Sister

896 127 10
                                    

Kala malam yang perlahan semakin larut. Malam yang menghempaskannya dalam gelapnya kesendirian (lagi) yang seolah adalah teman abadi dirinya. Gadis berambut pendek sepundak itu tengah menatap sendu bangunan-bangunan serta gedung tinggi dari balik jendela kamarnya yang tidak terlalu luas dan terang. Hanya penerangan lampu tidur saja yang saat ini menerangi seisi kamarnya itu.

Kebiasaannya yang tidak pernah membuat dirinya terasa bosan. Duduk menatap sendu dari apa yang ia lihat saat ini. Mengikuti suasana hatinya yang terlalu nyaman dengan kesendiriannya. Terbiasa dengan suasana hatinya saat ini.

Tok!

Tok!

Tok!

Suara ketukan kamar pintunya membuat lamunannya buyar. Ia menoleh sekilas ke arah pintu kamarnya yang terkunci itu. Lalu, beranjak untuk membukakan pintu yang menjadi pembatas antara dirinya dengan dunia luar.

Pintu kamar telah ia buka. Tampak, seorang gadis berambut panjang yang terurai, dengan parasnya yang begitu cantik, tengah menatap gadis yang usianya lebih tua darinya dengan sedikit malu-malu. Tidak lupa juga, dengan sebuah nampan yang berisikan sepiring mie goreng dengan topping telur mata sapi dan susu putih hangat.

"Azizi? Ngapain malem-malem kesini?"

Gadis yang ia sebut Azizi, tampak malu-malu mendapati pertanyaan dari gadis yang lebih tua darinya itu.

"Syukurlah kak Gre belum tidur. Zee kesini cuma mau ngasih ini kak. Kakak belum makan, 'kan?" Kedua tangan Azizi memberikan nampan yang ia bawa kepada gadis yang tidak lain adalah, Gracia.

"Astaga, Zee! Malem-malem gini kamu sengaja kesini cuma mau ngasih ini?! Ya udah, yuk masuk dulu?" Gracia mempersilahkan Azizi untuk masuk ke dalam kamarnya. Azizi pun menuruti perkataan gadis yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri itu.

Azizi meletakkan nampan yang berisi makanan yang ia bawa dilantai kamar Gracia beralaskan karpet ukuran minimalis. Disusul, Gracia yang kini duduk bersamaan dengan Azizi kemudian. Azizi memandangi sekitar kamar Gracia yang tidak terlalu terang itu.

"Betah banget sih kak kamar kayak gini. Kayak warung remang-remang tahu!" Celetuknya sembari tertawa cekikikan.

"Ente kadang-kadang." Ucap Gracia sembari mengambil piring yang berisikan mie goreng pemberian Azizi, "Aku makan ya?"

"Gak boleh!"

Gracia sedikit mengerutkan keningnya, "Kok gak boleh?! Katanya nga---"

"Kalau bukan aku yang suapin kakak." Reflek, Azizi merebut piring yang Gracia pegang sebelumnya, "Sini?! Aaaaaaaaaa!" Tangan Azizi mengulurkan sendok yang berisikan mie tersebut.

"Azizi apaan sih?! Aku bukan anak kecil ya---"

Lagi dan lagi, Azizi memotong kalimat Gracia, "Udah sih kak!! Nurut napa?!"

Gracia menghela nafasnya pelan. Mau gak mau, ia menuruti permintaan gadis kecil yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri.

Terkadang kala, canda tawa riuh keduanya ketika acara suap-menyuap dari sepiring mie tersebut. Sepiring mie bisa menghadirkan kebahagiaan antara kakak-beradik tersebut. Seperti sebuah pepatah yang mengatakan bahwa Bahagia itu Sederhana.

Memang benar, bahagia tidak harus mahal. Hal-hal kecil pun bisa menjadikan sebuah kebahagiaan. Maka, sebagai umat manusia harus selalu berbahagia baik itu untuk kita dan orang sekitar. Apalagi, untuk orang yang kita sayangi.

Singkat cerita, mie pun telah habis. Namun, Azizi masih setia berada didalam kamar Gracia. Gracia pun tidak mempermasalahkannya. Malah, ia senang dengan kehadiran Azizi saat ini.

Raga & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang