6

241 33 6
                                    

hachihh

Lihatlah gadis yang malang ini, karna kecerobohannya dia harus menanggung efek dari angin malam, mulai dari suhu badannya yang bertambah, ingus yang terus meronta ingin keluar dari hidung mungil sang empu.

"Kau masih berhutang penjelasan pada kami (name)!" Dengan telaten Hiroto merawat adik kesayangannya itu, mengganti kain kompres hampir setiap jam agar sang adik cepat pulih.

"Apa kau tega menagih hutang pada seseorang yang sedang terserang demam?" dengan nada manja (name) memasang muka melas andalannya.

"Jangan memasang wajah seperti itu!" terlihat Masaki yang kini berdiri di ambang pintu kamar (name).

"Baiklah, sebelumnya aku minta maaf karna membuat kalian khawatir. Semalam ketika aku hendak ke dapur aku mendapati kalian pergi dengan motor, aku tau kalian ingin mencari Takeru-nii lagi kan?"

Masaki dan Hiroto menatap satu sama lain, tak kunjung mendapat respon dari sang kakak, ia pun melanjutkan penjelasannya.

"Aku juga ingin berguna bagi kalian, adik mana yang tega melihat kakaknya membawa luka setiap pulang kerumah?, aku juga ingin mencari Takeru-nii, ia juga kakakku, keluargaku!" sambungnya.

Masaki mendekati adiknya dan duduk disebelah kasur (name), mengelus lembut pucuk kepala si gadis kesayangannya.

"Kau adalah keluarga kami yang berharga, kami tak bisa melihatmu terluka, atau Takeru-nii bisa mendatangi kami tiba tiba lalu meminta pertanggung jawaban." Masaki terkekeh pelan.

"Kau tau kan sesayang apa Takeru-nii padamu?" sambung Hiroto.

"Tapi ... "

"Sudahlah, istirahat dan cepatlah sembuh, lalu kita mencari Takeru-nii bersama." Hiroto memotong perkataan (name) guna meredakan kegusaran si bungsu.

"Janji?" dengan spontan (name) mengacungkan jari kelingkingnya, sebagai tanda bahwa Hiroto telah menyetujui perjanjian.

Hiroto pun tersenyum lembut melihat tingkah adiknya itu "Janji." ia pun membalas acungan sang adik, dan mereka mengaitkan jari kelingking satu sama lain, tanda kalau perjanjian sudah dibuat.

"Oy, apa kalian melupakanku?" tak terima dirinya di acuhkan, Masaki pun membuka suara.

Setelah enam pasang mata itu saling memandang, tak lama kemudian terdengar suara tawa dari mereka bertiga.

"Jangan lupakan hukumanmu, Amamiya (name)!" Hiroto mengingatkan adiknya, bahwa sekarang ia dalam masa hukuman yang belum jelas jenis hukuman apa yang akan ia terima.

Malam telah tiba, mentari sudah menyelesaikan tugasnya dan bulan serta bintang menggantikan tugas sang penyinar dikala pagi tiba. Di rumah sederhana terdapat 3 insan muda yang tengah menyantap makan malam.

"Aniki, bisakah kalian mengajariku cara bertarung yang benar?, aku sudah lupa teknik tekniknya."

Pertanyaan mendadak dari sang gadis membuat kedua lelaki dihadapannya tersedak. Sontak sang gadis menyodorkan gelas berisi air putih untuk keduanya.

"Kau yakin? Maksudku kepalamu ... " Masaki tampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Kau tidak boleh bertarung selama kepalamu belum sembuh total!" ucap Hiroto blak blakan.

"Baiklah aku akan berusaha untuk lepas dari penyakit ini." bukannya kecewa, sang gadis malah kegirangan karna menurutnya secara tidak langsung ia dibolehkan untuk bertarung kelak.

"Untuk apa kau bertarung? kau meragukan perlindungan kami?" Bukannya sombong, tapi menurut Masaki, (name) akan aman selama ada dirinya dan juga 2 saudara lelaki nya.

"Bukan begitu, aku yakin dengan kekuatan kalian, tapi aku juga ingin melindungi sesuatu dan mengalahkan sesuatu dengan kekuatanku sendiri." jelas (name).

"Memang apa yang ingin kau lindungi? dan siapa yang ingin kau kalahkan?" Hiroto menatap intens kedua manik mata milik adiknya.

"Aku ingin melindungi keluargaku dan orang orang yang berharga bagiku, walaupun tanpa kekuatanku kalian bisa menjaga diri, tapi tetap saja aku ingin melindungi kalian. Aku juga ingin mengalahkan diriku di masa lalu." jelas (name) sembari tersenyum lebar.

"Baiklah, cepatlah pulih lalu kami akan melatihmu menjadi gadis terkuat di SWORD." ujar Masaki antusias.

Mereka pun kembali menyantap makanan mereka, beginilah kehidupan si bungsu dari keluarga Amamiya. Dipenuhi tawa dan juga kegembiraan, sang kakak tak pernah sekalipun melihat air mata sang gadis, kecuali waktu kematian kedua orang tua mereka.

Dari luar orang orang akan menyangka bahwa (name) menjalani hidup dengan sempurna, tapi siapa sangka gadis belia itu harus menderita penyakit Amnesia sementara. Banyak orang yang iri dengan kehidupannya, ia memiliki wajah yang cantik, kakak nya yang tampan dan penyayang.

Padahal tanpa orang lain tau (name) yang setiap malam harus menuliskan semua hal yang terjadi padanya, bahkan kata kata yang telah ia lontarkan, dan salalu merasa canggung ketika pagi tiba.

-

"(name) untuk hari ini kau libur sekolah dulu, hari ini jadwal untuk kontrol ke rumah sakit, aku juga sudah mengabari Madoka dan pihak sekolah!" jelas Masaki.

"Baiklah."

Kini (name) dan dua kakaknya sedang berada di bangunan dengan cat dominan putih dan bau obat dimana mana, ya rumah sakit.

Hari ini adalah jadwal sang gadis memeriksakan kepalanya.

"Kepalanya sudah membaik, radang otaknya pun sudah hilang, namun untuk Amnesia sementaranya belum bisa dipastikan kapan akan sembuh." jelas seorang dokter kepada ketiga Amamiya.

"Apakah ada cara cepat untuk menyembuhkannya?" tanya (name) polos, ia ingin cepat sembuh karna janji kedua kakaknya yang akan melatihnya bertarung.

"Secara medis Amnesia tidak bisa disembuhkan dengan cepat, karna hal itu akan membuat si pengidap kesakitan ... " Sang dokter menunjukkan hasil rontsen kepala (name) "tapi mungkin ini akan sembuh lebih cepat jika sang pengidap memiliki motivasi kuat untuk sembuh."

"Yosh aku akan sembuh dalam waktu dekat!" bibir (name) terbuka lebar,senyum lebar merekah di wajahnya.





























-

Kasih saran plis ni book mau dibikin (name) x siapa

anw ciri2 (name) kalian imajinasiin sendiri ya,biar ga merusak ekspetasi kalian,eheeqq.

Evanescent [High&Low S.W.O.R.D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang