4. Aydan

24 6 6
                                        

Hello, Guys...
Jangan lupa untuk komen dan like ya...
Lanjuttt~

****

Suasana ruangan mereka sangat riuh ketika Aydan diperkenalkan oleh Fallen sebagai rekan mereka yang baru. Lelaki itu mengangguk sopan lalu bersalaman dengan semua orang yang ada di sana. Termasuk, Aya. Aya ogah-ogahan menjabat tangan lelaki itu. Aydan mendekatkan wajahnya ke telinga Aya sambil membisikkan, "Gue nggak suka satu tim dengan orang pemalas." Setelah mengatakan itu, muncul tatapan datar di mata Aydan. Aya bergidik ngeri melihatnya. Ia tak mau membalas ucapan tak penting itu, ia tak malas  hanya saja tadi ia benar-benar mengantuk. Sampai sekarang saja badannya masih pegal-pegal. Efek lembur bermalam-malam di hari-hari sebelumnya.

"Hai, gue Sharen Prasatya, panggil aja Sharen, kita bakal sering ketemu." Sharen tersenyum hangat.

Langsung disambut Aydan dengan senyuman, yang siapa saja melihatnya pasti terpesona.

"Aydan," jawab Lelaki itu singkat.

"Gue Adi Aldiansyah, kalau mau merencanakan sesuatu bisa panggil gue, gue duduk di sana." Mas Adi menunjuk kubikel tempatnya berada.

"Gue Vero, satu tim dengan Aya dan Sharen. Kalau lo mau gabung lo harus siap-siap direcokin dua bocah ini." Vero menunjuk Aya dan Sharen.

Setelah perkenalan mereka semua kembali ke tempat masing-masing. Baru saja Aya mendaratkan bokongnya ke kursi, ponselnya sudah berbunyi panggilan berasal dari mbak Sulastri yang sudah pasti membahas mengenai proyek yang sedang berjalan.

Aya menghela kasar lalu beranjak dari tempatnya.

"Ke mana, Ya?" tanya Sharen yang masih sibuk memperbaiki bulu matanya.

"Biasa panggilan dari sebelah," jawab Aya malas.

"Eh, mau ke keuangan? Ajakin Aydan tu sekalian kenalan sama orang sebelah." Sharen tanpa dosa mengucapkan itu. Tidak kah iya tahu bahwa ia dan Aydan tidak dalam suasana baik-baik saja.

Pertemuan pertama yang membuat keduanya saling merasa tidak suka.

"Aydan, lo mau ikut Aya nggak ke bagian keuangan?" tanya Sharen menatap Aydan penuh harap. Aydan menimbang sejenak lalu segera berdiri.

"Boleh deh," ucapnya singkat.

Aya menunggu Aydan berjalan di belakangnya sebelum masuk ke ruangan Sulastri.

"Ini divisi keuangan, di sini ada Mbak Sulastri, yang mau kita temui." Aya berucap pelan sebelum ia membuka pintu. Sementara Aydan seperti ogah-ogahan mendengarkan ucapan Aya.

Begitu mereka masuk, semua mata tertuju kepada Aydan, Aya bisa merasakan tatapan itu. Sampai mereka tiba di tempat mbak Sulastri.

"Ya, kamu bisa ngelengkapin dokumen ini nggak nanti?" tanya Sulastri menunjukkan catatan yang diterimanya. Aya membaca sebentar.

"Oh, ini aja kan, Mbak?" Aya memastikan lagi jika hanya itu saja yang perlu ia lengkapi.

"Sejauh ini sih iya, eh omong-omong siapa?" Sulastri memberi kode untuk memperkenalkan orang yang berdiri di belakangnya.

Jika kalian menganggap Aydan mengenakan kemeja necis, kalian salah besar. Lelaki itu mengenakan jaket denim dan celana jeans. Tidak seperti orang yang kerja di kantoran.

"Ini kenalin, Aydan orang baru di operasional, Mbak." Aya mengenalkan Aydan. Aydan langsung maju menyalami Sulastri dengan sopan dan ramah. Sangat berbeda saat bicara dengan dirinya.

"Oh anak baru, semoga betah bekerja di sini. Kamu masih jomblo nggak?" tembak Sulastri langsung membuat Aya menggeleng tak habis pikir.

"Masih single, Mbak." Aydan tersenyum tipis. Ia tak suka ada yang mengusik statusnya.

"Kalau masih single, cocoknya dengan Aya, dia masih jomblo belum laku-laku." Mbak Sulastri terkekeh pelan, sementata Aya hanya bisa meremas kertas yang diberikan perempuan di depannya itu.

"Yaudah, kami permisi dulu, Mbak." Akhirnya Aya mengatakan itu. Ia tak mau berlama-lama di ruangan itu.

Keluar dari ruangan Sulastri, Aya mendapati sosok Lia sedang bercengkrama asik dengan Yudi, lalu terhenti ketika Aydan melintasi mereka. Terlihat jelas bagaimana tatapan Lia saat memandangi Aydan. Tak disangka Lia mendekati mereka.

"Hai?" Sapaan Lia berhasil menghentikan langkah Aydan yang berada di belakang Aya. Aya menoleh langsung menggeleng tak percaya ketika ia mengulurkan tangannya ke arah Aydan.

"Anak baru, yha? Saya, Lia tim Keuangan di sini," lanjutnya masih dengan tangan terulur.

Sangat tak disangka, Aydan mengabaikan tangan Lia lalu melangkah tak peduli meninggalkan Lia dan Aya. Aya menganga, satu sisi ia ingin tertawa melihat ekspresi Lia saat ini. Sayangnya ia harus menahan hasratnya untuk tertawa.

"Nggak semua orang sesuai ekspektasi lo," ucap Aya dekat dengan telinga Lia, lalu menyusul langkah Aydan.

Begitu keluar ruangan, Aya mendapati Aydan masih berdiri di dekat pintu.

"Dia siapa sih? Kok aneh-aneh aja orang di sini," komentar Aydan yang menunggu jawaban Aya.

"Lia, bagian keuangan. Emang rada-rada anaknya. Apalagi kalau ngeliat cowok cakep, hmm dahlah semua orang mau disikut sama dia," jelas Aya. Yang mendapat tatapan aneh dari Aydan.

"Oh gitu, risiko jadi cowok cakep emang berat," bisik Aydan tentu saja telinga Aya masih mendengarnya dengan jelas.

"Ge-er lo."

"Orang lo yang ngomong kok."

"Kapan?"

"Dahla males gue debat sama lo." Aydan membuka handle pintu lalu masuk meninggalkan Aya yang cemberut sambil menghentak-hentakan kakinya.

Perempuan yang hari ini mengenakan kemeja berwarna coklat dan celana dasar berwarna hitam itu sudah kembali ke tempat duduknya dan mulai mengerjakan file-file yang sudah menumpuk di emailnya.

Ada beberapa deadline yang harus selesai dalam minggu ini, Pengawasan untuk Pembangunan gedung rumah sakit, di salah satu rumah sakit ternama di kota ini.

"Sharen sini sebentar," panggil Fallen dari depan pintu ruangannya. Sharen langsung bangkit lalu berjalan mengikuti Fallen yang menghilang dari daun pintu.

"Ren, tolong kamu bantu ya si Aya, sumpah aku beneran nggak ngerti lagi deh maunya keuangan apa? Ini udah nggak profesional banget mereka," ucap Fallen kesal. Ia tahu bahwa beberapa minggu ini yang pegang semua laporan itu Aya, untuk menggantikan Sharen sementara.

Tapi, bukan berarti anak buahnya itu tidak bisa bekerja, ia tahu bagaimana kemampuan Aya, perempuan itu tak pernah mengecewakan Fallen, sayang sekali akhir-akhir ini laporan yang Aya kasih ke tim Keuangan selalu belum lengkap.

"Gue yakin deh, ini pasti kerjaan si Lia. Dia ngapain sih bawa-bawa masalah pribadi." Sharen turut kesal mendengarnya. Seharusnya sebagai manusia yang berpikir Lia bisa tahu mana yang urusan kantor dan urusan pribadi.

"Emang kenapa sih dia?" tanya Fallen penasaran.

"Ya biasa, Mbak masalah masa lalu. Emang dia nggak bisa di-cut aja gitu?" Sharen balik bertanya.

"Gimana mau di-cut orang oomnya aja masih bertengger manis manajer keamanan." Fallen menghela kasar. Ia tahu masalah masa lalu, tapi ini bukan sekadar untuk membahas masa lalu. Ia berkali-kali mendapat laporan dari atasannya mengenai kinerja Aya yang tidak sesuai dengan visi-misi perusahaan.

Fallen selalu membela Aya, karena memang dia patut untuk diperjuangkan. Seorang yang pekerja keras tanpa milih-milih pekerjaan mana yang mau ia kerjakan.

****

See you next part all ❣❣❣❣❣❣

REHABILITASI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang