7. Pulang

23 7 4
                                        

Mengharapkan orang lain selain dirimu sendiri, adalah hal yang menyakitkan

****

Sekembalinya mereka ke kantor, Aya langsung menuju pantry mengambil air minum, perutnya sungguh terasa lapar. Begitu tiba di ruangannya, ia melihat Sharen dengan kaca mata bertengger manis di wajahnya menandakan jika ia tengah serius bekerja. Di sebelahnya ada Vero yang sibuk dengan mesin pencarian Google, entah apa yang ia cari Aya kurang paham.

Aydan sudah terlebih dahulu sampai, dan sekarang lelaki itu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi sambil memejamkan mata. Aya berdecih ketika melihat Aydan seperti itu. Lelaki di sebelahnya hanya menggunakan kaos berwarna coklat muda, jaket denim andalannya sudah ia tanggalkan.

"Baru makan lo?" Di sela-sela kesibukannya Vero masih bisa menangkap gerak-gerik Aya yang tengah sibuk memakan apa yang tadi ia bungkus.

"Baru sempat," jawab Aya tengah menikmati makanannya.

"Nggak baik, telat makan mulu. Nanti kalau tewas kita semua cuma bisa kasih lo sumbangan itu pun paling banyak satu juta," cibir Vero. Menyakitkan sekali kata-katanya membawa-bawa tewas, tapi makna di setiap ucapan Vero adalah bentuk kepeduliannya.

"Kalau gue tewas, lo duluan gue hantuin!" Aya tak kalah ngegas. Sharen yang dari tadi tak bisa menahan ketawa akhirnya tertawa pecah, ia tak habis pikir bagaimana bisa Vero memakai kata tewas di quotenya hari ini. Wajar saja Aya marah.

"Lagian lo, segala bawa-bawa kata tewas," sambung Sharen yang langsung menggeret kursinya menuju tempat Aya sambil menepuk-nepuk bahunya.

"Sabar, ya, Ya. Vero mulutnya emang perlu dicongkel," ujar Sharen masih dengan sisa-sisa ketawanya.

"Emang mata, bisa dicongkel?" sungut Vero tak terima.

Perkara Aya telat makan saja semua orang bisa jadi rusuh, Aydan yang sedari tadi hanya menyimak percakapan di ruangan barunya itu hanya bisa menghela napas panjang. Sungguh absurd orang-orang di kantor cabang mereka.

Jam di kubikel Aya sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat lima belas menit, sudah waktunya untuk pulang. Sayang sekali Sharen dan Vero masih betah berada di kantor, karena pekerjaan mereka belum selesai. Sementara, Aya sudah selesai dia lebih sering membawa tugas kantornya di rumah. Menurutnya ia bisa mengerjakan sambil bersantai.

"Kalian belum ada rencana mau pulang gitu?" tanya Aya menoleh ke Sharen dan Vero bergantian.

"Hectic gue, tadi mbak Fallen minta selesain laporan yang dari Golden Inn," jawab Sharen tak beralih dari layar komputernya, mata Aya beralih ke Vero yang masih betah menatap layar di depannya.

"Gue lagi cari sesuatu, lo kalau mau pulang duluan aja tuh Aydan juga udah mau cabut kayaknya." Sama seperti Sharen Vero bahkan tidak sempat menatap lawan bicaranya itu. Tapi, ia tahu kalau Aydan bergerak bangkit dari tempatnya.

"Gue duluan, ya." Aydan membawa tas jinjingnya lalu berjalan meninggalkan ruangan.

Setelah Aydan keluar Vero dan Sharen langsung merenggangkan otot-otot mereka, Sharen menggerakkan mulutnya yang terasa kaku. Aya menatap kedua temannya itu heran dan penuh penasaran.

"Kalian kenapa?" tanya Aya lagi.

"Akhirnya, sepanjang-panjang Aydan ada di ruangan gue nahan diri untuk nggak berisik." Vero menyahut dengan nada penuh kelegaan.

REHABILITASI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang