Yap di tengah kesibukan yang sibuk, gue masih sangat ingin melanjutkan cerita Aya dan Aydan ini.
Jadi, gue harap kalian bisa ngedukung gue dengan terus membaca dan sesekali boleh lah ya tinggalin komentar, like sebagai penyemangat gue dalam menulis cerita ini.
Dan tak lupa juga gue ucapkan terima kasih untuk yang masih sangat setia membaca cerita gue, i love you guys ❣❣❣
Jangan merasa penting untuk orang yang tidak menganggap kamu tidak penting
****
Sepeninggalan Aya, Keempat orang yang masih berada di salah satu meja itu siap untuk menyantap makanan yang sudah datang. Berkas yang sudah ditandatangani tadi sudah disimpan Fallen ke dalam map plastik yang dibawa Aya.
"Kamu belum ada niatan untuk menikah, Dan?" suara lelaki itu membuat Aydan menghela sejenak.
"Sejauh ini masih belum, Om Hadi," jawab Aydan sopan.
"Yang tadi sekretaris kamu?" tanyanya lagi.
"Bukan, Om. Itu staff Fallen," jawab Aydan sopan.
Setelah pembicaraan itu suasana meja tampak hening. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Sementara Aya masih belum bergabung bersama mereka.
Karena penasaran, Aydan izin untuk ke toilet.
Ia mencari sosok perempuan yang dari tadi menghilang, pikiran lelaki itu sudah penuh dengan umpatan-umpatan yang akan ia luapkan. Sayang sekali, ketika ia melihat sosok Aya keluar dari tempat yang bertuliskan mushola, umpatannya lenyap begitu saja. Berubah menjadi, sedikit syahdu melihat Aya yang berjalan ke arahnya. Karena memang untuk kembali ke meja mereka tadi harus melewati toilet dulu
"Ngapain lo?" tanya Aya sedikit memicing melihat Aydan berdiri di depan toilet perempuan.
"Mau ngintip, ya?" tuduh Aya membuat Aydan kesal lalu berjalan meninggalkannya yang masih kebingungan.
Mereka sudah kembali ke meja, sementara Om Hadi dan perempuan yang mereka ketahui sebagai sekretaris tadi sudah pamit undur diri.
"Om Hadi udah cabut?" tanya Aydan pada Fallen yang sibuk dengan gadgetnya.
"Iya, baru aja. Katanya ada panggilan mendadak," jawab Fallen.
"Ya, ini makanan kamu mau dimakan di sini atau dibungkus aja?" Fallen kembali bersuara menatap Aya yang baru saja tiba, sementara Aydan sudah duduk dengan tangan disilangkan di depan dadanya.
Menatap Aydan seolah tak bersahabat Aya lebih memilih untuk dibungkus saja. Setelah menanti beberapa lama untuk bungkusan makannya, akhirnya seorang pelayan datang dengan kantong yang sudah rapi.
Mereka bertiga sudah berada di parkiran dan siap untuk kembali ke kantor sesaat sebelum Aydan melajukan mobilnya, sebuah panggilan masuk ke ponsel Fallen, perempuan cantik itu langsung mengangkatnya, terlibat obrolan yang sangat serius tak lama panggilan pun berakhir.
"Duh, maaf kayaknya aku nggak bisa lanjut ke kantor deh. Dafa sakit, mendadak badannya panas." Fallen menceritakan keadaan anaknya yang baru berusia lima tahun itu.
"Terus gimana? Mau gue anter ke kantor atau ke rumah langsung?" Aydan ikut merasakan kepanikan.
"Nggak usah, Al. Suami udah menuju ke sini. Kalian lanjut ke kantor, nanti untuk yang dari mas Zain tolong kamu email aja, Ya." Wajah cemas Fallen sangat jelas terbaca, Aya mengangguk paham. Dafa adalah anak dari Fallen yang sangat menggemaskan, beberapa kali ia bertemu dengan Dafa yang lumayan akrab dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
REHABILITASI HATI
LosoweKata orang, selama lo masih bisa mikir, maka selama itu pula lo akan pusing. Aya mendengar Quote itu dari mulut abang-abang yang sedang menikmati nasi telor balado di warteg dekat kontrakannya. Hatinya kembali bergetar ketika dihadapkan dengan soso...