8. Menabrak

28 7 12
                                        

Tidak bisa bukan berarti tidak mau.

****

Aya sudah berada di parkiran ia menuju ke mobilnya berwarna merah. Beberapa kali ingatannya teralihkan dengan kejadian di depan pintu lift, bagaimana bisa Aydan dengan santainya menolak Lia. Apa lelaki itu tidak tahu bagaimana kekuatan Lia di Perusahaan mereka. Bahkan Yudi saja bertekuk lutut, rela meninggalkannya yang masih sangat cinta saat itu. Sayang sekali entah apa yang ada di otak Yudi, lelaki itu justru lebih memilih Lia ketimbang dirinya.

Mau diapakan lagi, Aya tak bisa mengontrol perasaan orang lain, ia hanya bisa mengontrol perasaan dirinya sendiri.

Aydan yang berjalan beriringan dengan Aya hanya disibukkan dengan pikirannya mengenai Tender. Ia harus membuat profit di perusahaan cabang ini meningkat agar bisa kembali ke Bandung.

"Lo tadi kok berani ngomong gitu ke si Lia?" Aya mepet sedikit ke tubuh Aydan. Ia penasaran kenapa berani-beraninya Aydan seperti itu tadi.

"Emang kenapa?" Aydan membalas ucapan Aya seperti orang yang mau mengajak Gibah, ucapannya tadi saja lebih cocok disebut bisikan.

"Lo bakal nyesal kalau tahu dia siapa," lanjut Aya menjelaskan. Sayang sekali lawan bicaranya itu tidak terpengaruh dengan ucapannya.

"Mau dia siapa kek, gue nggak suka kalau ada yang nyentuh-nyentuh gue tanpa permisi!" kesal Aydan.

Aya terdiam ia berhenti berjalan, merasa bersalah sudah dengan lancang menyentuh Aydan lebih lagi ia memukuk Aydan.

"Aydan!" panggil Aya yang sudah tertinggal langkah dengan Aydan. Aydan berhenti lalu menoleh.

"Apa?" tanyanya dengan nada sedikit kesal, perempuan di sebelahnya itu banyak omong sekali.

"Gue benar-benar minta maaf, udah mukul lo. Sebagai gantinya nanti pas gajian gue traktir lo makan." Aya benar-benar merasa bersalah kali ini.

"Deal!" Cuma kata singkat itu yang keluar dari mulut Aydan. Aydan kemudian berlalu meninggalkan Aya yang melangkah pelan. Nggak ada basa-basi sama sekali.

Aya menghentakkan kakinya, karena ia sudah bisa pastikan kalau ia akan mengeluarkan uang banyak untuk mentraktir Aydan. Cowok yang dari tadi hampir memenuhi isi pikirannya.

Aydan melajukan mobilnya keluar gerbang tak lama ia mendengar suara sesuatu berdentum. Melirik dari spionnya, betapa kagetnya ketika melihat mobil yang diketahui Aydan milik Aya itu menghantam pagar.

Aydan menggeleng pelan, lalu melepas seatbelt keluar dari mobil langsung menuju tempat mobil tertabrak.

Ia mengetuk kaca mobil menunggu sang pengemudi keluar.

Aya yang mendengar ketukan dari luar kaca hanya bisa pasrah menurunkan kaca mobil. Kejadian yang sangat singkat, bahkan ia tak sempat untuk menginjak rem.

"Lo kenapa?" tanya Aydan yang bisa menangkap raut cemas dari perempuan di depannya.

"Udah tahu gue nabrak," ucap Aya dengan suara bergetar matanya sudah berkaca-kaca. Bisa-bisanya ia nabrak pagar. Yang ia pikirkan adalah gajinya yang akan habis mengganti rugi pagar kantor mereka.

"Sebenarnya lo bisa nyetir nggak sih, ini pagar segede gaban kaga keliatan sama mata lo?" Aydan berdecak tak habis pikir. Aya sudah habis tenaga untuk menimpali ucapan Aydan. Jantungnya masih belum bisa stabil, untung saja ia sudah memakai seatbelt kalau tidak mungkin ia sudah terpental ke depan.

REHABILITASI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang