5. Accident

23 7 3
                                    

Aya berdiri di pinggir parkiran karena ia sudah berjanji untuk menemani mbak Fallen menemui Client di sebuat restoran yang lumayan jauh dari kantor mereka. Ia menunggu dari tadi namun tak melihat pergerakan apapun dari mobil berwarna Merah di dekatnya itu, mobil yang sudah bisa dipastikan milik Fallen. Ia sesekali melirik jam sudah hampir menunjukkan pukul satu siang. Tak lama, Sebuah mobil Pajero berwarna putih stop di depannya. Kaca mobil itu turun dan menampilkan wajah Aydan beserta Fallen yang sudah bertengger manis di dalamnya. Fallen melambaikan tangannya membuat Aya mau tak mau menyipitkan matanya demi memastikan di dalam itu benar yang akan ditemuinya.

"Ya, yo masuk!" teriak Fallen setelah kaca mobil benar-benar diturunkan.

"Oh, iya, Mbak." Aya menjawab singkat, ia segan bukan kepada perempuan di depannya, tetapi terhadap lelaki yang duduk di belakang kemudi dan berada tepat di sebalah kanan mbak Fallen.

Aya menaiki mobil itu, kemudian menutup pintu begitu pelan sehingga tidak tertutup rapat dan sudah tentu mendapat teguran dari si lelaki pemilik mobil.

"Kurang kuat!" ucapnya sedikit dingin.

"Hmm, maaf." Aya mengulang menutup kembali. ia sempat merutuki dirinya sendiri yang tampak bodoh semenjak duduk di jok belakang mobil teman barunya.

"Ya, berkas yang mau ditandatangi sudah kamu bawa semua?" tanya Fallen tanpa menuntut.

"Udah semua, Mbak, ini untuk yang di Hotel Sadewa, kan?" tanya Aya sekadar untuk meyakinkan kalau dirinya benar.

"Iya, benar yang itu."

Mobil yang mereka naiki sudah turut memadatkan jalan raya. Di belakang Fallen, Aya hanya diam saja mendengar cerita antara atasannya itu dan lelaki yang menurutnya menyebalkan itu. Kedua orang di depannya itu sesekali tertawa. Dari tempatnya, Aya bisa dengan leluasa memerhatikan lelaki yang memiliki senyum manis itu. Merasa diperhatikan, deheman singkat keluar dari mulutnya, "Ekhem."

Aya langsung membuang muka, ia melempar pandangannya ke luar jendela.

"Kenapa, Al?" Fallen menyenggol lelaki di sebelahnya.

"Nggak apa-apa, kasian ada nyamuk di belakang," sindir lelaki itu membuat Aya otomatis cemberut.

"Oh, Aya maksud kamu?" Fallen terkekeh.

"Ya, Aydan bisa lo diandalkan sebagai laki-laki." Kali ini Fallen mencari keberadaan Aya yang di belakangnya.

"Hehe, emang kenapa, Mbak?" Aya mengerti maksud atasamnya itu, ia hanya tidak mau langsung menyambar karena orang yang menjadi topik pembicaraan mereka adalah orang yang tidak asik diajak bicara, itu menurut Aya.

"Kamu kan masih jomblo tu, mending sama yang deket-deket aja."

"Apaan sih lo." Aydan langsung menepak bahu Fallen cukuo keras tampaknya.

"Terima kasih deh, Mbak, tawarannya. Tapi, kayaknya nggak dulu deh, terakhir sama yang deket, gue tetap ketikung tuh." Aya mendengus sebal saat bagaimana ia harus merelakan kekasihnya jalan bareng dan bermesaraan di depan matanya.

"Aydan jangan kamu samainlah dengan dengan mantan kamu itu." Fallen turut sebal bagaimana mantan Aya membuat stafnya itu terluka. Jika menjambak rambut orang tidak akan terkena masalah, Fallen akan terlebih dahulu menjambak rambut perempuan yang berani-beraninya menikung Aya yang baik hati.

Aydan yang sadar akan perubahan ekspresi atasannya itu turut terhera-heran bagaimana bisa seorang Fallen tampak tak suka terhadap mantan Aya? Urusan perempuan lebih baik dia diam daripada turut berkomentar berujung pada perdebatan.

"Mbak, kemarin dari Manajemen bilang ada email masuk, undangan untuk tender pembangunan ruang laboratorium 5 miliar, terus Mas Zain bilang, mau diambil nggak?" suara Aya menghentikan lamunan Fallen.

REHABILITASI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang