13 | anadrom (2).

880 147 217
                                    




halo bar! siapa yang kangen adek-adek gemes ini?







150 comment untuk buka next chapter ♥♥








;:;:;:;

Waktu bergulir. 

Sekitar jam delapan malam bulu mata Irgis bergerak, kelopak yang terpejam kian rapat senada kening merengut singkat, perlahan, sekembar netra mengintip dengan tertatih, kembali tertutup karena kejut cahaya menerjang lantas perlahan-lahan terbuka seiring jemari bergerak ringkas; berusaha membiasakan sepasang hazelnya menerima seluruh benderang hingga objek-ojek tampak nyata.

Masih berbaring, Irgis melirik ke kanan dan kiri, menelaah teliti dari sepasang mata yang terbuka sayu.

Akal cerdas masih memperoses informasi atas pengelihatan, di tengah itu semua Irgis menyadari bahwa ia berada di kamar rumah sakit. Kepalanya menoleh ke kiri, menelisik satu orang yang berjaga, terduduk pada sofa panjang; menempel tembok di sisi kiri ranjang dan Irgis mengenali sosok tersebut, figur lelaki yang selalu mengikuti ibunya kemana-mana.

Lelaki itu memejamkan mata, mungkin terlelap dengan posisi siaga.

Maka Irgis bersuara untuk mencari tau; "Om," panggilnya sedikit parau, "Om Bara."

—Irgis tidak terkejut saat lelaki tersebut membuka kelopak merespon suaranya.

Begitu netra mereka bersinggungan Bara sontak membangkitkan diri, buru-buru mendekat dan mengambil duduk pada kursi besi di pinggir ranjang.

"Den ...," sekembar mata Bara memancarkan rasa syukur teramat sangat, terasa hangat nan lega.

Namun Irgis membalas ketulusan itu melalui sepasang hazel yang selalu hampa, "Om, mama-papa mana?" jeda, "Kok gak nungguin aku bangun?"

Bara menyentuh telunjuk kecil Irgis lalu menggenggamnya lembut, "Mama sama papanya aden lagi keluar dulu sebentar, mereka dari tadi disini loh jagain aden."

Irgis diam tak membalas.

Bara yang tak mendapat respon entah bagaimana menerima beban moral dari bagaimana Irgiswara menatapnya, maka secara tak sadar ia menggenggam telunjuk itu sedikit lebih erat dan tersenyum lembut, "Den Irgis ada yang sakit? Om panggilin suster ya?"

Irgis menggeleng.

"Enggak? Gak sakit apa-apa?" Bara diam sejenak, "Laper gak? Mau makan?"

Lagi, Irgis menggelengkan kepala.

Irgiswara RingganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang