang nolak gue, gue justru malah mikirin Jeongwoo. Udah gila emang," bisik Haruto pelan dengan menggelengkan kepalanya.

Sedang sibuk dengan pemikirannya tiba tiba saja ponsel miliknya berdering. Nama Junkyu langsung terpampang di layar ponsel miliknya.

"Halo? Kenapa? Baru juga tadi perasaan gue balik, lu udah nelepon gue aja," Haruto memutar bola matanya malas.

"Turun nggak Har malam ini? Anak anak pada nanyain nih, taruhannya lumayan lah."

"Males gue, siapa emang lawannya?" Tanya Haruto tanpa minat, Junkyu itu suka mendadak sekali kalau mengabarkan soal balapan. Mending kalau Haruto nya lagi mood mah di gas aja tapi kalau sekarang dia tuh lagi galau dikit, kayanya bakal skip dulu buat balapan.

"Lu kalau denger ini pasti langsung gas sih buat turun ke arena kalau kata gue mah. Coba tebak siapa lawan lu?"

Haruto berdecak sebal, namun sedetik kemudian maniknya membulat ketika sebuah nama terlintas di pikirannya.

"Jeongwoo?! Hari ini dia yang turun?" Tebak Haruto

'Tepat sekali. Jadi ... Lu mau turun nggak nih? Biasanya lu paling semangat kalau lawan main lu si doi' ucap Junkyu yang dapat di bayangkan oleh Haruto jika pemuda itu saat ini tengah menaikkan sebelah alisnya menggoda Haruto yang pastinya tidak akan menyia nyiakan kesempatan untuk bertemu sang pujaan hati.

"Okelah, siapin aja taruhan buat gue nya. Gue izin dulu ke mama Sahi, doain aja ya dia ngizinin," ucap Haruto

'Udah gila emang! Mau balapan aja pakai izin segala, kenapa nggak sekalian minta doa aja Har biar lu menang gitu hahaha' Junkyu tertawa puas.

"Yee nggak papa, restu orang tua itu adalah doa. Dah ya gue tutup telponnya." Ucap Haruto yang langsung menutup panggilan itu bahkan sebelum Junkyu meresponnya.

'Jeongwoo mungkin ini terakhir kalinya kita bertemu, karena ya ... Aku tidak akan mengganggu mu lagi setelah ini' batin Haruto seraya tersenyum sedih.

•••

Jeongwoo kabur dari rumahnya. Ah tidak kabur juga sih, dia cuma pergi diam diam melalui jendela. Tujuannya hanya satu, menenangkan pikirannya yang kacau karena satu orang yang menjadi mate nya itu, dan cara Jeongwoo menenangkan pikirannya adalah dengan mengikuti sebuah balapan.

Dia akan meluapkan emosinya di atas aspal arena balap. Dengan motor putih kesayangannya itu Jeongwoo melaju dengan kecepatan di atas rata rata. Di arena ternyata sudah ada Junghwan yang menunggunya.

"Jeongwoo! Gue kira lu nggak akan datang, padahal gue udah siap buat gantiin lu balapan ini," ucap Junghwan

"Lah kenapa gue harus nggak datang? Datang lah gue! Bosen di rumah mending ke arena buat balapan ya kan? Lu udah cantumin taruhannya?"

"Udah santai aja, tapi Woo lawan lu itu ... Haruto," bisik Junghwan membuat Jeongwoo menoleh dengan cepat seketika itu juga ke arahnya.

Melihat raut wajah Jeongwoo yang seketika berubah menjadi datar membuat Junghwan tahu, jika dia salah memberitahukan sahabatnya itu. Dan dengan inisiatifnya Junghwan kembali berbicara.

"Lu tetep mau turun atau gue yang gantiin aja Woo? Sumpah ya terakhir kali lu balapan sama dia kalian berdua malah berakhir di rumah sakit, trauma gue tuh Woo," ucap Junghwan was was.

Perkataannya itu tidak sepenuhnya salah kok, beberapa bulan yang lalu Jeongwoo juga sempat balapan melawan Haruto dan setelahnya mereka malah berkelahi hingga masuk rumah sakit.

Jeongwoo terkekeh sinis, "Tenang aja, kejadian dulu nggak akan terulang lagi dan satu yang harus lu ingat Hwan, sahabat lu ini bukan pengecut. Gue bakal tetep turun walaupun itu artinya gue harus ngelawan Haruto!"

•••

"Siap?!!! Tiga!!! Dua!!! Satu!!"

Motor dari Jeongwoo dan Haruto langsung melesat dengan kecepatan tinggi tepat setelah hitungan mundur itu selesai diucapkan. Kedua motor itu melaju dengan sangat cepat dan saling bersaing satu sama lain.

"Gue nggak boleh kalah dari lu Haruto! Nggak boleh pokoknya," Jeongwoo bertekad kuat dia menambah kecepatan motornya.

Namun konsentrasi Jeongwoo harus terbuyarkan saat sebuah suara asing yang tidak pernah dia dengar sebelumnya terdengar jelas di telinganya kini. Berulang kali mengatakan kalimat yang sama sampai membuat Jeongwoo kehilangan fokus.

'Mate ... Mate kita Jewu! Dia di sini'

Jeongwoo mengernyit tidak suka, dia mencoba kembali memfokuskan diri dan mengejar Haruto yang sudah berada di depannya. Namun sekali lagi suara misterius yang berbisik di telinganya itu kembali terdengar dan kini sukses membuat Jeongwoo mengendurkan kecepatan motornya dan tanpa sadar hal itu di manfaatkan Haruto untuk lebih cepat sampai garis finish.

Jeongwoo tidak kuat mendengar suara orang orang yang menyerukan kemenangan Haruto. Dia memilih pergi menghampiri Junghwan.

"Lu nggak papa Woo?"

Yang di tanya terkekeh sinis, "Bohong kalau gue bilang gue baik baik aja Hwan. Lu sama mama gue sebenernya tahu kan kalau tanda mate yang gue dapetin itu mirip sama tanda yang punya Haruto? Lu kenapa nyembunyiin ini dari gue Hwan? Kenapa lu nggak bilang sedari awal kalau Haruto itu adalah mate gue, setidaknya kalau lu bilang dia mate gue mungkin gue nggak akan se-kecewa ini karena gue kaya orang bodoh yang nggak tahu siapa mate gue,"

"Apa?!! Jadi kamu mate aku Park Jeongwoo?!!"

Bukan Junghwan yang menyahut, melainkan Haruto yang secara tidak sengaja mendengar pembicaraan Jeongwoo dengan sahabatnya itu saat akan mencari Jeongwoo untuk meminta maaf. Namun Haruto malah menemui sesuatu hal yang menarik di sini.

Jeongwoo menoleh, kilat kebencian terpancar di matanya saat menatap Haruto.

"Lo salah denger. Bukan, gue bukan mate lu!"

🦋T🐺B🐺C🦋

Saatus「 Hajeongwoo 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang