Hari ini adalah hari kedua ospek yang akan dilalui oleh Aldeika. Setelah semua tugas-tugasnya semalam dibuat oleh abangnya, dia merasa tenang. Tapi, pagi ini agak sedikit ribut antara Aven dan Aldei, lantaran Aldei yang merengek meminta maaf karena tidak mengerjakan tugasnya. Sementara, Aven sendiri tidak mempersalahkan itu dan bersikap santai justru membuat Aldei semakin merasa bersalah.
Flashback on!
Aldeika bangun dengan perasaan yang gembira. Bagaimana tidak? Semalam dia diperbolehkan makan dua eskrim oleh abangnya. Dia segera sholat shubuh dan bersiap-siap menuju sekolah. Hari ini sudah memasuki hari kedua ospek.
Aldeika bersenandung kecil. Sebelum memakai jilbab, dia mengecek tas dan tugasnya terlebih dahulu. Setelah itu barulah memakai jilbabnya. Aldei ke sekolah hanya menggunakan pelembab, sunscreen, dan bedak tabur. Jangan lupa lipbalm agar bibir tidak kering.
Namun, saat ingin keluar kamar. Dia tiba-tiba teringat sesuatu. Ya! Semalam yang mengerjakan tugasnya hanya abangnya. Dia sama sekali tidak membantu. Astaghfirullah! Apakah abang nya akan marah?
"Astaghfirullah, abang kira-kira marah ga ya? Aldei takut. Gimana kalau abang ngomel? " dia bermonolog sendiri cukup lama. Akhirnya menyerah dan menghampiri abangnya itu ke kamar.
Dia berjalan pelan keluar kamar dan bergegas menuju kamar abangnya. Tepat di sebelah kamar Aldeika. Saat sampai di depan kamar abangnya, Aldeika mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Assalamu'alaikum abang? Abang di dalem ga? "
"Wa'alaikumussalam adek, ada, masuk aja dek. Pintunya ga abang kunci. "
Aldei bergegas membuka pintu kamar abangnya. Dan membanting cukup keras. Aven yang sedang merapikan seragam tentu saja kaget.
"Astaghfirullah! Adek? Kenapa? Ada apa? "
"Maaf abang. " Aldei berucap saat sudah duduk di tepi kasur Aven, tak lupa kepalanya yang menunduk.
"Hey? Cantik minta maaf kenapa nih? " tanya abangnya dengan lembut, namun masih fokus dengan penampilannya.
"Maafin, semalam Al nda bantuin ngerjain tugas. "
"Oh gituuu, gapapa dong. Abang kan ga marah. " Av berucap tanpa memandang adiknya justru membuat Aldei semakin mengira abangnya itu marah.
"Maafin abang. " Aldei menatap abangnya lewat cermin. Aven pun menghampiri adik perempuan nya itu.
"Dek, jangan duduk di kasur abang dek. "
"Tuh kann, abang marahh. "
"Hey, abang ga marah. Anak perempuan itu gaboleh duduk di atas kasur laki-laki tau. Duduk nya di meja belajar abang aja gih. " Aldei pun menuruti perintah abangnya itu. Setelah Aldei duduk, barulah Aven duduk di tepi kasur menghadap ke meja belajar nya.
"Jadi adek mau ngomong apa hm? "
"Minta maaf. " hanya itu yang keluar dari mulut Aldeika.
"Minta maaf kenapa, hm? Adek buat salah? "
"Maaf, semalem ninggalin tugas gitu aja. "
"Gapapa sayangnya abang. " Aven memeluk adiknya itu.
"Beneran? "
"Bener dong cantikk. " hal itu membuat senyuman senang terbit dari bibir Aldei.
"Terimakasih banyakk abang. Aldei sayang abang. " Aldei berujar dengan senyum girang, yang membuat matanya ikut tersenyum. Hal itu membuat Aven harus menahan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldeika [On Going]
Teen FictionSeorang gadis berhijab dengan tinggi tubuh 163 cm dan berat badan 52 kg. Gadis berparas cantik, berkulit putih, bulu matanya yang lebat dan lentik serta bibir yang tidak tebal, tidak tipis nya. Jangan lupa pipi chubby nya. Aldeika saat ini berumur 1...