5

233 30 1
                                    

Tackk

"Gadis nakal!" Hiroto menyentil dahi adik kesayangannya itu, "taukah kau seberapa khawatirnya kami?" Mata nya menatap lekat (name)

Ketika (name) sampai rumah, ternyata kedua kakaknya sudah tiba terlebih dahulu. Ia pun harus menerima ocehan panjang dari dua lelaki itu.

"Maaf Hiroto-nii, aku tersesat."

Si gadis hanya menunduk merasa bersalah, ia tak ingin menceritakan niat aslinya. Ya walaupun gadis itu tak sepenuhnya berbohong, karna memang benar ia tersesat.

"Sampai mana kau berjalan?" Kini Masaki angkat bicara, ia menyenderkan tubuhnya di sofa.

"Aku tidak tau, tapi di sana tertulis Rude Boys, dan aku bertemu dengan Smokey-san, sepertinya dia yang memimpin geng itu, " binar matanya kian menyala, sepertinya gadis itu mulai mengagumi sosok pemimpin Mumei Gai.

"Dia sangat keren dan tampan!" (Name) membayangkan wajah Smokey sedang tersenyum.

"(Name)!" Hiroto memegang kedua pundak adiknya, "lalu apa yang terjadi padamu? apa mereka menyentuhmu? apa mereka menyakitimu?" Tanya lelaki itu bertubi tubi.

"Tidak, kalian bisa lihatkan aku tidak apa." Ujar (name) singkat.

***

Setelah acara makan malam, aku pun merebahkan diri di kasur kesayanganku, mencoba memutar kembali ingatanku yang hilang.

"Rude boys ..." gumam ku sambil menatap langit langit kamarku

"Rocky, Smoky." aku terus mengingat ingat wajah rupawan mereka.

Terlintas sesuatu di benakku,aku pun segera bangkit dan berjalan menuju meja belajar. Membuka buku diary ku dan mulai menggoreskan tinta pada lembar kosong.

Hari ini banyak hal yang terjadi padaku, aku hampir disentuh oleh pak tua bangka, tapi Rocky-san menolongku, karna pikiranku yang hanya tertuju pada Takeru-nii aku jadi tak sadar berjalan kearah mana. Aku pun tersesat di kota tanpa nama, Mumei Gai.Untung saja aku bertemu geng Rude boys, dan Smokey-san membiarkanku pergi.

Aku menutup buku diaryku dan menyimpannya kembali, lalu mengambil sticky note dan menuliskan beberapa hal disana, segera ku tempel pada sudut kamarku.

-

Jam sudah menunjukan pukul 1 malam,namun mataku belum juga mengantuk. Aku pun keluar kamar hendak ke dapur untuk membuat segelas susu coklat panas. Namun aku melihat kedua aniki ku yang meninggalkan rumah menggunakan motor mereka.

"Mereka mau kemana?" Monologku sambil menatap kepergian mereka.

Karna rasa penasaran yang tinggi, akupun ikut keluar tak lupa menggunakan hoodie kesayanganku. Karna malas, aku keluar menggunakan piyama, untung saja piyamaku panjang jadi udara malam tak akan menusuk kulitku secara langsung.

Ku hirup oksigen di malam hari dengan perlahan, sudah lama aku tak menghirup udara malam. Cahaya bulan purnama dan kilauan bintang yang gemerlap menemani langkahku yang tak tentu arah.

'Tunggu, apa aku tersesat lagi?' Ku pandangi sekitarku, yang benar saja kini aku berada di dekat kuil.

Aku pun terus berjalan,sambil berusaha mencari jalan keluar, tetapi nihil. Lebih dari 3 kali aku berjalan pergi dan kembali ke kuil ini.

'Baiklah, sepertinya menelfon aniki adalah satu satunya cara.'

Aku pun mendudukan diri di salah satu anak tangga kuil itu, dan menghidupkan handphone untuk menelpon Masaki-nii. Walau aku tau konsekuensi yang akan ku dapat, tapi itu lebih baik daripada aku harus terus berjalan dan makin tersesat.

"Halo, Masaki-nii"

'(Name), kau belum tidur?' terdengar suara Masaki-nii yang menandakan bahwa ia mengkhawatirkanku.

"Maaf Masaki-nii, tapi aku tersesat." Dengan kekehan di akhir kalimatku, aku bersiap untuk menjauhkan telepon ku dari telinga.

'Tunggu, tersesat? Apa kau keluar rumah lagi? aku benar benar harus menghukummu (name)!' Terdengar pekikan dari seberang sana.

Ya itulah maksudku, aku masih menyayangi telingaku.

'Dimana kau sekarang?' Kini yang terdengar adalah suara Hiroto-nii.

"Entahlah, tapi aku berada di sebuah kuil, dan terdapat tanda Daruma Ikka dibagian pintu masuk."

Piip piip

Setelah mengetahui lokasiku ia segera mematikan telpon secara sepihak, dasar.

***

Terlihat seorang gadis yang tengah kebingungan, duduk termenung di salah satu anak tangga sebuah kuil, yang berada di wilayah Daruma Ikka. Menoleh kesana kemari sambil beberapa kali menggosok telapak tangannya.

Ia termasuk gadis yang pemberani, dalam artian dia tidak takut akan adanya hantu, karna sedari kecil ia memang tidak mempercayai hal hal yang berbau mistis.

"Woi bocah!" Terdengar suara bariton memanggil sang gadis.

(Name) sontak menoleh ke arah sumber suara, terlihat sosok pemuda dengan haori berwarna merah.

Menakutkan.

Itulah yang pertama kali terlintas diotaknya, (name) sedikit memicingkan matanya, guna memperjelas sosok yang berada diambang pintu masuk kuil.

"Maaf bila aku mengganggu!" (Name) langsung berdiri, mundur beberapa langkah dan sedikit membungkukkan badannya, "Aku hanya tersesat, bisakah kau menunjukan jalan keluar?"

"Ha?" Pria berhaori Merah tersebut melangkahkan kaki, mendekati si gadis, "apa kau tidak tau sedang berada dimana dirimu?" Pria itu menatap (name) dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Terlihat (name) yang sedang gemetar menahan rasa takut sekaligus menahan suhu udara malam yang makin menipis.

"Hyuga!" Kini suara bariton kembali terdengar, memanggil sang pria bermuka sangar.

"Ukyo? kau menganggu!" Hyuga pun berbalik "bawa gadis itu keluar dari sini!" Perintahnya

-

"Siapa namamu? kenapa kau bisa berada di wilayah Daruma di tengah malam begini?" Ukyo membuka suara

"Namaku (name), aku tersesat karna berusaha mengikuti kedua kakakku."

"Aku Ukyo, dan pria tadi adalah Hyuga Norihisa, pemimpin Daruma Ikka, kusarankan untuk tidak berurusan dengannya, karna ia sangat brutal." Sejak kapan mulut lelaki menjadi selicin ini, dengan mudahnya membicarakan pemimpinnya.

Mereka berjalan beriringan keluar dari wilayah Daruma, kini mereka sudah sampai didepan sebuah konbini.

"Sampai sini saja Ukyo-san, aku akan menelfon kakakku agar menjemputku disini."

Setelah beberapa menit menunggu, terdengar suara motor yang kian mendekat, sudah dapat dipastikan itu suara motor kedua kakak (name).

"Hiroto-nii, Masaki-nii!" Pekik (name), awalnyania merasa lega karna kedua pahlawannya telah datang, namun beberaoa detik kemudian (name) harus menelan ludahnya kasar karna melihat ekspresi kedua lelaki itu.

(Name) hanya bisa menggaruk tengkuknya sambil memperlihatkan cengiran khasnya. Ia pun mendekati kedua lelaki itu.

"Maaf aniki." Ia menundukkan kepala sambil meremas ujung jaket Masaki.

Karna tak mau membuat adiknya semakin kedinginan ia langsung menyuruh sang gadis untuk membonceng dirinya.



Evanescent [High&Low S.W.O.R.D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang