3

267 35 0
                                    

"Amamiya-san, aku menyukaimu!"

Keadaan kelas yang awalnya ricuh menjadi sunyi.

"Ehh?" (Name) terkejut bukan main, sebab seingatnya ini adalah pertama kali ia menerima pernyataan cinta.

"Nakamoto-san, semangat!"

Sontak seluruh murid menengok, ternyata guru sudah memasuki kelas,dan pelajaran pun dimulai.

-

"Ma-chan, tadi ada orang yang menyatakan cinta padaku."

Kini Madoka dan (name) tengah berjalan menuju kerumah masing masing, terlihat Madoka sedang menuntun sepedanya, dan (name) yang senantiasa memegang buku catatan kecil.

"Ha? siapa dia? teman sekelasmu?" Tanya Madoka memastikan.

"Sejujurnya aku tidak tau, karna pagi tadi aku belum sempat melihat semua yang ada dibuku siswa."

Perlu kalian ketahui,karna gangguan ingatan yang dialami Amamiya (name), pihak sekolah memberi buku kesiswaan yang didalamnya terdapat foto dan juga biodata teman sekelasnya.

"Lalu? apa jawabanmu?"

(Name) mendongak, menatap langit jingga yang kini menaungi mereka, "aku belum sempat menjawabnya, karna kedatangan sensei yang tiba tiba."

"Kau harus segera menjawabnya, tidak baik menggantungkan perasaan orang lain!" Madoka menepuk pelan pundak (name).

"Iya,aku tau."

***

"Tadaima." Aku membuka pintu dan segera melepas sepatuku, rasanya badanku pegal sekali.

"Okaeri." Terdengar suara Masaki-nii dari arah dapur.

Saat aku berjalan menuju dapur aku mencium aroma kari yang sangat sedap.

"Dimana Hiroto-nii?" Tanyaku, sebab biasanya ia akan berada di ruang tengah ketika aku pulang sekolah.

"Sepertinya dia keluar, " Masaki-nii terlihat sibuk memasak makan malam "segera ganti pakaianmu, makan lalu akan ku siapakan air hangat."

Aku mengangguk dan segera berganti pakaian.

'click'

Aku menghidupkan lampu kamarku,pemandangan yang masih sama, terdapat banyak sekali tempelan kertas.

'Sampai kapan aku begini...'

Aku segera mengganti pakaian,mataku melirik melihat kalender,

'Hari ini ... hari ulang tahun Masaki-nii!'

Sial aku benar benar lupa membeli hadiah untuknya, karna hari belum terlalu larut aku segera mengambil sweather dan bergegas membeli hadiah untuknya.

"Mau kemana?" Masaki-nii sedang menata makanan di meja makan.

"Aku lupa belum membeli sesuatu."

Aku buru buru memakai sepatu, dan betapa terkejutnya aku saat ku buka pintu tiba tiba ada Hiroto-nii dihadapanku.

"Tadaima, " Hiroto-nii memperhatikanku dari bawah sampai atas "mau kemana?" tanyanya sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Aku ingin membeli sesuatu."

"Biar ku antar, " Hiroto-nii membalikkan badan, keluar dari rumah dan menyiapkan motornya, "ini" ia menyodorkan sebuah helm berwarna hitam.

-

"Terimakasih sudah berkunjung." Ujar pegawai toko dengan ramah.

"Sudah?"

Hiroto-nii masih diatas motor, katanya sih untuk berjaga, siapa tau ada yang ingin mencuri motornya.

"Sudah, tapi aku ingin mampir ke toko kue dulu, boleh?"

"Baiklah."

Aku dan Hiroto-nii segera menuju ke toko kue dan membeli kue ulangtahun untuk Masaki-nii.

Lalu

Ketika aku keluar dari toko ada beberapa berandalan mencegatku.

"Kau gadis yang waktu kan?" Ternyata salah satu berandalan itu adalah berandalan yang tempo hari mencegatku.

"Maaf, biarkan saya lewat!"

Aku sangat ketakutan, tubuhku gemetaran dan mulai mengeluarkan keringat.

Dimana Hiroto-nii, kenapa dia tidak ada di motornya

Buggh

Tinjuan melayang ke salah satu berandalan.

"Hiroto-nii!" Pekikku

Aku segera berlari kearahnya, namun sial tanganku sudah berada digenggaman berandalan itu.

"JAUHKAN TANGANMU DARI ADIKKU SIALAN."

Bughh

Hiroto-nii melayangkan satu tendangan,yang membuat beberapa berandalan itu jatuh tersungkur.

Srtt

Kantong plastik ku yang berisikan kue ulang tahun di rebut oleh berandalan itu, dan dia melemparkannya ke arah Hiroto-nii.

Aku memandang nanar kue itu.

Karna tubuhku yang kecil, tak sengaja aku tersenggol oleh salah satu berandalan dan membuatku tersungkur ke tanah,

Sial.

tiin tinn

Suara klakson mobil yang terus berbunyi, menyuruhku untuk segera menyingkir ke tepi jalan, tapi entah kenapa pikiranku masih tertuju ke kue ulang tahun yang hancur.

.

"selamat ulang tahun (name)!"

Disebuah rumah sederhana, digelar pesta kecil kecilan untuk merayakan hari spesial si bungsu.

"Ayah, ibu, aniki, terimakasih." Sang gadis yang berusia 15 tahun itu memasang raut wajah yang bahagia. Terlihat dari senyuman yang diukir olehnya.

"Buatlah permohonan (name)!" Ujar sang ayah

"Pasti." Sang gadus memejamkan matanya, sambil merafalkan beberapa permohonan.

'Tuhan, aku ingin hari ini dan seterusnya biasa bersama dengan ayah, ibu, dan ketiga aniki ku. Ku mohoh berikanlah kebahagiaan kepada mereka yang menyayangiku.'

Si bungsu Amamiya pun meniup lilin yang bertuliskan angka 15.

-

'Ayah, ibu...'

Terang.

Silau.

"Ayah, Ibu!" Ku lihat ayah dan ibuku sedang bersantai di bawah pohon di sebuah taman yang sangat indah.

"(Name) kenapa kau berada disini? pulanglah!"

Apa ayah dan ibu mengusirku? entahlah tapi aku sangat senang bisa bertemu mereka lagi.

"Pulanglah (name) 100 tahun terlalu cepat untuk kau bisa bersama kami." Ujar ibu lembut.

"Tapi aku ingin bersama kalian."

"Kau gadis yang baik, masih banyak orang yang menginginkan kau untuk bertahan, setidaknya hiduplah untuk ketiga kakakmu!"

Entah kenapa jarakku dengan ayah dan ibu kian menjauh, dan samar samar ku dengar ada suara yang memanggil namaku. Tiba tiba cahaya putih menusuk mataku, sontak akupun memejamkan mataku.

Evanescent [High&Low S.W.O.R.D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang