「 Altı 」

1.7K 175 7
                                    

Ting tong ~~~

Pagi pagi Yedam yang sedang memasak untuk sarapan langsung menghentikan acara masaknya, dia mematikan kompor lalu berjalan untuk membukakan pintunya. Pagi pagi begini khususnya hari ini para pekerja di rumahnya memang tidak datang karena perintah Yedam.

"Loh kalian? Kepagian banget datangnya, ayo masuk masuk!" Ucap Yedam mempersilahkan tamunya itu untuk masuk, meskipun dia sedikit terkejut tadi karena tamunya itu datang lebih awal daripada waktu yang di tentukan semalam.

'Haduh mana Jeongwoo belum bangun lagi, pagi pagi banget ini calon besan datangnya' batin Yedam

"Silahkan duduk, biar aku panggilkan Doyoung terlebih dahulu." ucap Yedam mempersilahkan keluarga dari Asahi dan Jaehyuk itu untuk duduk di ruang tamu mereka.

Haruto sibuk menatap ke sekeliling rumah dari Yedam. Rumahnya beda sekali dengan rumah milik Jaehyuk papanya yang lebih dominan warna hitam dan putih bahkan untuk ruang keluarganya sekalipun.

'Saat datang aku tidak melihatnya ... Dimana Jeongwoo? Dia tidak kabur kan karena tahu keluargaku akan datang ke rumahnya pagi ini?' batin Haruto bertanya tanya.

'Bodoh! Tentu saja dia tidak akan kabur, pemikiranmu itu bodoh sekali. Pantas saja Jeongwoo menolakmu sebagai mate-nya, untung saja Justin tidak menolakku' ucap sebuah suara menyahuti Haruto di dalam hati.

Pemuda tampan itu melotot terkejut dan lantas dia menoleh ke segala arah untuk mencari asal suara itu. Kemudian Haruto menatap curiga pada mama, iya mama Asahi di curigai Haruto karena lelaki itu berkesimpulan jika yang berani berkata kasar dan terang terangan mengatainya bodoh hanyalah sang mama tercinta.

"Apa lihat lihat mama kaya gitu?!" Asahi nyolot ketika anaknya menatapnya dengan tatapan curiga.

"Mama yang tadi ngomong samaku lewat pikiran ya?!"

"Mana ada? Sedari tadi saja mama sibuk ngobrol sama papa kamu. Mungkin yang ngomong itu wolf kamu, gimana sih masa nggak ngenalin wolf kamu sendiri?!" Asahi berujar sarkas

Haruto terdiam, dia memikirkan ucapan mamanya barusan, "Tapi ma ... Travis itu sudah lama tidak muncul, tidak mungkin jika itu dia yang berbicara pada Ruto."

'Ya gue malas aja ngomong sama lu anjir! Tapi gue masih ada di sini, di dalam tubuh lu. Sembarangan aja tu pikiran lu ngira gue ilang!'

'Ya habisnya lu nggak pernah muncul lagi semenjak coming age waktu itu' Haruto membela diri sekaligus mengakhiri percakapan keduanya saat Yedam yang tadi bilang mau memanggil suaminya kini sudah datang bersama dengan Doyoung.

Kening Haruto berkerut bingung, dia melirik lirik ke arah belakang Yedam. Mencari seseorang yang belakangan ini membuat hatinya resah.

"Kamu nyari siapa sih? Matanya nggak bisa diem banget dari tadi lirik lirik," Asahi yang kebetulan melihat tingkah aneh anaknya itu pun berbisik untuk menanyakan.

"Jeongwoo mana Tante?" Haruto tiba-tiba ber celetuk dengan suara yang cukup keras, menjawab pertanyaan dari Asahi sekaligus bertanya pada pria manis yang menjadi suami dari Park Doyoung itu.

"Kenapa tanya tanya anak saya?"

Bukan, itu bukan Yedam yang menjawab. Melainkan Doyoung yang kini menatap Haruto dengan memicing tajam. Yedam langsung saja menyenggol pelan lengan suaminya itu.

"Lho papa ini gimana sih? Udah jelas Haruto nanyain calon pasangannya lah!" Yedam menyentak galak, pasalnya tatapan Doyoung kepada calon menantunya itu cukup menyebalkan, terlalu mengintimidasi dengan pertanyaan barusan.

Kini Yedam beralih pada Haruto, menatap calon menantunya itu dengan tersenyum manis, "Jewu masih ada di kamarnya nak, dia masih tidur. Nak Ruto mau membangunkan nya tidak?"

Doyoung seketika melotot mendengar pertanyaan yang lebih mengarah pada tawaran kepada Haruto itu. Lelaki dengan umur hampir 40 tahun itu mencoba memelototi Haruto kembali, mengkode agar yang lebih muda menolak penawaran dari istrinya.

Namun sayang, Haruto malah menyeringai ke arahnya lalu menjawab, "Baiklah Tante,  di mana kamarnya? Biar aku yang menyusul untuk membangunkannya."

'Bocah tengik sialan! Dia pasti mau cari cari kesempatan pada putra manisku' batin Doyoung sensi

"Kamarnya di atas, pintu yang catnya warna biru. Jangan panggil Tante dong, panggil mama aja, bentar lagi kan ruto juga jadi menantu mama Yedam,"

Haruto hanya merespon dengan senyuman, jujur dia merasa bahagia sekarang. Setidaknya dia mendapat restu dari orang tuanya Jeongwoo walaupun terlihat jika Doyoung setengah hati merestuinya.

•••

Haruto berdiri tepat di depan sebuah kamar dengan pintu bercat biru. Persis yang di katakan Yedam sebelumnya. Dari luar penciumannya bahkan sudah bisa mencium aroma manis dari vanila dan marshmellow. Aroma mate-nya.

Haruto membuka pintunya, kebetulan sekali pintu itu tidak di kunci. Dia langsung masuk, keningnya berkerut saat aroma manis itu semakin menguat dan terasa tajam di penciumannya. Tersenyum simpul saat sosok yang di carinya berada di balik gundukan selimut yang tebal itu.

Haruto mendekat, tangan itu terulur untuk membuka selimut yang menutupi wajah Jeongwoo.

"Manis, my little wolfy," gumam Haruto tanpa sadar tangannya terulur untuk mengusap pipi yang sedikit berisi itu.

Tidak sadar jika jarak antara wajah keduanya cukup dekat, dan Jeongwoo tiba tiba saja melakukan pergerakan hingga membuat Haruto yang oleng pun terjatuh tepat di atas tubuh lelaki manis itu.

"Astaga jantung gue," gumam Haruto, dia mencoba bangun namun tiba tiba saja tangan Jeongwoo malah memeluknya.

"Mmhh hangat," Jeongwoo berbicara tidak jelas dengan mata yang masih tertutup.

"Njirr gue di kira guling, tapi nggak papa deh yang penting gue di peluk si manis," Haruto menyengir setelahnya, tidak ingin menyia nyiakan kesempatan, lelaki itu membalas pelukan Jeongwoo namun tiba tiba saja ....

Mata Jeongwoo yang tadinya tertutup sontak terbuka saat hidungnya mencium aroma asing khas milik alpha juga yang ada di kamarnya. Betapa terkejutnya Jeongwoo saat membuka matanya yang di lihat adalah Haruto dengan cengiran khasnya yang kini tengah menatap ke arahnya.

"AAAAAAA NGAPAIN LU ADA DI SINI?!!"

BRUK

"Aduh! Pinggang gue!" Rintih Haruto sambil memegangi pinggangnya, bisa di bayangkan bukan jika Jeongwoo baru saja teriak di susul dengan tendangan maut nya yang membuat Haruto jatuh dan menyingkir dari atas tubuhnya.

Jeongwoo tidak memperdulikan keluhan Haruto tentang pinggangnya, dia langsung saja terduduk dengan tatapan mata tajam menatap ke arah Haruto.

"Lo! Lo ngapain ada di kamar gue?!! Lu nyusup ke kamar gue Haruto. Watanabe?" Jeongwoo berbicara dengan penuh penekanan dan tatapan tajam yang masih setia dia layangkan.

"Enak aja! Jangan asal nuduh! Gue cuma mau bangunin lu aja,"

"Terus kenapa lu ada di atas badan gue? Lu mau berbuat mesum kan? Ngaku!" Jeongwoo memicing galak.

"Ngaku apa sih astaga! Orang lu yang narik tangan gue bahkan lu yang meluk gue tadi," Haruto sedikit berbohong namun sepertinya hal itu berhasil membuat Jeongwoo terdiam dan tatapan matanya sudah tidak memicing tajam lagi.

'J-jadi ... Gue yang meluk Haruto duluan?' batin Jeongwoo syok

🦋T🐺B🐺C🦋

Saatus「 Hajeongwoo 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang