Chapter 2 Actor?

319 34 0
                                    

Frida mencoba mengingat wajah pria yang tidak sengajar ditabrak olehnya. Tapi dia merasa tidak pernah bertemu pria itu sebelumnya. Dia memang  buruk untuk mengingat orang. Apalagi orang itu tidak penting untuk hidupnya akan mudah dirinya lupakan.

"Hey kamu melamun lagi?" tanya Rena yang menatap aneh wajah sahabatnya. " Wajahmu seperti orang yang menahan buang air besar." Ucap Rena dengan santai yang membuat Frida menatap tajam sahabatnya.

"Enak ajah, aku ini sedang berpikir." Ucap Frida dengan sombong yang malah dibalas dengan tawa keras sang sahabat. " Seorang Frida berpikir, apakah kamu salah makan tadi malam? Otak seorang Frida yang isinya cowo karakter novel bisa dipakai berpikir." Ucap Rena yang membuat Frida memukul bahu sahabatnya karena kesal.

" Heh, walaupun aku memang pencinta cowo ganteng di novel tapi gini-gini otakku ini bisa membuatku lulus dengan nilai terbaik. Setidaknya aku lebih baik dibandingkan kamu yang terus menerus menjadi korban php buaya darat cap kapal selam." Balas Frida yang membuat rena kesal mendengar perkataan sahabatnya. Dia memang selalu bernasib buruk mengenai hubungan dengan lawan jenis.

Berbeda dengan sahabatnya yang seperti tidak ada tertarikan berhubungan dengan lawan jenis. Hal itu membuat hidup seorang Frida jauh dari kehidupan meye-meye karena kandasnya sebuah hubungan. Tentu saja Rena juga ingin bersikap seperti Frida. Tapi sayangnya hal itu tidak bisa untuknya. Hati frida itu sedingin kutub selatan dan otaknnya sepolos bayi.

" Emang apa yang sedang kamu pikirkan dengan otak sekecil kacang polong itu?" tanya sahabatnya yang tidak pernah lupa dengan sisipan hinaan untuk seorang Frida. Beruntungnya seorang frida bukan wanita yang pundungan dan memasukan perkataan buruk sahabatnya ke hatinya langsung. Mungkin seorang Frida memang jauh dari kata memiliki hati.

" Terus ajah ente hina otak pintarku ini. Gue lagi mencoba mengingat seseorang yang baru saja aku temui." Ucap Frida dengan wajah polosnya yang membuat Rena gemas sendiri. Tentu saja dia tahu seburuk apa ingatan seorang frida. Dia saja sering melupakan janjinya karena menghabiskan waktu membaca novel romantisnya itu.

"Tidak perlu kamu ingat dengan otak kacang polongmu itu. Kamu pasti tidak akan mengingatnya." Ucap Rena yang dianggukkan oleh frida. " Hah kamu benar, lagi pula dia tidak penting. Bagaimana kalau kita makan ?" Ajak Frida pada sahabatnya yang dibalas anggukkan kepala.

"Ayo."

Tanpa mereka sadari, Pembincangan keduannya didengar oleh pria yang tadi tidak sengaja ditabrak oleh Frida. Pria itu tersenyum melihat kepergian kedua wanita itu. Matanya tidak lepas menatap setiap gerak gerik seorang Frida.

"Jadi wanita itu memboncorkan kejadian waktu itu?"tanya pria itu pada assisten pribadinya yang entah sejak kapan telah berdiri di sampingnya.

"Ya, sepertinya wanita itu memiliki ingatan yang buruk tuan. Bahkan dia tidak terlihat mengenal anda malam itu." Ucap pria berambut pirang yang berdiri di samping pria berambut hitam legam dengan wajah tirusnya yang membuat para wanita disekitarnya terpesona dengan dirinya.

"Ya kamu benar, bahkan dia tidak seperti wanita lain. Sangat menarik." Ucap pria berambut hitam itu.

"Apakah tua ingin menangkapnya dan membersihkan wanita itu?" tanya assistennya.

"Evan, aku tidak pernah setertarik ini dengan seorang wanita. Tapi wanita itu memberikan kesan yang berbeda sejak pertemuan pertama kita. Bagaimana kalau kita sedikit bermain dengan kelinci manis itu sebelum menyantapnya?" tanya pria itu yang membuat Evan terkejut dengan tingkah tuannya. Seorang Veno Christ Xavier yang tidak pernah melepaskan mangsanya lebih dari satu minggu. Sekarang malah ingin bermain dengan mangsannya. Dia tidak bisa menebak jalan pikiran tuannya.

"Bukankah, kita harus membuat pertemuan ketiga yang membuat wanita itu terkejut dan menyadari kesadarannya karena tidak mengenali seorang Veno Christ xavier." Ucap pria itu yang berjalan meninggalkan tempat itu.

' drummmmm drummmmm drummmmm'

Suara alarm yang sangat aneh membuat seorang wanita muda bangun dengan wajah kesal. Setiap pagi dia selalu sebal mendengar suara alarm hp-nya. Karena alarm itu mengingatkannya harus segera bersiap untuk pergi kerja. Kegiatan yang paling tidak disuka bagi seorang pemalas seperti Frida.

" Huh, kerja lagi. Kenapa liburan terasa sangat sebentar." Gumam Frida sambil melangkahkan kakinya keluar kamar. Dia harus segera membersihkan dirinya dan berangkat kerja. Beberapa detik saja dia telat, maka gajinya akan hilang beberapa ratus. Memang hidup menjadi seorang karyawan tidak senikmat pemilik perusahaan pikirnya.

Tidak membutuhkan waktu untuk seorang Frida menyiapkan diri untuk berangkat kerja. Dia berjalan menuju keluaar pintu kontrakannya yang sudah disambut oleh sang sahabat Rena. " Kamu telambat lagi!" ucap Rena sebal. "Come on, I just late 15 minutes." Balas Frida yang sudah duduk di belakang Rena. " you know for me, 15 minutes is important."

" I Know." Balas Frida malas.

Motor Rena berhenti di lampu merah. Frida menatap billboard yang menampilkan seorang actor yang tak dirinya kenal. Dia merasa pernah melihat sosok pria itu tapi entah dimana. Rasanya dia beberapa kali melihat sosok pria itu.

"Rena kamu tahu pria yang berada di iklan itu?" Tanya Rena sambil menunjuk billboard yang menampilkan seorang pria tampan.

"Frida kamu memang keterlaluan, bahkan kamu tidak tahu actor paling terkenal abad ini. Actor yang paling berprestasi dan memiliki jiwa sosial yang tinggi." Jelas Rena yang tidak membuat seorang Frida tertarik. " Benarkan? Tapi aku tidak tahu dia."

"Frida kamu tidak tahu karena memang tidak pernah peduli dengan dunia entertaiment selain novel-novelmu itu." Balas Rena kesal.

"Tapi ren kayanya aku pernah lihat beberapa kali deh."

"Ya jelas kamu pernah lihat, pria yang kamu tunjuk pas kita jalan-jalan di mall. Dia adalah Veno Christ Xavier." Jelas Rena yang membuat Frida terkejut. Sekilas dia tidak sengaja menabrak pria itu bersamaan itu ada ingatan yang selama ini dirinya lupakan.

"Oh shit, Rena hidup aku dalam bahaya. Kayanya kamu besok gak lihat aku deh." Ucap Frida dengan nada pasrah.

"Kamu sakit ya? Ngomongnya ngelantur terus deh."

"Rena gue serius, Gue sudah membuat kesalahan." Ucap Frida pelan.

Sekarang dia ingat sosok pria yang kemarin tidak sengaja dirinya temui. Veno mirip dengan sosok pria yang membunuh beberapa orang di malam itu. Bodohnya perkataan pria itu kemarin sudah menunjukkan kalau dia mengetahui kalau Frida ada di malam itu. Fakta lain yang baru frida sadari, pria itu actor yang sedang dipuncak ketenaran. Hal itu akan membuat Frida terancam. Karena keberadaanya bisa membuat ketenaran seorang Veno terancam. Apalagi Image baik yang dijaga pria itu akan hancur seketika kalau fakta kejahatan veno malam itu terungkap.

"Kenapa dia harus berurusan dengan actor psikopat itu? Sial dia pasti akan mengincarku untuk menutup sisi gelapnya." Ucap Frida dalam hatinya. 



Terimakasih sudah baca cerita author, jangan lupa selalu support cerita-ceritaku dengan like and comment. Sampai bertemu di chapter selanjutnya.

The Role of Actor's GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang