they

402 66 6
                                    

(Name), Kenma, Nagi itu ...

━━━━━━
"Kiri! Kiri!" pekik Kenma.

"Eh-- ada yang dari belakang!" Nagi balas berseru.

DUAR!

"Ken, bisa-bisa aku yang kena tembak tadi!" Si rambut putih memekik protes, jantungnya nyaris merosot beberapa saat lalu.

Yang diprotesi mengedikkan bahu, netra tetap fokus pada layar ponsel. "Cuma nyaris kena, 'kan?"

"Tapi kalau dalam kondisi dunia nyata, yang barusan itu parah sekali, Kozume. Kau salah sedikit, Nagi bisa langsung pindah alam," kekeh (Name) yang hanya jadi penonton sedari tadi.

Nagi merinding sendiri mendengar penyataan gadis di sebelahnya. "Berhenti mengatakan hal-hal menyeramkan, (Name)."

"Sorry, kebiasaan." Wajah tanpa dosa (Name) tampakkan.

"Buku thriller macam apalagi yang kamu baca?" tanya Kenma, melirik (Name) sekilas, "minimal pilah-pilah bacaanmu, (Name). Jangan sampai otakmu terkontaminasi buku-buku thriller itu."

"Lagipula--" Kening Nagi mengkerut, ia menjeda kalimatnya beberapa saat karena fokus menghindari serangan musuh di game. "--kenapa kau sangat suka membaca, sih? Melihat ribuan huruf itu memusingkan, tahu."

(Name) menatap lelaki berambut putih itu dengan prihatin. "Kerjaanmu hanya main game, kau tak akan paham, Nagi."

Kenma sebagai seseorang yang masih tahan membaca ikut menertawai Nagi. Sementara Nagi memonyongkan bibir, cemberut. Tampaknya bayi bongsor merasa dibedakan sendiri.

Melihat wajah lucu Nagi, tawa (Name) dan Kenma terpancing.

Gratak. Pintu kelas terbuka, menampilkan Isagi dengan napas terengah-engah. Netranya menatap sekeliling, sampai tatapannya jatuh pada ketiga insan yang duduk di kursi paling belakang. Hanya ada mereka, orang yang Isagi cari tidak ada.

"Maaf menganggu. Permisi!" Isagi kembali menutup pintu dan keluar kelas.

Sebelum kembali melanjutkan langkah, Isagi berpikir, Rasanya tadi aku mendengar ada yang tertawa dari dalam kelas. Apa cuma salah dengar, ya?

Sementara itu di dalam kelas, (Name) dan Kenma kembali tertawa kecil, masih dengan Nagi yang ngambek.

Isagi yang masih berdiri di depan pintu dapat mendengarnya, ia mengintip lewat jendela, dan dilihatnya pemandangan langka.

Tiga manusia yang dikenal dengan wajah datar nan tak bersahabat, kini tengah memasang ekspresi yang tidak pernah mereka tunjukkan pada dunia.

━━━━━━

... lebih ekspresif saat sedang bertiga saja.

𝗪𝗛𝗜𝗖𝗛 𝗢𝗡𝗘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang