6 | asap.

1.3K 268 112
                                    




warning! time skip.






;:;:;:;

Kian hari-hari berlalu Irgiswara dan Ringgana membuat dunia kecil mereka saat istirahat nyaris berakhir, terlebih sebagai teman sebangku, hubungan keduanya semakin erat sejalan dengan keterbiasaan dan sekolah telah menjadi rumah kedua.

Irgis merasa senang Ringgana hanya memilikinya dan menjadikannya fokus utama, meski ia menghabiskan banyak waktu bersama-sama teman lain dan meninggalkan Ringgana sendirian, sosok itu akan menyambutnya dengan semangat terhiasi senyum cerah tiap kali ia hampiri usai bosan pada anak lain.

Menelaah perasaan Ringgana, sekolah tidak pernah menyenangkan kecuali keberadaan Irgis di sana. Jika bukan karena datang ke sekolah dapat bertemu Irgiswara, Ringgana tidak mau pergi, karena semakin hari berlalu bertambah nakal anak-anak kelasnya. Ia sering sekali dikata-katai, diganggu, bahkan ketika nekat ke kantin karena terlalu lama menunggu dan berniat mencari Irgis, ia didorong anak yang sedang makan karena ingusnya membuat mual. Lebih-lebih anak kelasnya menjadi lebih berani sejak mengira Ringgana jorok karena keluarganya miskin, padahal, meski tak sekaya kebanyakan siswa YaGook keuangan keluarganya cukup stabil atas kerja keras Sang bunda.

Rutinitas tersebut terus sama hingga di pertengahan semester kelas satu mulai ada perubahan kecil.

Pagi itu Ringgana menunggu bekalnya dibuat pengasuh seperti biasa, berada di ruang tengah sambil menonton TV sementara penampilan telah sempurna mengenakan seragam, ransel tergeletak pada sofa tempatnya duduk.

Hari ini akhirnya Tiwi memiliki waktu luang ketika pagi setelah kepadatan kerja beberapa bulan kebelakang ditambah tugas luar kota. Karenanya, untuk menebus rasa bersalah ia sendiri yang akan mengantarkan Ringgana sekolah hari ini.

"Ayo sayang."

Ringgana mendongak, "Bekalnya belom jadi, bunda."

"Bekal?" Tiwi mengernyit heran, "Bekal apa?"

"Bekal Gana. Kan Gana bawa makan dari rumah."

"Loh?" Tiwi jelas heran, meskipun SPP putranya dibayar penuh oleh keluarga Hatta ia mengetahui jelas dari brosur pendaftaran apabila tiap bulan YaGook mengambil dana makan siang demi menjaga gizi dan kualitas konsumsi para murid.

Takut apabila ada oknum yang menyalahi aturan atau kemungkinan korupsi, Tiwi segera mencari kejelasan dari Sang putra.

Ia duduk ke sofa panjang tersebut, "Dari kapan Gana bawa bekal?"

"Udah lama bunda."

"Dikantin gak ngasih makanan?"

"Ngasih."

"Terus kenapa? Disuruh siapa bawa dari rumah?"

"Irgis."

"Irgis?" kening Tiwi kian mengernyit, "Irgiswara?"

"Iya," Gana mengangguk.

 Masih kurang yakin, Tiwi mengkonfirmasi lebih detail, "Irgiswara Hatta?"

"Iya bunda."

Sejenak Tiwi diam, "... kenapa?" tanyanya tak mengerti, "Kok Irgis nyuruh Gana bawa bekal? Kan ada makanan di kantin?"

Kali ini Gana yang terdiam, mata bulatnya fokus menatap Tiwi, alis perlahan turun lalu menunduk untuk membuang pandang memperhatikan jemari gembilnya bermain di pangkuan dengan kaki mengayun-ayun, tak sampai menjejak lantai.

Irgiswara RingganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang