9. Take Care

15.9K 935 23
                                    


EP. 9. Take Care

********

Reina duduk di kursi taman sembari mengayun-ayunkan kakinya. Pandangannya kosong pada hamparan langit malam yang mendung. Sepertinya akan turun hujan, kilat pun sesekali mengerjap diikuti suara petir setelahnya.

Namun, hal tersebut tak membuat Reina beranjak. Sudah satu jam dia termenung di sana dengan perasaan gamang.

Sejak kecil, impian terbesar Reina adalah Nathan. Reina sangat mencintai Nathan lebih dari apapun, tapi bukan berarti dia ingin menikahinya dengan cara seperti ini.

Ketika Nathan membuat kesepakatan untuk menikah hanya untuk status di atas kertas, Reina sebenarnya merasa tidak terima, hal seperti itu tidak pernah ada di dalam rencana hidupnya.

Reina mungkin masih muda, tapi bukan berarti dia tidak mengerti arti pernikahan. Reina ingin kehidupan pernikahan berjalan seperti pada umumnya, dan dia ingin Nathan mencintainya serta menerima pernikahan mereka dengan sebenar-benarnya.

Ini tidak bisa diterima.

Reina mendengus, dia masih sangat ingat kesepakatan pernikahan yang Nathan buat tadi pagi, terutama yang nomor satu. Sial. Reina tidak pernah menyangka akan mengalami cinta segitiga dengan orang yang sudah meninggal.

"Nathan brengsek, beruang gila." Umpat Reina pelan.

"Siapa yang gila?"

Reina tersentak kaget mendapati Albi tiba-tiba datang dari arah belakang sambil tersenyum jenaka.

"Ketemu lagi kita, Rei." Seru Albi. Reina hanya terdiam dengan mata mengikuti Albi yang bergerak duduk di sebelahnya.

"Bentar lagi hujan, lho. Ngapain masih di luar?" Tanya Albi kemudian.

"Pengin aja." Reina terdiam sejenak untuk berpikir. "Habisnya diem mulu di apartemen suntuk." Lalu meringis kecil.

"Iya, sih." Albi menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi tanpa melepaskan pandangannya dari wajah cantik Reina yang polos tanpa polesan make up. "Tapi ini mau hujan, harusnya kamu pulang. Kan sayang nanti cantiknya luntur kalau kehujanan."

"Apaan, sih?" Reina mendengus geli.

Albi terkekeh kecil. "By the way, udah jalan-jalan ke mana aja selama di sini?"

Menghembuskan napas lesu, sudah hampir lebih dari satu minggu dia berada di Indonesia, tapi belum pernah jalan-jalan ke manapun selain ke tempat wisata malam empat hari yang lalu.

Dan Nathan yang sudah berjanji akan mengajaknya jalan-jalan saat laki-laki itu libur, hari ini dia malah tidur seharian. Tck, menyebalkan.

"Rei, kok, malah bengong?" Albi melambaikan tangannya di depan wajah Reina, membuat gadis itu kembali tersentak.

"Eh?" Reina linglung sejenak, lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Aku belum ke mana-mana, sih. Soalnya yang mau ngajakin jalan-jalan sibuk mulu." Keluhnya.

"Wahh, sayang banget jauh-jauh ke sini nggak ngapa-ngapain. Kalau cuma mau diem doang, mah, mending di rumah aja nggak usah liburan." Cibir Albi, membuat Reina mengerucutkan bibirnya.

"Tapi aku nggak diem-diem banget, kok." Reina tak terima.

"Emang udah ke mana?" Sahut Albi masih dengan nada mencibir.

Reina mengerling-berpikir. "Aku jalan-jalan ke rumah sakit-"

"Pfft, Haha." Tawa Albi yang lepas begitu saja menghentikan kalimat Reina. Gadis itu langsung mendelik sebal.

Menjadi DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang