1. Ready

7.2K 93 4
                                    

Doni merasa lega setelah menyelesaikan tugas dinasnya di Singapura selama tiga bulan. Doni berusia 30 tahun dan merupakan salah satu pegawai di perusahaan finance. Pengalaman kerja nya yang sudah terbilang expert membuat pekerjaan nya menjadi lebih kompleks salah satu nya melakukan perjalanan dinas antar negara. Ia sudah tidak sabar untuk kembali ke Indonesia dan bertemu keluarganya. Ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari tiket pesawat, paspor, hingga hasil tes PCR yang negatif. Pagi ini Doni berangkat ke bandara dengan menggunakan taksi online dan membawa koper serta tas ranselnya.

Sesampainya di bandara, ia langsung menuju ke loket check-in dan menunjukkan dokumen-dokumennya. Petugas bandara memeriksa dokumen-dokumennya dan memberikan boarding pass kepadanya lalu melanjutkan ke imigrasi dan melewati pemeriksaan keamanan. Semuanya berjalan lancar hingga ia sampai di ruang tunggu.

Di ruang tunggu, Doni mendengar pengumuman bahwa semua penumpang yang akan terbang ke Indonesia harus melakukan tes antigen di bandara sebelum boarding. Ia merasa heran karena ia sudah memiliki hasil tes PCR yang negatif. Namun, ia tidak mau ambil risiko dan mengikuti antrian untuk melakukan tes antigen.

Setelah menunggu sekitar 15 menit, giliran Doni untuk melakukan tes antigen. Ia diminta untuk melakukan tes dan menunggu hasilnya keluar di layar. Ia berdoa agar hasilnya negatif seperti tes PCR-nya. Namun, ia terkejut ketika melihat hasilnya ternyata positif.

Ia tidak percaya dengan hasilnya dan meminta untuk melakukan tes ulang. Namun, petugas bandara mengatakan bahwa tes antigen sudah akurat dan tidak bisa diulang. Ia juga mengatakan bahwa Doni harus mengikuti protokol kesehatan dan menjalani karantina selama satu minggu di hotel yang sudah disediakan oleh pemerintah Singapura.

Doni merasa putus asa dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia mencoba menghubungi keluarganya di Indonesia untuk memberitahu situasinya, namun istri dan satu anak nya hanya bisa pasrah karena peraturan tiba tiba seperti ini. Ia kemudian mengikuti petugas bandara yang membawanya ke bus yang akan mengantarnya ke hotel karantina.

Di bus, ia melihat banyak orang yang juga positif tes antigen dan harus karantina. Ia merasa sedih dan kesepian. Ia berharap semuanya hanya mimpi buruk dan ia bisa segera pulang ke Indonesia.

Setelah sekitar setengah jam perjalanan, bus tiba di hotel karantina. Doni turun dari bus dan menerima kunci kamar dari petugas hotel. Sebelum itu, ia buru buru ke toilet terdekat di lobby setelah kebelet sepanjang jalan. Setelah keluar toilet, Doni langsung bergerak menuju kamar nya di lantai 29 menggunakan lift. Ia diminta untuk tidak keluar dari kamarnya selama karantina dan mengikuti instruksi yang diberikan oleh petugas kesehatan.

Doni berjalan menuju kamarnya dengan perasaan lesu. Ia membuka pintu kamarnya dan terkejut ketika melihat ada orang lain di dalamnya. Ternyata, ia harus berbagi kamar dengan seseorang yang juga positif tes antigen.

Orang itu adalah seorang pria paruh baya yang bernama Pak Hendri. Ia juga ternyata berasal dari Indonesia dan baru saja menyelesaikan urusan bisnisnya di Singapura. Ia juga positif tes antigen saat akan terbang kembali ke Indonesia.

Pak Hendri menyapa Doni dengan ramah dan memperkenalkan dirinya. Ia mengatakan bahwa ia sudah tahu bahwa mereka harus berbagi kamar karena petugas hotel sudah memberitahunya sebelumnya. Ia juga mengatakan bahwa ia tidak keberatan dengan hal itu karena ia merasa kesepian sendirian.

Doni merasa agak canggung dengan situasi ini, namun ia juga tidak bisa menolak. Ia membalas sapaan Pak Hendri dan memperkenalkan dirinya juga. Ia berharap Pak Hendri adalah orang yang baik dan tidak merepotkannya selama karantina. Pak Hendri sebenarnya tidak terlibat seperti orang Singapura. Saat berkenalan sebentar tadi, Ternyata diketahui Pak Hendri menikah dengan seorang berkewarganegaraan Indonesia, dan sudah tinggal selama lebih dari 20 tahun disini. Umur nya sudah kepala 5. Tapi dengan pakaian rapi, badan tinggi dan besar juga rambut yang belum terlihat penuh dengan uban membuat visual nya terasa jauh lebih muda.

Buku 6 -  KARANTINA DENGAN PAK HENDRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang