Sore hari pukul tiga. Keadaan sekolah sudah sepi karena semua siswa siswi sudah pulang. Bahkan inti Refelix dan kedua teman dekat nya pun sudah pulang.
Alasan Gralecia belum pulang, karena ia habis piket. Hari ini teman piket nya tidak masuk, jadi ia harus piket sendiri. Jika tidak piket, maka guru pelajaran besok akan memarahinya.
Selesai piket, Gralecia menutup kelasnya lalu melangkah menuju parkiran. Kedua lututnya masih terasa sakit, jadi ia melangkah pelan pelan. Suara seseorang menghentikan langkah nya.
"Heh cupu!" Seru Stella
Gralecia menoleh kebelakang dan menatap malas Stella.
"Cih, biasa aja wajah lo! Gue disuruh Pa Astam buat kasih tau lo. Dia minta lo buat dateng ke halaman belakang," ucap Stella
Pa Astam adalah guru olahraga di SMA ZA.
"Gak, lo pasti bohong," ucap Gralecia
"Ya udah, gue gak peduli Lo mau kesana atau enggak. Yang penting gue udah kasih tau lo," ucap Stella
Stella melangkah menuju pintu keluar. Ia menyenggol bahu Gralecia, dan melanjutkan langkahnya.
Gralecia tampak ragu. Apa ia harus kesana atau tidak. Bagaimana jika Stella bohong, tapi bagaimana jika ternyata Stella benar.
Akhirnya Gralecia pergi ke halaman belakang. Sesampainya disana ia melihat seorang siswa laki laki.
"Lo liat Pa Astam?" Tanya Gralecia pada siswa tersebut
Siswa itu menunjuk ke arah gudang. Gralecia berterima kasih dan melangkah menuju gudang.
Gralecia masuk ke dalam gudang. Sangat berdebu dan gelap.
"Pa," panggil Gralecia
Tiba tiba pintu gudang tertutup dan dikunci dari luar. Gralecia menggedor gedor pintunya.
"WOY BUKA!!"
Terdengar suara tawa Stella dan kedua temannya menjauh dari gudang.
"Sial, si Stella bohongin gue. Liat aja lo Stella bakal gue bales!" Seru Gralecia
Gralecia mencari ponsel nya di dalam tas. Beruntungnya ponselnya masih ada baterai.
Gralecia berfikir untuk menelfon siapa. Tidak mungkin jika meminta tolong pada Zalfa atau Faradiba, mereka sudah pulang. Inti Refelix? Tidak, mereka juga sudah pulang. Sahabat sahabat nya? Pasti lama nunggunya.
"Oh si Riko, semoga aja dia masih di sekolah."
Gralecia menelfon Riko. Tak membutuhkan waktu lama, telfon nya diangkat.
"Halo Ka Riko, lo dimana?"
"Gue di aula, ada apa Cia?"
"Ka Riko tolongin gue, gue di kunciin di gudang belakang sama Stella."
"Serius? Ya udah tunggu, gue kesana."
"Oke,. cepet yaa gelap."
"Iya bentar."
Tut
Sambungan dimatikan oleh Gralecia. Gralecia melirik ke kanan dan ke samping. Takut juga melihat gudang dalam keadaan gelap.
Tak lama kemudian. Riko datang dan memanggil namanya.
"Cia, lo di dalem?"
"Ka Riko tolong bukain."
"Kunci nya gak ada. Gue mau dobrak, lo jangan di belakang pintu!"
Gralecia mundur beberapa langkah, "udah menjauh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zesya To Gralecia
JugendliteraturTransmigrasi Jiwa? Memangnya ada hal seperti itu? Zesya tak percaya jika dirinya bertransmigrasi pada tubuh Gralecia. Namun ia masuk karena ada suatu alasan. Ia harus membantu Gralecia untuk mengembalikan kepercayaan dan kasih sayang Abang kembar n...