3. Menuju Hari Kedua Ospek

17 4 3
                                    

Aldei tertidur dengan pulas. Aven sedari tadi menunggu adiknya itu bangun guna menemani adiknya itu membeli peralatan. Namun, hari masih menujukkan pukul 16.30 WIB, alhasil Aven tidak membangunkan adiknya dulu, merasa tidak tega melihat adiknya itu sangat pulas tertidur.

"Assalamu'alaikum. " ucap seseorang ketika memasuki rumah.

"Wa'alaikumussalam biii. " jawab Aven dan umi nya serempak. Ya. Yang baru saja datang itu adalah abi.

"Loh? Kok cuma berdua? Adek mana? " tanya abi.

"Adek lagi tidur bi, Av ga tega bangunin. " jawab Aven seadanya.

"Hm gituu. "

"Abi mau makan atau beberes dulu bi? " tanya umi.

"Beberes dulu mi, hari ini panas banget, udah lengket badan abi. "

"Mau umi siapin bi? "

"Gausah, kamu istirahat aja. Abi siapin sendiri aja. " jawab abi dengan kelembutan dan disertai senyum.

"Ekhemmm! " Aven tiba-tiba memecahkan suasana kedua orang tuanya. "Masih ada aku loh, jangan sweet dulu, Aven kan jadi pengen. " lanjutnya dengan sedikit merengek.

Umi dan Abi yang melihat itu spontan tertawa, kemudian berlalu dari sana. Abi yang akan membersihkan diri, dan umi yang akan menyiapkan makanan untuk suami tercinta. Sekaligus menyiapkan makanan untuk makan malam nanti.

Namun, Aven tiba-tiba berinisiatif untuk pergi sendiri membeli keperluan adiknya itu. Karena, jika dia rasa menunggu adiknya itu terlalu lama. Alhasil Aven menuju kamar untuk bersiap-siap pergi ke supermarket untuk membelikan bahan keperluan untuk adiknya itu ospek besok.

Setelah bersiap-siap, Aven mencari orang tuanya untuk berpamitan. "Assalamu'alaikum mi, bi. " salamnya kepada orang tuanya.

"Wa'alaikumussalam. Loh bang? Abang mau kemana? " sahut Umi.

"Iya, kamu mau kemana, nak? " tanya abi setelah umi.

"Aven mau beli peralatan yang adek butuhin buat ospek mi, bi. "

"Adeknya ga di ajak bang? " tanya umi.

"Engga, adeknya masih tidur mi. Tadi aven juga udah janji mau nemenin adek belanja keperluan nya. Cuma ga tega bangunin adek, hehe. "

"Kalau gitu hati-hati nak. "

"Siapp abiii. " Aven menyahut seraya memberi hormat kepada abinya itu. Abi dan umi tertawa kecil melihat tingkah putra sulungnya itu. Kemudian, abi menyerogoh sakunya untuk mengambil uang. Dan memberikan tiga lembar uang seratus ribuan kepada putranya itu.

"Lohh? Bii? Kok banyak banget? Boros ah bi. " protes Aven.

"Udah, gapapa. Beli kebutuhan yang udah habis, buat kamu ataupun Aldei. Beli snack sama cemilan juga boleh. Abi liat snack kalian udah pada habis di lemari. " jelas abi panjang lebar.

"Syukron abii. Kalau gitu Av pamit ya mi, bi. "

Setelah berpamitan. Aven bergegas menuju mobilnya. Dia memilih menggunakan mobil, karena takut kesusahan membawa barang nanti jika menggunakan mobil.

Aven mengendarai mobilnya dengan fokus. Tak lupa ia juga mengenakan masker. Kebiasaan Aven memang seperti itu, selalu mengenakan masker kemana-mana. Kalau di tanya Aldei, selalu jawab "Abang tu terlalu ganteng dek, takut pada naksir. "

Terkadang itu lah yang membuat Al merinding. Kenapa abangnya itu terlalu percaya diri. Tapi, bagaimana pun, dia sangat menyayangi abang nya itu. Ah, terkadang dia berpikir. Bagaimana nanti hidup nya tanpa abang nya itu.

Aldeika [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang