Ngeluh

161 17 17
                                    

Bel pertanda pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, sekolah pun sudah mulai sunyi. Yang tersisa hanya beberapa murid saja, salah satunya Arkan yang masih menunggu Nana di parkiran.

Pandangannya kini tertuju pada Nana yang berjalan kearahnya sambil menenteng tas.

"Jelek banget" tutur Arkan melihat wajah Nana yang di tekuk.

"Diem lo" kesal Nana langsung masuk kedalam mobil di susul Arkan.

Arkan melajukan mobilnya meninggalkan area parkiran sekolah menuju apartemen teman Arthur, karena sang adik yang minta di jemput di sana.

Sementara Nana memejamkan mata sambil menyenderkan kepalanya pada kaca jendela mobil.

Arkan sendiri memilih diam, takut kena semprot Nana kalau dia berbicara.

Mobilnya kini berhenti di depan gedung apartemen teman sang adik.

"Gue di parkiran, cepetan!" Arkan menelfon Arthur, lalu mematikan sambungan sepihak.

Selang beberapa saat, Arthur datang dan masuk kedalam mobil.

"Hai pacar" sapa Arthur membuat Nana membuka matanya, lalu menoleh kearahnya dengan senyum tipis.

"Pacar-pacar, cewek gue ini" kesal Arkan lalu melajukan mobilnya, sementara Arthur mengedikan bahunya acuh kemudian bermain ponsel.

Nana yang sedari tadi diam, tiba-tiba berbalik melihat kearah Arkan, membuat Arkan menatapnya.

"Mampir ke toko es cream" pinta Nana di angguki Arkan.

Arkan memarkirkan mobilnya tepat di depan toko es cream langganan mereka.

Setelah itu Nana keluar dari mobil di susul Arkan dan Arthur, lalu mereka memasuki toko es cream itu.

Sementara Arthur dan Nana mencari tempat duduk Arkan yang pergi memesan es cream untuk mereka, setelah memesan dia bergegas menuju tempat Nana dan Arthur duduk.

Tidak ada perbincangan di antara mereka, Arkan yang tau mood Nana sedang buruk memilih diam, dan Arthur yang fokus ke ponselnya, Nana sendiri menelungkupkan kepalanya di meja sampai pesanan mereka datang.

"Silahkan di nikmati" ucap pelayan toko yang mengantarkan pesanan mereka, kemudian berlalu pergi.

Nana memakan es cream vanilla kesukaannya, begitu pula Arkan dan Arthur yang menikmati pesanan mereka.

"Kesel banget gue" Nana membuka suara sambil memasukan es cream ke mulutnya.

Sementara Arkan dan Arthur hanya menatapnya, menunggu lanjutan dari ucapannya.

"Gue di suruh ngikut volly juga buat lomba antar sekolah nanti, padahalkan gue udah ngikut basket, sama cerdas cermat, kayak ngga ada murid lain aja" jelasnya panjang lebar dengan wajah kesalnya yang malah terlihat lucu.

"Yaudah ngga usah ikut volly" Arkan menyahuti

"Kalau bisa ya udah gue tolak kali, lah ini ngga bisa" Nana menghela nafas lelah.

"Bakal capek banget gue, latihan basket, volly mana harus belajar lagi" keluh Nana lagi dengan wajah memelasnya.

"Gue jadi ngga punya waktu buat ngedrakor" lanjutnya

"Emang lombanya kapan?" tanya Arthur

"Dua minggu dari hari ini" mendengar itu membuat Arthur berfikir, pasti sangat melelahkan jika harus mengikuti tiga lomba sekaligus.

"Yah mau gimana lagi, jalanin aja" tutur Arkan, Nana hanya mengangguk pasrah.

"Yuk pulang" ajak Arthur setelah pesanan mereka habis, lalu mereka meninggalkan cafe, tidak lupa Arkan menaruh uang pesanan mereka di meja.

....~....~....

"Kita pamit ya" pamit Arkan setelah Nana turun dari mobilnya, sekarang mereka berada di halaman rumah Nana.

"Hm hati-hati, bye Thur" ucap Nana lalu melambai pada Arthur yang juga melambai padanya.

Jujur saja Nana sangat senang jika bertemu Arthur karena Arthur lebih mudah darinya, jadi dia meresa seperti menjadi kakak, ingat dia itu anak tunggal.

Arkan menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Nana, di susul Nana yang masuk kedalam rumah.

"Nana pulang" ucap Nana saat sampai di ruang keluarga yang terdapat Maudy sang mommy yang sedang membaca majalah.

"Kenapa telat Na?" tanya sang mommy pasalnya Nana pulang telat.

"Mampir ke toko es cream dulu" jawab Nana mendudukkan dirinya di samping sang mommy.

"Kenapa nih meluk-meluk, ada maunya pasti" Maudy melirik Nana  yang memeluknya dari samping.

"Ngga mom, nething mulu deh" Nana lalu melepas pelukannya.

"Lemes mom, laper"  Nana dengan wajah memelas menatap mommy-nya membuat sang mommy menepuk jidat.

"Sana ganti baju, mommy panasin makanannya dulu" kemudian mommy-nya berlalu ke dapur, sementara itu Nana berjalan menaiki tangga ke lantai dua.

Selesai mengganti bajunya Nana turun kebawah tepatnya ke dapur.

"Mom temenin makan ya" pinta Nana di angguki sang mommy, pasalnya dia tidak suka makan sendiri.

"Mom, kayak aku bakal sering pulang telat" ujar Nana di sela-sela makannya.

"Kenapa?" Tanya Mommy-nya

"Dua Minggu lagi lomba antar sekolah, dan aku ikut partisipasi, jadi bakal latihan terus mom" Nana menjelaskan.

"Kamu ikut lomba apa aja emang?"

"Basket, volly, cerdas cermat" jawab Nana seadanya.

"Apa engga terlalu ngebebanin kamu? waktunya dua Minggu loh sementara kamu ngikut tiga lomba sekaligus"

"Ngebebanin sih pasti mom, tapi ya mau gimana lagi, hitung-hitungan partisipasi sebelum aku lulus" ucap Nana, di angguki sang mommy.

"Kamu jangan lupa minum vitamin biar ngga drop, nanti mommy yang bilangin ke daddy" ucap Maudy pasalnya suaminya jika sudah pulang kerumah akan langsung menanyakan keberadaan putri mereka, maklum anak satu-satunya.

"Aku udah kenyang mom" ucap Nana setelah menghabiskan makanannya.

"Sana angkat piringnya ngga usah di cuci, biar bi Asti aja yang cuci" titah maudy di ikuti Nana.

Nana berjalan membuka kulkas untuk mengambil es cream lalu berjalan menyusul mommy-nya ke ruang tengah.

"Bukannya tadi bilang mampir ke toko es cream?" tanya Maudy melihat Nana yang berjalan sambil memakan es cream di jawab anggukan kepala dari Nana.

"Terus kenapa makan es cream lagi Na?" tanya Maudy di jawab cengiran oleh Nana.

"Kurang-kurangin Na makan es cream, ntar kamu pilek, batuk kaya dulu" Maudy memperingati, pasalnya dulu saat dia dan suaminya keluar kota, Nana mengonsumsi es cream berlebihan sehingga dia pilek dan radang tenggorokan, ya walaupun bukan sakit berat tapi tetap saja mereka khawatir sebab Anak mereka itu jarang sekali sakit.

"Iya mom" jawab Nana sambil terus memakan es cream-nya.

Maudy yang melihat itu mendengus, anaknya itu hanya menjawab iya iya saja tapi tidak di laksanakan.





TBC ○...○

Couple goalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang