10. Aroma

20 6 3
                                    

Guys, sorry banget telat update. Karena ada beberapa hal yang harus dikerjaikan. Wkwk

Masih ada yang setia menunggu??
Coba deh gue pengen banget kalian komen, kalau emang nungguin cerita gue yak.

Love ❣❣❣❣

************

Jika kehadiranmu membawa harapan, seharusnya jangan pernah mengecewakan

*******

Makan malam kali ini disponsori oleh Aydan yang berdiri di tempat parkir mobil, ia masih sibuk dengan ponselnya yang menempel di telinga. Sepertinya ada hal penting yang membuatnya harus menyingkir dari rombongan yang sedang asik menunggu pramusaji menghidangkan pesanan mereka. Di sela-sela kesibukannya Aydan melihat sosok Aya yang baru saja muncul dari bangunan kecil di dekat parkir, sudah dipastikan itu adalah Mushola.

Lagi-lagi, Aydan menemukan wajah syahdu dari wajah Aya. Memang banyak sekali perempuan yang ia temui menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Tapi, baru kali ini ada orang yang di sekitarnya yang seperti Aya. Bahkan perempuan-perempuan yang pernah ia kenali dan dekati tidak ada yang peduli mengenai iman mereka.

"Aydan kamu dengar aku ngomong?" suara di sebrang sana mulai terdengar kembali di telinga Aydan.

"Setelah semua yang telah kamu lakukan, kamu masih pengen kita biasa saja?" tanya Aydan dingin.

"....."

"We are done, Jes!" ucap Aydan langsung memutuskan panggilannya.

Aydan menggenggam Hpnya keras rasanya ingin sekali ia membanting benda pipih itu. Bisa-bisanya perempuan bernama Jesica itu memintanya untuk kembali dan mengancamnya jika tidak mau balikan.

Di usianya yang sudah menginjak kepala tiga Aydan sudah tidak tertarik lagi dengan drama percintaan yang menurutnya sudah tidak bermutu.

Mengingat Jesica, membuat Aydan mengingat kebodohannya, bagaimana ia bucin dan bagaimana ia memanjakan perempuan yang sebenarnya masih ia sayangi. Tapi, bagaimana pun ia harus tegas dengan perasaannya sendiri, sudah cukup Jesica semena-mena memperlakukannya. Perempuan itu pula lah yang menjadi alasan Papanya melemparnya jauh ke cabang perusahaan. Padahal, sejujurnya Aydan sudah mulai merintis usahanya sendiri, namun sayang usahanya itu harus dibekukan oleh papanya.

"Aydan? lo ngapain di sini? jangan bilang lo mau kabur karena nggak sanggup bayar pesanan kami?" Aya yang muncul tiba-tiba dengan segala kecurigaannya.

Aydan hanya melongo, perempuan di depannya ini sangat berbeda, berbeda sekali dengan Jesica mantannya. Jauh berbeda bahkan, Aydan menggelang pelan mengusir sesuatu yang tiba-tiba muncul di dalam pikirannya.

"Bahkan harga diri ko bisa gue beli!" ucap Aydan tiba-tiba penuh emosi. Pria itu langsung meninggalkan Aya yang terlihat sangat kaget dengan ucapannya.

Aya yang mendengar ucapan Aydan barusan mendadak mematung, bagaimana bisa seorang Aydan bisa ngomong menyakitkan seperti itu, padahal niatnya tadi hanya bercanda.

Setelah menetralisir keadaan hatinya Aya kembali bergabung dengan teman-temannya, ia duduk di antara Sharen dan Vero. Seperti biasa Aya hanya memesan Ayam bakar dan jeruk hangat. Pikirannya masih kalut saat ini hanya saja ia menyembunyikannya.

"Meski ia begitu, tadi pagi yang nolongin lo itu dia, Ya."

Aya mencoba menenangkan hatinya, mencoba mengingat kebaikan Aydan agar dirinya tidak meneteskan air mata dan merasa kecil. Aya sebisa mungkin menghindari interaksi dengan Aydan saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REHABILITASI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang