6 - "Cup" -

1.2K 72 2
                                    

Hari ini, orang-orang yang berada dimansion Genandra dibuat terkejut oleh kejadian yang menurut mereka agak diluar nalar. Kenapa diluar nalar? Karena dua tuan muda mereka yaitu Reandra dan Aska. Tengah bermanja-manja dengan seorang Kenzie. Ya, Kenzie si bungsu keluarga Genandra. Bahkan Kenzie sendiri turut bingung dengan saudara -saudaranya ini. Perasaan waktu itu mereka kelihatan dingin sekali terhadap Kenzie, tapi sekarang mereka terus menerus menempel ke Kenzie. 'Jangan-jangan mereka beneran homo terus mau nge-incest bereng gw' batin Kenzie merinding dengan pikirannya.

"Ada apa dengan mereka?" ujar Gio bingung dengan kakak dan adiknya itu. "Aku juga tidak tahu kak" balas Dileo ikutan bingung. "Jangan nempel-nempel mulu gila, sesek gw anyink" ujar Kenzie sembari mendorong kakak-kakaknya yang sudah bucin itu. "Tidak bisa" balas mereka kompak. "Dan perbaiki kata-katamu itu. Jangan memakai bahasa gaul itu jika tidak ingin dihukum" ujar Reandra dengan tatapan tajamnya. Kenzie hanya bisa pasrah, karena jika dia melawan kakak-kakaknya itu tidak akan memberikan dia uang. Kenapa saudara-saudaranya itu menjadi seperti ini padanya?

"Emm... Kak, aku boleh sekolah gak?" ujar Kenzie menggunakan kata aku-kamu, jujur saja dia agak jijik. Mereka menaikkan alisnya sebelah, "Sekolah?" ujar Reandra. "Iya, aku kan udah berhari-hari dimansion mulu. Bosen tau" ujarnya sembari mem-poutkan bibirnya, jujur saja Kenzie ingin muntah sekarang. Mereka tertawa kecil, kenapa adiknya ini sangat imut? Itu pikir mereka...

"Jadi kamu ingin sekolah?" tanya Aska. "Iyalah kak! Bosen tau gak ngapa-ngapain" balas Kenzie. "Baiklah, tapi ada satu syarat" ujar Reandra dengan seringai yang tercetak diwajah tampannya. 'Ribet banget sih ni orang' batin Kenzie jengkel, tapi dia harus tetap bersikap manis. Aska dan Reandra yang melihat raut wajah Kenzie yang terlihat jengkel pun menyeringai. "Syaratnya kamu harus mau mencium kami kapanpun yang kami mau" ujar Aska menyeringai. Kenzie shock, sekaligus merinding. "TUH KAN, APA GAK! KALIAN HOMO KAN?!" teriak Kenzie menggelegar.

Reandra dan Aska terkejut, Reandra tertawa kecil sedangkan Aska cemberut. "Masa kamu berbicara seperti itu kepada kakakmu? Kakak sedih tau" ujar Aska sembari berpura-pura sedih. Sedangkan Reandra masih tertawa. "Hah? Ehh.. gagitu loh, jangan nangis yah" ujar Kenzie panik, bisa-bisa ATM berjalannya hilang kalau begini. Aska tersenyum, "Cium dulu baru gak sedih" ujar Aska menunjuk pipinya. Kenzie dilema, uang atau kewarasannya? Uang sajalah, itu lebih penting sekarang.

Cup

Wajah Kenzie memerah, sepertinya dia sudah gila. "Hey, masa hanya Aska saja yang dicium? Kakak tidak nih?" ujar Reandra pura-pura sedih. 'Anyink anyink anyink anyink anyink anyink' batin Kenzie mengumpat.

Cup

Kini wajah Kenzie benar-benar sudah memerah, dia telah mengecup seseorang dan gilanya itu adalah laki-laki! Dia sudah benar-benar gila karena uang. "Baiklah, kamu boleh sekolah. Tapi harus tanya ayah dulu, ok?" ujar Reandra kepada Kenzie. Apa? Ayah? Maksudnya adalah Jendra? Males banget! Kenzie kira jika bertanya dengan kakak-kakaknya ini dia akan langsung bisa pergi bersekolah. Ternyata dugaannya salah, sia-sia saja rasanya tadi ia sampai menciumi mereka.

"Apakah kamu takut dengan ayah?" tanya Aska. "Dih, ngapain takut? G- Aku cuman males aja ngomong sama tu- maksudnya ayah" ujar Kenzie cemberut. "Mau kakak temani?" tanya Reandra. "Gausah, nanti aku tanya sendiri aja" ujar Kenzie.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kini Kenzie tengah berada diruangan tuan Jendra, ayahnya. "Ada apa?" tanya Jendra memulai pembicaraan. "Ok, to the point aja ya. G- Aku mau sekolah" ujar Kenzie to the point. "Memangnya keadaanmu sudah membaik?" tanya Jendra kepada Kenzie. "Anda yang ayah saja tidak tahu bagaimana keadaan anaknya ini" ujar Kenzie malas sekaligus ketus. Rasanya perkataan Kenzie sangat menusuk, hati Jendra terasa sakit. "Maafkan aku" ujar Jendra tulus. Dia sangat merasa bersalah kepada Kenzie. "Minta maaf? Untuk apa? Memang anda telah melakukan kesalahan Ayah? " tanya Kenzie dengan menekan kata-kata terakhirnya. Rasanya sangat menusuk hati Jendra. Jendra bahkan tidak bisa berkata apa-apa. "Maafkan aku Kenzie, aku telah gagal menjadi ayahmu" ujar Jendra menunduk. Kenzie sejujurnya tidak ingin memaafkan Jendra, tapi ini demi keberlangsungan hidupnya juga. "Sigh... Baiklah, aku memaafkanmu Ayah" ujar Kenzie tersenyum. Jujur saja, dia malas sekali.

Jendra tersenyum lembut, lalu ia pun memeluk Kenzie dengan lembut. "Terimakasih sayang" ujarnya lembut. Mungkin jika Al yang mendengarnya ia akan senang dengan perkataan Jendra, tetapi tidak dengan Kenzie. Dia hanya ingin uang mereka.

"Apa kau ingin sekolah?" tanya Jendra pada Kenzie. "Bolehkah?" Jendra tersenyum, "Tentu saja boleh sayang, tapi kamu harus diperiksa oleh dokter dulu. Ok?" ujar Jendra. "Ok" ujar Kenzie tersenyum cerah. Mungkin kedepannya hubungan mereka akan benar-benar membaik. Mungkin..

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

*Note: Al adalah jiwa 'Kenzie Alvaro Genandra' yang  Kita manggil Al karena dari nama Alvaro. Jadi jangan sampai salah atau bingung yah:)
.
.
.

Btw, kalian lbh suka ceritanya lbh panjang atau ttp kyk gini ajh?
Kasih saran dong bngg

Pencet bintang inih dongg(・∀・)
⬇️⬇️

𝐊𝐄𝐑𝐎𝐍𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang