18. Firework

2.1K 185 37
                                    

•••

Warn! 4.700++ kata

•••

Kim meremas pelan tangan lembut yang berada di dalam  genggamannya.

"Tahan sebentar Kim" Jeon memegang tangan Kim dengan lembut, berharap lelaki itu mendapat kekuatan lebih darinya.

Tangan mereka saling membelit dan bertaut.

Hossi sedang mengeluarkan peluru di lengan Kim dengan peralatan seadanya. Tanpa bius. sedangkan teman-teman yang lain menatap khawatir ke arah Kim. Wajah pemuda itu telah dibanjiri dengan peluh.

Kim mengecup tangan Jeon berkali-kali, mengalihkan rasa sakitnya.

Beberapa saat kemudian Hossi berhasil mengeluarkan peluru dari lengan Kim dan langsung menjahitnya.

"Fyuh, sudah selesai" gumam Hossi, sambil menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya.

Kim lantas menghembuskan nafas lega, begitupun semuanya.

Kim menatap satu persatu mata teman-temannya,

"Terimakasi Hossi. Ngomong-ngomong, selanjutkan kita akan menuju ke pabrik makanan milik ayahku di Landborup. Sesuai rencana yang kita bicarakan di mobil tadi, kita akan menghancurkan pabrik itu, sebagai peringatan agar berhenti melakukan perbudakan itu" ujar Kim,

"Siap Jenderal!" teriak semuanya, lantas mereka membakar ikan yang didapat dari berburu di tepi pantai tadi.

"Wah, jadi begini ya rasanya menjadi buronan. Wooh!" Hossi merentangkan tangannya, membiarkan angin laut menerpa tubuhnya.

Malam ini, mereka sedang bermalam di pantai Landbrug. Api unggun di tengah-tengah mereka menjadi satu-satunya cahaya di pesisir pantai.

"Maafkan aku semuanya..." Kim menunduk,

"Hei! Tidak ada yang ingin hal ini terjadi. Itu bukan salahmu! Ini semua salah Jason sialan itu!" Hossi kini berkacak pinggang.

"Benar Kim, lagipula menjadi buronan itu seru. Aku suka menembak orang di tengah malam, lalu dini hari menjadi Nahkoda kapal yang baru saja kita curi!" Namjun mengepalkan tangannya di udara.

"Tidak usah murung begitu Jenderal Kim" Jimy menepuk punggung Kim.

"Aku sudah bukan jenderal kalian lagi" cicit Kim.

"Hei siapa bilang! Seribu kalipun gelar mu dicabut, kau tetap Jenderal kami!" Seokjun berdiri dari duduknya, menatap tajam ke arah Kim.

"Kau akan baik-baik saja Kim" Kini Jeon-sang kekasih hati menempel seperti kucing, memeluknya dari samping.

"Ehem, sejak kapan kalian pacaran? Pasti kancil hutan itu kan yang menggodamu duluan?" ujar Namjun, mencibir ke arah Jeon, menyebabkan pemuda manis itu langsung mendelik ke arah Namjun.

"Apa kau bilang! Kim yang merengek ingin pacaran denganku!" Jeon berdiri lalu mendatangi Namjun dan meraih kerah bajunya.

"Namjun! Jangan iri ya! Kau me-eeh" perkataan Jeon terpotong ketika pinggang rampingnya ditarik ke belakang, sepasang tangan kekar melingkar disana.

Cup!

"Tidak boleh marah-marah, Namjun memang suka bercanda" Kim terkekeh di akhir kalimat, berusaha menenangkan kekasih manisnya.

"--Tapi, kau memang penggoda kecil yang ulung Jeon!" ujar Kim,

"Apa!? Kau saja yang mesum! Enak saja mengataiku!" Teriak Jeon, menyebabkan yang lain tertawa.

SECRET CRIMINALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang