Bagian; 7 ˢᵃⁿᵉˢ

546 94 39
                                    

(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

...

we alah, tiwas baper
jebule mung mak sliwer
klutik~

"Jual mahal goblok!! lu boleh perhatian tapi jangan keseringan,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jual mahal goblok!! lu boleh perhatian tapi jangan keseringan,"

"Yo ndak bisa, dia itu separuh nafasku,"

"Halah taikkk! nafas lu bau dugong!,"

"Weee ngawur cangkemmu!"

"Ingettt, batasin semua bentuk pesan apapun, kalo itu mempan, rencana kedepannya makin terang."

Meru mainin polpennya gabut sambil liatin hawa mendung siang gini, adem enak banget kalo buat nenangin pikiran, apalagi mulai gerimis.

"Widih, ada kokoh muda nih, tumben jam segini masih disini lu? kaga istirahat?," Sania, Kakak perempuan keduanya.

"Lagi males aja," Jawab Meru cuek, mending ngecek apa aja barang yang keluar hari ini, kalo nanggepin Mbaknya ini pasti dia kena jail.

"Lu tadi dicariin Mpok Amin, mau dikawinin sama Sona," Meru kerutin dahinya,

"Iye Sona," Sania coba yakinin Meru yang keliatan bingung,

"Sona yang kecil item itu?." Tanya Meru memastikan.

"Iye, yang belang, dia kan betina,"

"Yeuu jancok,"

"NGAHAHAHAHHAA," Sania masuk kedalem sebelumnya dia acak rambut adik lakinya itu.

Meru cuma ngelirik ngasih bombastis side eyes, lalu dia cek hpnya, disana masih ada pesan dari Mila yang belum dia baca.

Ndak segampang itu mengabaikan kamu Mil, Meru menghela nafas. Mutusin buat nyari udara segar,

"Mbak! aku keluar dulu,"

Karena mendung Meru bawa sedan punya Sania aja, niatnya nyari makanan, eh pas banget lewatin restorannya Mila, pengen mampir tapi gengsi. Dia lewatin aja dengan berat hati.

𝐓𝐄𝐓𝐄𝐆 𝐀𝐓𝐈 ᴳˢ⁻ᵀᴬᴹᴬᵀ ; ʜᴇᴇꜱᴜɴ - ꜱᴜɴᴊᴀʏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang