JBKS 26

45 3 0
                                    

Ardina berteriak heboh saat Gilang Confess ke Kinan. Bukan hanya Ardina tentunya, namun juga anak-anak lain.

Gilang memberi tangannya untuk digapai Kinan. Awalnya ia menolak dan terus berlindung di balik Ardina. Namun anak-anak yang lain terus menerus berteriak "Terima... terima!!"

Kinan berfikir, kalau ia berdiri, maka ini akan segera berakhir. Akhirnya Kinan menggapai tangan Gilang.

Gilang sangat tahu kalau Kinan pasti malu. Ia akan meminta maaf setelah ini. Namun, ia ingin membuat Kinan terus mengingat pernyataannya kali ini, dan juga ia ingin segera mendapatkan jawaban dari Kinan.

"Mau jadi pacar gue gak, Nan?" Gilang bertanya lagi dengan nada yang melembut, "Kalau mau, coba genggam tangan gue." Kinan semakin bingung. Apa iya, dia harus menjawab di depan teman-temannya?

Gilang... awas ya lo

Kepala Gilang mendekat ke Kinan, ia membisikkan sesuatu dengan lirih. "Maaf ya, habis ini lo boleh mukulin gue, tapi sekarang genggam dulu tangan gue. Malu nih diliatin orang-orang" Kinan terkekeh mendengarnya. Ternyata Gilang sama malu dengannya.

Akhirnya Kinan menggenggam tangan Gilang. Siapa sangka, tangan sahabatnya itu sangat amat dingin. Gilang tidak berbohong kalau dia bilang, dia sedang malu. Terbukti dari tangannya yang dingin, dia pasti nervous banget.

Ya siapa suruh pake acara beginian, batinnya.

bersamaan dengan kedua tangan yang saling menyatu, sorakan anak-anak menggema di lapangan api unggun ini. Sorakan laki-laki mendominasi keriuhan malam ini. Sudah pasti mereka berasal kawanan geng Gilang. Kinan tidak yakin pasti kalau ini semua adalah ide dari Gilang, ia tahu betul sifat Gilang. Pasti ada andil dari teman-temannya juga. Kinan yakin itu. Percaya diri sedikit boleh dong!

Setelah acara confess itu, Kinan dan Gilang kembali seperti biasa. Gilang kembali ke tempat duduknya sendiri, begitupun dengan Kinan yang kembali duduk di samping Andira. Kalian mengharapkan mereka berdua bersanding bersama bukan? di malam yang dingin ini, sambil melihat api unggun yang semakin lama menghangatkan suasana? Tidak. Kinan dan Gilang tidak akan mau mempermalukan diri mereka sendiri. Cukup mereka berdua yang tahu kelanjutan ini. Yang sudah pasti adalah, Kinan akan mengoceh panjang lebar ke Gilang tentang semuanya. Bertanya kenapa dia melakukan ini? Kenapa dia bersikap aneh? dan... kenapa Gilang suka dengan Kinan? Kinan memerlukan semua jawaban itu, karena di otaknya kini sudah penuh dengan pertanyaan yang ditujukan oleh "pacar baru"nya.

Percaya tidak, akhirnya Kinan memiliki seseorang yang mencintainya. Seseorang yang peduli dengannya. Seseorang yang akan selalu ada untuk mendengar celotehan anehnya, dan itu adalah Gilang. Sahabatnya. Padahal, selama jadi sahabat pun, Gilang selalu menjadi sandaran, pendengar, dan seseorang yang sayang dengan Kinan. Namun kala itu, mereka adalah sahabat. Mereka tidak mau melewati batas antara persahabatan dan cinta. Mereka takut hubungan mereka akan renggang apabila menjadi sepasang kekasih namun kandas begitu saja. Mereka takut dengan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang terjadi kalau mereka menjadi sepasang kekasih. Jadi, cukup kata sahabat yang memeluk mereka kala itu.

Tapi tidak dengan hari ini, dan tempo lalu. Gilang sudah tidak bisa lagi berlindung di balik kata sahabat. Mana ada sahabat laki-laki dan perempuan yang tiap hari selalu bersama? Mana ada sahabat laki-laki dan perempuan yang menjadi sandaran satu sama lain? Percayalah, laki-laki dan perempuan tidak akan bisa menjadi sahabat. Entah itu laki-laki nya terlebih dahulu yang memiliki perasaan ke perempuannya, atau perempuannya terlebih dahulu yang memiliki perasaan terhadap laki-lakinya. Pada akhirnya, mereka akan melewati batas persahabatan itu dan menjejakkan kaki di dimensi cinta. Friends to lovers. Itulah mereka, Kinan dan Gilang.

Jangan Bilang Kita Sahabat (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang