Cast : Heeseung
Heeseung baru saja sampai di apartemennya. Ia baru pulang dari kerja paruh waktu di sebuah indomaret.
Ia yang berniat ke kamar apartemennya lewat tangga harus berhenti melihat tanda yang menandakan tangga sedang di perbaiki akibat gempa semalam yang membuat tangga itu sedikit jatuh.
"Pak, apakah perbaikkan tangganya masih lama?". Heeseung berujar kepada salah satu petugas konstruksi yang sedang melintas didepannya.
"Iya dek, kalo anda ingin segera ke apartment. Anda bisa menaiki liftnya, soalnya memerlukan sekitar 2 jam untuk memperbaiki tangganya".
Heeseung yang mendengarnya lantas menggangguk dan berjalan pergi menuju lift. Ia berhenti didepan lift tanpa ada niatan untuk masuk hingga seseoorang menepuk pundaknya dari belakang.
"Kenapa anda berdiri disini? Tidak ingin masuk?".
"Ahh iya".
Heeseung langsung masuk dengan seorang pria yang mengajak bicara tadi.
"Dimana lantai apartemen anda?". Ucap pria itu kepada Heeseung yang akan memencet tombol lift.
"Saya berada di lantai 5".
"Wahh kebetulan sekali saya juga berada di apartemen nomor 5".
"Benarkah? Apa anda penghuni baru disini? Karena saya tidak pernah melihat anda sebelumnya". Ujar Heeseung kepada sang pria yang bersamanya dalam lift.
"Iya, saya hanya menyewa sebentar untuk beristirahat".
Pria itu memencet tombol angka 5 dan lift seketika melaju. Dada Heeseung rasanya ingin copot, ia tidak pernah menaiki lift karena teringat traumanya dulu. Walaupun ia terlihat biasa saja tapi tidak memungkiri dirinya yang selalu menghela napas kecil sembari menenangkan diri.
Pria yang berada di belakang Heeseung mengeluarkan sesuatu dari dalam balik jaketnya. Heeseung yang sedang memandang ke depan tidak sengaja melihat pria itu yang membawa sebuah pisau dapur di tangannya lewat bayangan di cermin lift.
Heeseung tidak bergerak, hingga suara pria itu memasuki pendengaran Heeseung.
"Apa yang akan anda pilih jika mendapatkan sebuah kartu merah dan biru?".
Pertanyaan aneh, apa yang pria itu bicarakan?. Karena ketakutannya yang memandang tangan sang pria itu, Heeseung lantas menjawab warna merah, karena itu adalah warna kesukaannya.
"Kertas merah, aku akan memilih kertas merah".
Dengan secepat kilat tubuh Heeseung terdorong ke depan dengan tubuhnya yang sudah berlumuran darah, pria itu mencabik-cabik Heeseung dari belakang.
"Warna merah, warna darah. Karena kau memilihnya, aku akan mengabulkannya".
Seketika lift yang di tumpangi Heeseung di penuhi oleh noda berwarna merah yang di yakini adalah warna darah dari Heeseung yang sedang di cabik oleh pria yang berada di belakang Heeseung.
Heeseung sendiri sudah jatuh terduduk di lift dengan pisau yang sudah menancap tepat di jantungnya. Dan badannya yang sudah berlumuran banyak darah segar serta pakaiannya yang sudah berwarna merah pekat.
Pintu lift seketika terbuka, pria itu cepat-cepat pergi dari dalam lift dan menghilang entah kemana.
Keesokan harinya, datang para polisi yang mendapat berita bahwa terjadi pembunuhan di dalam lift sebuah apartemen yang di ketahui korban tersebut bernama Heeseung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enhypen Horor Story || On Going
Fiksi PenggemarShort story [ Kumpulan cerita pendek bernuansa horor Enhypen ] ⚠️cerita murni imajinasi sendiri dan dari beberapa sumber. cr by pinterest up sesuai mood dan ketika senggang