🥀Cold

71 63 2
                                    

Dan-
Aku segera beranjak dari tempat dimana sedari tadi aku bersantai, aku meletakkan gitarku dimana saja dan mematikan rokokku.
Aku berlari menghampiri seseorang yang hampir terjatuh .

"Yoongi!".

"Aku takut-".

Lagi - lagi aku mendengar dan melihat sosok gadisku begitu cemas. Dia memelukku ketika aku akan menolongnya berdiri- aku merasakan pelukannya begitu erat, dengan tangis yang menurutku lebih sakit rasanya jika didengar.

"Nara kau sudah bersamaku!"

"Sudah tenanglah"

"Ayo masuk! Kau sudah bersamaku"

Aku mencoba menenangkan dirinya , ku lihat netra matanya menyiratkan kecemasan dan ketakutan. Aku membawanya masuk ke dalam rumah- lebih tepatnya, kamarku.
Aku melihat pakaiannya sangat lusuh, mungkin karena dia mencoba melarikan diri, dengan wajah yang dihiasi memar dan luka baru, rambutnya yang teracak acak karena seluruh badannya berkeringat .

"Eung Yoongi!"

"Aku takut!"

"Tolong....."

"Jangan pergi -"

Dia kembali memelukku begitu erat, aku merasakan betapa terlukanya dirinya, dengan ketakutan yang dia rasakan. Aku sebenarnya tidak sanggup melihat dia terus menerus seperti ini , aku takut dan sangat takut jika dia meninggalkanku- mencoba untuk bunuh diri.
Dadaku rasanya sangat sesak mendengar wanita menangis seperti ini. Dia membenamkan wajahnya pada bahuku, bahkan dia memelukku semakin erat.

"Nara, kau bersamaku.
Aku akan menjagamu, tenanglah".

"Jangan pergi ya yoon?"

suaranya begitu membuat aku juga ingin sekali menangis, hey! Jangan! Aku harus kuat dan menjaganya. Aku merasakan jantungnya berdegup begitu kencang , dia masih saja ketakutan meskipun sudah bersamaku.

"Aku tidak akan pergi ,
sekarang tenanglah-".

Aku melepas pelukannya perlahan, menyeka air matanya dengan ibu jemariku. Dan aku menatap kedua matanya yang juga memperhatikanku, dia masih sesenggukan ketika aku mencoba menenangkannya.

"Tenanglah chagiyaa"

"Maafkan aku yoon selalu merepotkanmu"

Dia kembali memelukku, namun hanya sebentar dan justru menyenderkan kepalanya pada kakiku sebagai bantalnya. Aku mengusap surai nya dengan perlahan, ku lihat dia memandang sesuatu dengan tatapan kosong dan masih meneteskan air matanya. Aku tidak menanyakan apapun , karena dia akan bercerita dengan sendirinya.

Aku terus mengusap rambutnya , hingga beberapa saat dia tidak bergerak dan tidak bersuara lagi.

"Kau tidur?"
gumamku mengetahui Nara ternyata tertidur . Aku segera memindahkan tubuhnya dan menyelimutinya .

Nara, mimpi indah.

batinku ketika melihat wajah manisnya sudah terlelap .
Aku berjaga di ruang tamu karena Nenekku selalu pulang larut malam karena harus menjaga gerai nya di tengah kota Seoul, sembari membaca sebuah buku.
Hingga beberapa saat kemudian, Nenekku pulang seperti biasa dia selalu membawakanku makanan .

"Apa Nara disini?" . Tanyanya

"Ya nek, dia sudah tidur"

"Apa dia tidak apa apa? Jika nanti dia terbangun, berikan ini padanya ".

"Satu untukmu-"

"Andai saja Nenek bisa mengambilnya, dia sudah nenek rawat yoon. ".

Ini bukan pertama kali Nenekku mengucapkan kalimat seperti itu- Sudah berulang kali aku mendengarnya, melihat Nara yang memiliki kepribadian ceria dan baik membuat hati Nenekku luluh. Semenjak Nara diserang seperti ini, membuat Nenekku juga turut sedih sebenarnya.
Aku hanya memberikan senyuman singkat pada Nenekku dan dia berlalu ke arah kamarnya.

FILM OUT ( TRUTH UNTOLD) |  MIN YOONGI FF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang