JBKS 13

127 9 5
                                    

Tanpa kehadiran bintang, malam ini benar-benar terasa sangat sepi. Kesepian itu menjalar menjalar hingga ke rasuk Kinan.

Entah kenapa, malam ini ia bingung harus melakukan apa. Tugasnya memang belum sepenuhnya selesai, tapi saat ini dia sedang tidak ada gairah untuk mengerjakannya. Alhasil, kebingungan lah yang melanda. Nonton drama? Penawaran yang bagus, tapi baru semalam ia merampungkan episode pamungkas drama Korea yang berjudul "Hotel Del Luna"

Kinan menjentikkan jarinya. Apa jangan-jangan gue belum move on dari Jang Man Weol sama Ku Chan Seong ya? Jadinya kayak malas-malasan begini.  Ia berbicara pada dirinya sendiri.

Kini layar ponsel yang berkedip mengalihkan perhatiannya. Ternyata ada notifikasi dari channel YouTube favoritnya. Karena Kinan termasuk tipe gercep alias gerak cepat, tanpa pikir panjang Kinan langsung menontonnya. Bahkan sebelum selesai ia menontonnya, jari-jarinya sudah bergerak lincah untuk mengetik sesuatu di kolom komentar. "Apa cuma gue yang dengerin ini sambil tiduran, kamar gelap-gelapan, dan sambil bacain komentar dalam hati?"

Ah dasar. Kinan si penonton alay.

Sensasi ketika mendengar podcast horror itu memang mengerikan ketika kamar benar-benar dalam keadaan gelap. Oh ya! Satu lagi yang penting! Earphone yang harus standby menempel di kedua telinga. Jantung benar-benar harus tahan kalau sewaktu-waktu ada suara jumpscare.

Malam ini, channel podcast horror kesukaan Kinan baru saja memposting cerita tentang KKN di Malang. Cerita bermula dari dua orang perempuan yang sedang berada di perjalanan pulang setelah pergi ke kota untuk membeli perlengkapan yang dibutuhkan untuk mendukung project individu. Saat itu sudah pukul setengah 6 sore, matahari sudah mulai bergerak ke barat untuk kemudian digantikan oleh sinar bulan. Seorang perempuan melihat sesosok tubuh seukuran manusia berbalut kain putih melayang di udara.

Tepat saat sang story teller berteriak 'Pocooooonngg!' tiba-tiba sesuatu terjadi pada Kinan. "Buu... Kok kasurnya gerak-gerak?"

"Linduuuu*!!! Ayo keluar semuanya." Ibu berteriak. Aku yang sedang berbaring di kasur dengan balutan baju tanpa lengan dan celana selutut langsung keluar sambil membawa selimut untuk menyelimuti bahuku yang terbuka. Kami langsung bergegas keluar rumah disusul dengan Kinar yang sedang santainya berjalan sambil menenteng satu buah keripik singkong.

"Woy, ada gempa kenceng banget, masiiiihh aja makan. Dasar."

Dengan entengnya Kinar menjawab, "Tuhan bersama orang-orang yang santuy."

❤️❤️❤️

Kinan dan Gilang baru saja datang saat teman-teman mereka tengah membahas asal mula kasus itai-itai** di Jepang.

"Sorry gengs kami telat." Kata Kinan.

Gilang yang berada di sampingnya langsung mengangkat dua kantung plastik putih "tenang. Kami bawa dendanya kok."

Sudah menjadi peraturan tak tertulis di kelompok ini, "barangsiapa yang telat, maka harus membawakan makanan untuk teman-temannya yang lain."

Semua orang yang tadinya cemberut, seketika langsung sumringah. "Kirain Lo bakal lupa, Lang. Sini masuk buruan." Dio yang juga satu kelompok dengan mereka, langsung membukakan pintu lebar-lebar.

"Loh loh. Lo mau ngapain, Nan?" Dio menahan Kinan di ambang pintu.

"Masuk lah. Mau kerkel kan kita?"

"Denda lo mana?

Kedua sudut bibir Kinan langsung tertarik ke bawah. Gilang yang melihat Kinan dikerjai oleh Dio, langsung merangkulnya masuk. "Udah jangan dijailin terus. Kasian dia ntar cemberut mulu. Cantiknya bisa hilang."

Jangan Bilang Kita Sahabat (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang