Kafetaria

1.1K 141 7
                                    

13 Tahun berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13 Tahun berlalu

Kemanakah cinta itu pergi?

Aku tidak pernah menemukannya.

Tersesat dalam ketidak pastian.

Mencarimu hingga ke ujung dunia.

Akankah kita dipertemukan kembali?

Shani.

Aku...

Mencintaimu.

ShnGrcHrln.

***

"Jadi, saya sarankan untuk ibu agar menjaga pola makan, makan yang teratur jangan sampai telat ya, Bu? Khusunya, untuk mengurangi makanan yang berbau pedas serta perbanyak minum air putih. Oh iya, pola hidup ibu juga harus lebih diperhatikan ya? Jangan terlalu banyak pikiran. Istirahat yang cukup. Karena, banyak pikiran juga bisa memicu asam lambung ibu naik kembali. Itu bisa memicu stress ya, Bu?" Ucap seorang wanita muda nan cantik itu dengan tersenyum ramah kepada wanita paruh baya yang berada dihadapannya.

"Iya, Bu Dokter. Terima kasih Bu Dokter untuk penjelasannya. Saya tahu, saya memang sering makan telat dan juga sering sekali makan yang pedes. Soalnya, gimana ya? Kalau gak makan yang pedes tuh, aduuhhhhh... Kayaknya, kurang banget gitu rasanya."

"Nah! Mulai sekarang dikurangi ya bu makan yang pedesnya? Ibu gak mau kan nanti asam lambungnya terasa lagi, hayoo!?" Wanita muda tersebut masih tidak melunturkan senyumannya dengan perkataannya barusan. Mengingatkan wanita paruh baya tersebut sebagai pasiennya saat ini.

"Iya Bu Dokter. Saya janji gak akan keseringan makan yang pedes pedes, Dok. Amit-amit dah kalau sampai kerasa lagi maag saya, Dok." Wanita itu tersenyum mengangguk mendengar perkataan pasiennya tersebut.

"Ahahaha! Ibu cantik akhirnya mau juga mendengarkan ucapan saya."

"Akh! Bu Dokter bisa aja."

Gema tawa antara kedua wanita tersebut mengisi seluruh ruangan yang digunakan sebagai ruang pemeriksaan pasien. Baik keduanya, tertawa bersama-sama layaknya seperti sudah saling mengenal satu sama lain.

"Baik ibu. Ini, saya kasih resep obat yang bisa di ambil dibagian farmasi ya, Bu? Semoga, obat yang saya kasih ini bisa segera menyehatkan ibu kembali ya?" Wanita itu menyerahkan secarik kertas bertuliskan beberapa jenis obat yang diberikan kepada pasiennya.

Wanita paruh baya sebagai pasiennya itu, tersenyum senang menerima resep pemberian sang dokter wanita tersebut, "Iya Bu Dokter. Terima kasih. Kalau gitu, saya permisi dulu ya Bu Dokter?"

Raga & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang