8 ≠ Hug

82 9 0
                                    

*Suho POV

Nyesel gue mah udah asal ceplos waktu itu. Sekarang gue jadi jauh lagi sama Irene. Tiap ketemu dia selalu pergi duluan. Chat gue juga gak pernah di bales. Jangankan di bales, dibaca juga nggak alias gak centang biru cuy.

Tai tai tai!

Eh, baru aja gue omongin itu anak muncul. Gue niat mau ikutin diem-diem, soalnya kalau gue sapa jelas banget dia lari. Sebel kan.

Bugh!

"Irene!!!"

Irene tiba-tiba aja pingsan. Gue tepuk pipinya namun gak ada reaksi apapun. Badannya lumayan anget. Gue langsung gendong ala bride style ke mobil gue, niat mau gue bawa klinik.

"Mba tolong pacar- eh temen saya ya!"

Bisa aja ini mulut. Irene terus dibawa sama perawat di klinik. Gue nunggu sambil jantung gue dagdigdug. Semoga Irene baik-baik aja.

Selang 5 menit dokter mengecek, katanya, "Mba Irene baik-baik aja, Mas. Tapi perlu banyak istirahat karena darahnya cukup rendah. Saya buatkan obat dulu. Sore nanti sudah bisa pulang ya."

"Makasih banyak Pak Dokter."

Gue langsung masuk UGD. Irene masih terpejam. Gue beranikan genggam tangannya.

"Ren, akhir-akhir ini lo kenapa sih? Capek banget ya? Tugas banyak? Atau lo mikirin apa sampai pingsan kayak tadi? Gue khawatir Ren, apalagi lo pingsan depan gue. Maafin gue ya udah nyakitin lo selama ini. Gue masih sayang lo Ren. Gedeee banget sayang gue kalo lo mau tau."

Gue terkekeh. Cukup geli juga. Gue pastiin kalau Irene denger dah di geplak gue sama dia.

Sambil gue elus tangannya, gue telfon besti Irene. Reaksi mereka kaget, tapi gue bilang, "Tunggu di apart Irene aja ntar, aman kok sama gue."

"Eummm!"

"Irene!"

Senyum gue terangkat begitu Irene buka mata. Dia masih diem liatin gue. Mungkin bingung kenapa ada gue disini.

"HUAAHHH!"

Sial, malah teriak.

"LO APAIN GUE?!"

Wah mantan ngeselin. Baru aja gue tolong lo nuduh gue ya. "Ini di klinik Ren, jangan teriak-teriak."

"Hah? Gue kenapa?"

"Lo pingsan di koridor. Dan gue yang kebetulan liat lo trus bawa kesini."

Irene diem. Gue kembali duduk trus coba elus tangannya. "Kata dokter tadi darah lo rendah. Lo harus istirahat yang banyak."

Liat dia cuma diem gue beranikan diri nyenderin punggungnya agar rebahan. "Mikirin apa sih. Gue tulus nolongin lo, gak usah mikir aneh-aneh."

Irene menggeleng. Tiba-tiba aja air matanya turun. Gue auto panik. "Lo kenapa Ren? Hei jangan nangis."

"Gue nggak nangis."

Hebat emang cewek tuh. Liat katanya gak nangis tapi makin deres. Gue coba duduk di ranjangnya pelan-pelan, takut tiba-tiba dorong gue. Gak ada penolakan gue majuin badan terus peluk Irene.

Gak taunya dia malah balas pelukan gue erat. Nangisnya makin kenceng juga bikin gue tambah panik. Gue elus punggung sampai kepalanya. Dan sekitar 1 menit kami diam berpelukan.

"Makasih ya Ho." Irene lepas pelukannya.

Gue cuma ngangguk, meski bingung banget ini cewek kenapa. Kalau gue tanya ntar pasti gak mau dijawab.

"Lo istirahat ya. Gue cari makan di luar."

Irene ngagguk dan balik tiduran. Tatapannya masih sedih gitu. Gue buru-buru keluar cari makan seadanya.

∞∞∞

Jam sudah menunjuk angka 4, dan sudah 2 jam gue sama Irene di klinik. Sekarang kami sedang di mobil menuju apart Irene.

"Ren,"
"Ho,"

Ampun, barengan lagi!

"Duluan," kata Irene.

"Lo tadi kenapa kalau gue boleh tau? Tapi gak dijawab juga gak papa kok."

Helaan napasnya kuat. "Gue mau bilang ini juga ke lo."

Wah, udah mau saling terbuka lagi nih.

"Iya, kenapa?"

"Gue cuma sedih sama diri gue. Gue lemah banget. Tiap sakit tuh gue usahain semuanya sendiri. Gue gak mau ngrepotin temen-temen gue. Tiap tante telfon gue selalu bilang I'm fine. Gue kalau lo tanya juga jawabnya bakal sama. Tapi hari ini lo udah tau semuanya, gue sakit, gue lemah, gue.... Maaf ya ngrepotin lo. Kalau bisa lo gak usah bilang ke temen-temen gue Ho."

Gue speechless banget denger Irene curhat. Ternyata memang cewek tegar itu cuma topeng. Yang gue tau dari dulu Irene selalu ceria, mana pernah gue liat dia nangis kecuali kalo lagi nonton K-drama. Dan sekarang dia confess perasaan sebenarnya, ya mana bisa gue gak pingin meluk dia.

"Kok berhenti?"

"Ren,"

Gue majuin badan buat peluk Irene. Persetan kalau nanti gue di dorong atau di pukuli.

"Ren, gue seneng lo curhat sama gue. Gue cuma bisa kasih kekuatan lewat pelukan ini. Jujur gue gak tau mau bales apaan Ren. I feel sorry ya."

Kepala Irene mengagguk, gak lama terus lingkarin tangan ke punggung gue. Irene bales pelukan gue.

"Thank you. Your hug is my favorite sign."

ANJAY IRENEEEE!!!

GUE BAPER!!!

MAMPUS!!!

∞∞∞

OMG duo mantan ini😭 balikan sonooo dah xixiii

Tbc❤️

Ex, I Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang