|| 02 || Villa

5.9K 776 81
                                    


Altair melotot. "Bohong! Jelas orang yang Alta bayar aja ga bisa!" ucapnya.

Brigas terkekeh. "Kamu lupa siapa Ayah?"

Altair mendelik, mulai deh sombongnya. "Ayaah, Alta serius. Ayah beneran udah nangkep omega itu?"

Brigas mengangguk. "Kapan Ayah berbohong?" Altair mencibir, membuat Brigas menggeleng heran akan tingkah sang putra. "Kamu ini Alpha atau bukan sebenarnya?" tanyanya dengan alis menukik.

Dada Altair membusung, dan sebelah tangannya menepuk dadanya itu seolah bangga. "Jelas dong, Ayah! Buktinya Alta bisa ngamilin omega, 'kan?!" sombongnya.

Brigas menyentil kening sang putra main-main. "Bocah brengsek, kamu bahkan membanggakan sebuah dosa. Lihat Ayah, Ayah yang sudah menghasilkan tiga anak bersama bunda mu dalam pernikahan sah pun biasa saja tuh," ucapnya, yang mana sebenarnya sedikit menyombongkan diri.

Altair menatap sebal sang ayah. "Ujung-ujungnya kalian cerai!" ucapan yang mana terasa seperti duri bagi Brigas.

Brigas berdeham. Anak durhaka, batinnya perih.

"Setidaknya Ayah memiliki anak dalam hubungan sah, sayang. Kamu ini, contoh Ayah sedikit," ucap Brigas menasehati.

"Tapi kan, itu kecelakaan!" sanggah Altair.

"Iya, tapi kamu nyaris menjadi calon seorang kriminal karena berniat membunuh gadis yang kamu hamili."

Altair menghela napas. Ayahnya ini, bisa saja membalas sanggahan nya. Ia tidak akan pernah bisa menang berdebat dengan Brigas, yang wataknya terkadang mirip seorang ibu saat mengomel.

Altair berdiri dari duduknya, pemuda 18 tahun itu berdiri di hadapan Brigas.

"Jadi, di mana omega itu?" tanya Altair.

Brigas mendongak karena posisi sang putra lebih tinggi darinya ketika berdiri. "Mau kamu apakan?" tanyanya.

Altair mengedikan bahu. "Alta cuma mau ketemu."

Altair hanya mengangguk. "Ada di Villa pinus."

Altair mengernyit. "Jauh banget, Yah? Itu kan villa kita di desa?"

Brigas mengangguk. "Gadis itu melarikan diri ke sana. Jadi bawahan Ayah dengan mudah menangkapnya."

"Ah begitu..." gumam Altair. "Kalau gitu, Alta akan ke villa besok."

Brigas mengangguk, lagi. "Lakukan semaumu saja," balasnya. Pria itu kembali fokus pada laptop dan dokumen di tangannya.

"Alta pamit keluar ya, Ayah?" Brigas berdeham.

Dengan begitu, Altair keluar dari ruangan kerja sang ayah. Dan berjalan menuju ruangannya kembali.

"Bagaimana, dimarahi ayah?"

Altair menoleh mendengar ejekan itu. Dan ia mendapati Zerga, sang adik yang menyandar di dinding sambil bersidekap dada.

Altair mengernyit. "Nggak, tuh? Ayah cuma bilang kalo udah nangkap omega itu."

Zerga mengangkat alis. "Sayang sekali..." gumamnya "Mau kakak apakan omega itu?" lanjutnya bertanya.

Sudut bibir Altair terangkat. "Kepo~"

OMEGAVERSE; Altair Savero A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang