Suatu malam, setelah makan malam yang disediakan oleh hotel, Doni dan Pak Hendri sedang menonton televisi di kamar mereka. Mereka menemukan sebuah acara yang menampilkan kisah-kisah romantis dari pasangan-pasangan yang berbeda. Mereka tertarik dengan acara itu dan mulai mengomentari kisah-kisah yang ditampilkan.
Pak Hendri tampak terharu dengan salah satu kisah yang menceritakan tentang seorang suami yang rela melakukan apa saja untuk membuat istrinya bahagia. Ini kali pertama setelah sekian lama dia tidak melihat acara acara yang ada di tv. Pak henti mengatakan bahwa ia juga sangat mencintai istrinya dan merindukannya. Ia bercerita bahwa ia sudah menikah selama 20 tahun dengan istrinya dan mereka memiliki dua anak yang sudah dewasa.
Ia juga bercerita bahwa ia sering bepergian ke luar negeri untuk urusan bisnisnya dan jarang bertemu dengan keluarganya. Ia mengatakan bahwa ia selalu berusaha untuk menghubungi mereka setiap hari dan memberikan hadiah-hadiah untuk mereka. Ia mengatakan bahwa istrinya adalah orang yang sangat pengertian dan sabar dengan pekerjaannya.
Pak Hendri cukup banyak bercerita tentang kehidupan nya malam itu. Ia mengatakan bahwa ia ingin segera pulang ke Indonesia dan memeluk istrinya. Ia juga mengatakan bahwa tidak sabar untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-21 bulan depan.
Doni mendengarkan cerita Pak Hendri dengan simpati. Ia merasa kagum dengan cinta Pak Hendri kepada istrinya.
Mereka kemudian melanjutkan menonton acara televisi sambil bercanda dan tertawa bersama. Mereka merasa lega karena mereka tidak sendirian dalam menghadapi situasi sulit ini. Setidak nya malam pertama menginap di hotel karantina ini tidak begitu buruk.
...
Pagi ini Doni bangun lebih awal. Sarapan sudah datang dan diletakkan di depan pintu hotel mereka. Bukan rutinitas nya bangun lalu sarapan. Doni menghidupkan tv yang ada di living room hotel itu. Untung nya TV nya memiliki channel yang sangat banyak termasuk channel olahraga. Doni memutuskan melakukan olahraga kecil mengikuti instruksi dari channel tersebut.
Mungkin kemarin nya dia cukup frustasi karena karantina ini, tapi seperti nya pikiran yang buruk membuat semua menjadi semakin buruk juga.
"wih, rajin sekali Don pagi pagi begini workout"
"eh iya pak, dah kebiasaan" jawab Doni
Suara stasiun tv yang menyiarkan konten olahraga terus berlanjut.
"sarapan udah dateng tuh pak. Saya letak di meja" lanjut Doni sambil tetap melakukan aktivitas olahraga nya.
"oh OK. Thanks Don. Kamu dah sarapan?"
"duluan aja pak. Saya nyusul nanti"
"yasudah, nunggu kamu selesai aja. Saya ngopi dulu" jawab pak Hendri sambil ke dapur kecil di ruangan mereka membuat kopi.
"mau kopi juga?"
"eh? Ntar aja saya buat sendiri pak"
"nanggung, sekalian saya buatin nih. Creamer?"
"eeee boleh pak"
Doni pun menyelesaikan workout pagi nya dengan kaos singlet dan boxer yang sudah cukup basah oleh keringat.
Doni mengambil Kopi yang ada dimeja dan duduk di balkon di bangku sebelah Pak Hendri
"makasih pak" ucap Doni.
Mereka menyeruput kopi nya.
"anggap aja ini liburan kita. Kamu pasti jarang libur kan?"
"hehe iya pak"
Setengah jam berlalu.
"mari makan pak"
"oh oke"
Mereka jalan ke meja makan kecil di ruangan. Membuka makanan yang sudah diterima tadi.
Sarapan dengan cukup lahap. Untungnya Doni dan Pak Hendri tidak memiliki gejala berat, bahkan hampir tidak bergejala.
"Saya mandi duluan ya." pak Hendri berdiri dan masuk kekamar mandi yang tidak terlalu besar itu. Sedangkan Doni memainkan handphone nya sambil menunggu. Sayang nya kamar mandi hanya tertutup oleh dinding kaca transparan yang membuat siapapun didalam nya terlihat jelas dari luar.
Pak Hendri mandi dibawah shower tanpa menggunakan apapun. Doni yang tidak sengaja melihat kearah kamar mandi sedikit terpaku. Dia terpaku melihat badan besar pak Hendri, juga kejantanan nya.
"benar kata orang orang kalau darah luar punya kejantanan yang besar" pekik nya dalam hati, lalu tersadar. Wajar dia kagum. Setiap pria punya kebanggaan sendiri sendiri dan sering kali di nilai dari besar dan bentuk nya.
Doni membuyarkan lamunan nya dengan kembali mengecek handphone nya.
Pak Hendri selesai dan keluar menggunakan Handuk nya.
"saya sudah selesai."
"Oh, oke pak"
Doni pun masuk gantian mandi di kamar mandi itu. Karna melihat santai nya Pak Hendri tadi mandi tanpa menggunakan penutup apapun ditubuhnya, Doni pun memberanikan diri seperti itu. Badan Doni cukup proporsional karena rutin nya olahraga yang dia lakukan disela sela pekerjaan nya.
Begitu selesai mandi, Doni keluar kamar mandi dan menemui Pak Hendri yang masih menggunakan handuk, sedang memegang handphone nya.
"Oh sudah selesai? Saya gasadar karna ada sedikit laporan yang harus dikirimkan" ucap pak Hendri. Dia meletakkan handphone nya dan dengan santai nya membuka handuk nya, lalu membongkar tas mengambil baju. Doni yang berdiri sudah menggunakan celana pendek sejak keluar dari kamar mandi tadi sedikit kaget melihat tubuh pak Hendri yang telanjang didepan mata nya. Awal nya pak Hendri membelakangi nya sampai akhirnya memutar badan nya menghadap Doni. Doni sekali lagi takjub melihat barang milik pak Hendri yang sangat besar itu walau dalam kondisi tidur. Jauh lebih besar dari milik nya yang, bahkan nyaris sama besar nya dengan milik nya ketika bangun. Milik pak Hendri lebih besar.
____________
Pastikan kalian memiliki akun KARYAKARSA dan follow clementid.Ingat, follow clementid di karyakarsa. Membaca disana tidak akan memberikan iklan yang mengganggu.
Karna cerita ini akan FULL GRATIS LENGKAP DENGAN VISUAL NYA
(Digital book di upload besok malam!)Semoga liburan kalian menyenangkan.
____________
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku 6 - KARANTINA DENGAN PAK HENDRI
FantasyKisah Doni, pria yang terjebak karantina karena positif terpapar virus dan bertemu Pak Hendri, pengusaha paruh baya berkeluarga yang juga terpapar virus C19. Mereka diberikan satu tempat bersama untuk isolasi selama 7 hari. Apa yang terjadi ? TW: LG...