Diantara Hujan

548 89 2
                                    

"Zee, ngapain bengong, dah?!"

Suara itu, membuat lamunan dari seorang gadis berseragam sekolah yang dikenakan dengan nama lengkap Azizi Asadel mengubah atensinya yang semula tengah menatap sendu rintikan tetesan air hujan yang tidak terhitung jumlahnya. Ia menoleh dan mendapati gadis seusianya dengan rambut panjang lurus serta poni yang berjajar menghampirinya.

"Eh, Kitoy! Aku kira kamu udah pulang." Kata Azizi kepada gadis yang sebut ia Kitoy.

"Hujan deres gini males banget pulangnya juga. Ntar basah semua." Ucapnya yang kini berdiri disebelah Azizi.

"Iya juga, sih." Azizi kembali menegadahkan kepalanya dan kembali menatap rintikan hujan yang entah kapan akan redanya. Sedangkan Kitoy atau Angelina Christy seperti nama lengkap dari name tag yang menempel diseragam sekolahnya, menatap heran Azizi.

"Kamu gabut ya, ngeliatin ujan terus dari tadi?"

Azizi tidak langsung menjawab pertanyaan dari gadis seusianya yang juga berstatus sebagai teman satu kelas dan sebangkunya. Ia menutup matanya dan tersenyum sembari satu tangannya ia arahkan ke arah rintikan hujan tersebut.

Oke fix, dalam benak Christy, Azizi ini kadang kala punya kebiasaan yang tidak biasa. Seolah Azizi sedang menikmati rintikan hujan yang masih terlihat begitu deras.

"Zoy?!! Kamu tuh kadang aneh tahu!" Ucapnya lagi sembari menggelengkan kepalanya.

Azizi perlahan membuka kedua bola matanya. Ia menoleh sekilas ke arah Christy sembari tersenyum.

"Kamu kayak yang gak tahu aku aja. Aku ini paling suka kalo hujan kayak gini. Gak tahu kenapa, bawaannya, tuh, kayak tenang banget." Ucapnya yang lagi dan lagi menatap rintikan air hujan yang perlahan itensitas derasnya mulai berkurang.

"Kamu ... Suka hujan?" Tanya Christy mengerutkan keningnya sedikit.

Azizi menganggukkan kepalanya, "He'em. Dari dulu aku paling suka kalo hujan turun kayak gini. Hujan yang gak ada petirnya bikin hati aku tenang banget."

Christy baru tahu kalau seorang Azizi menyukai hujan. Ia memang belum tahu banyak Azizi lebih dalam lagi. Yang ia tahu saat ini, sebatas ulang tahunnya, makanannya, warna kesukaannya, film kesukaannya dan sebagainya.

Akan tetapi, setelah ditelaah lagi, ada benarnya juga. Hujan seperti ini memang terlihat menenangkan hati. Christy yang kini ikutan menatap hujan itu pun perlahan melebarkan kedua sudut bibirnya. Merasakan sejuknya rintikan hujan sembari satu tangannya ia arahkan ke arah tetesan hujan tersebut.

"Kamu bener, Zoy. Hujan kayak gini, tuh, ternyata nenangin banget." Ucap Christy antusias.

Azizi yang mendengarnya menoleh kembali ke arah Christy dan tersenyum. Secara tidak sadar, ia berhasil mempengaruhi Christy untuk menyukai hujan.

"Iya, dong. Kamu tahu gak, sejak kecil aku udah suka hujan kayak gini. Main hujan-hujanan sama kakak aku. Makanya, sampe sekarang aku selalu suka hujan yang kayak gini."

Christy menoleh ke arah Azizi dan tersenyum penuh arti, "Pantesan. Ada hubungannya sama Kak Gracia."

"Iyalah. Dia kakak aku yang paling aku sayang." Ucapnya dengan penuh bangga.

"Hmm ... Kakak kamu lagi. Terus, sayang sama akunya kapan, Zee?" Tanpa sadar, Christy mengatakan kalimat yang diluar batas kesadarannya. Sontak, Azizi membulatkan kedua bola matanya sembari kedua mulutnya yang sedikit terbuka.

"Ma---maksudnya?!" Tanya Azizi yang begitu terkejut dan berharap kalau ia tidak salah dengar dengan apa yang Christy ucapkan.

Christy merutuki dirinya sendiri akibat kebodohannya yang asal ceplas ceplos. Dengan segera, ia menutup mulutnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali dihadapan Azizi. Agar Azizi tidak salah pengertian dengan kalimat Christy yang terkesan absurd.

Raga & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang