1.Perkara lebam

430 25 25
                                    


Typo bertebaran ⚠

I hope your enjoy guys, Thi's my first story' and
please support for me, thank you♡

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.

Ngga kenal👽
~Besok gue jemput

Anda
Ngga!~

Ayana menatap balasan chatnya barusan lalu cekikitan sendiri, membayangkan wajah masam pacarnya saat ini.

Saat ini dia sedang dalam mode ngambek karena ulah pacarnya yang memiliki lebam pada wajahnya, yang sialnya bukanya jelek malah pacarnya itu terlihat lebih keren.

Bukanya dia melarang pacarnya untuk berkelahi, hanya saja dia marah jika wajah pacarnya itu di penuhi luka, bukan karna kasian tapi karna tidak mau pacarnya bertambah keren.

"Lagian kok bisa lebam sih mukanya, kan jadi makin keren njir, makin banyak dah yang ke pincut sama dia" kesalnya.

Dia Ayana Victon, atau lebih akrab di sapa Ayana, anak tunggal dari pasangan Michael Victon dan Maudy Luther, sekaligus cucu perempuan satu-satunya di keluarga Victon.

Sementara pacarnya adalah Arkan Noulan, lebih akrab di sapa Arkan, anak sulung dari pasangan Mardiaz Noulan dan Diana Helgian, memiliki seorang adik laki-laki yang masih duduk di bangku SMP.

ARKANA si couple goals di SMA Antartika, yang sudah menjalin hubungan lebih dari tiga tahun lamanya semenjak kelas dua SMP dan sekarang mereka sudah kelas tiga SMA.

"Mending tidur" ucap Ayana sembari mencari posisi yang nyaman dan mulai terlelap.

Berbeda dengan Ayana yang sudah sudah terlelap, di lain tempat lebih tepatnya di kediaman Mardiaz terdapat seorang pemuda yang mengacak-acak rambutnya frustasi, siapa lagi jika bukan Arkan pacar dari Ayana.

"Ck, gara-gara Dean gue di diemin Nana" kesalnya sambil meninju udara.

Fyi, Dean adalah orang yang berkelahi dengan Arkan siang tadi dan juga yang menyebabkan lebam pada sudut bibirnya, ini bukan kali pertama Dean mengajak Arkan untuk berkelahi, hanya saja ini kali pertama Arkan mendapatkan lebam dari Dean akibat lengah saat berkelahi.

"Apa pinjem bedak-nya mami aja ya?" monolognya lalu berlalu keluar kamarnya mencari sang mami.

"Mami!!" teriak Arkan mengetuk-ngetuk pintu kamar kedua orangtuanya.

"Apasi kamu berisik, udah malem juga" ucap Diana mami dari Arkan sambil berdiri di pintu kamar.

"Hehehe, mami aku mau minjem bedak mami" ucap Arkan membuat mami-nya keheranan, apakah anaknya mau cosplay jadi bencong pikirannya.

"Buat apa? kamu mau cosplay jadi bencong lampu merah?" Arkan melotot kaget mendengar ucapan mami-nya

"Astaga mi, seganteng gini masa mau cosplay jadi bencong".

"Aku tu mau minjem buat nutupin ini" tutur Arkan menunjuk lebam dekat bibirnya "mami tau kan kalau Nana ngga suka aku punya luka, apalagi di muka" jelas Arkan panjang lebar membuat Diana mengangguk mengerti.

"Yaudah bentar" mami Arkan masuk kembali masuk kedalam kamar dan keluar lagi memberikan sesuatu pada Arkan.

Arkan berkerut bingung, kenapa benda yang di berikan mami-nya seperti lipstik, hanya warnanya saja yang berbeda.

"Ini apa mi? lipstik?" tanya Arkan membuat Diana menjitak kepalanya gemas "itu concealer namanya, pakein aja di tempat lebam kamu terus ratain pake tangan, jangan tebel-tebel makenya" mendengar itu Arkan mengangguk mengerti.

"Yaudah aku kekamar dulu, thanks you mi, and good night" pamit Arkan lalu berlari ke arah kamarnya.

Sementara Diana menggelengkan kepalanya "heran ngikut siapa sih bucin banget ntu anak satu"

"Ngikut kamu lah" suara bariton mengalun indah di telinga Diana, itu suara suaminya Mardiaz.

"Kapan aku bucin?" Tanya Diana sambil menatap kearah suaminya.

"Pura-pura lupa hm?" Mardiaz menaikan sebelah alisnya menggoda membuat pipi Diana bersemu malu. Memang benar semasa mereka dulu pacaran Diana lah yang teramat bucin pada Mardiaz.

"Cie bllushing" Mardiaz terkekeh membuat Diana menubruk dadanya menyembunyikan wajahnya di sana.

"Cantiknya nambah kalau gini, jadi pengen" ucap Mardiaz yang tentu saja di pahami oleh Diana.

Setelah itu Mardiaz mengangkat tubuh istrinya masuk kedalam kamar tidak lupa mengunci pintu ( ꈍᴗꈍ).

Arkan yang sudah kembali ke kamarnya sekarang sedang menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru sebab lampu LED yang ada di kamarnya.

"Suntuk banget elah, biasanya mah keluar malam bareng Nana atau ngga telfonan sampe ketiduran, Lah ini ngga tau mau ngapain" monolognya sembari melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 22:15.

"Mau keluar nongkrong mager, ngga keluar suntuk, ck" decaknya, kemudian memeluk guling dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, memaksakan diri untuk tertidur.

TBC○‥○

Couple goalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang