JBKS 19

131 12 1
                                    

"Emang adek lo umur berapa?" Tanya Kinan sambil melepas seat belt.

"Sweet seventeen." jawabnya. Ammar buru-buru keluar mobil dan membuka pintu di sisi Kinan.

Dalam hati Kinan sudah tidak karuan rasanya.

"Ohooo... Abang yang baik ya." Kinan berusaha sebaik mungkin untuk menutupi kegugupannya saat ini.

Mereka memasuki mall yang terbilang cukup mewah. Banyak toko yang menjual barang branded. Kinan berlagak sok cool menyesuaikan gaya Ammar yang keren banget! Untungnya, fashion Kinan terbilang cocok dan biasa aja. Gak norak, gak kumel juga. Ya ... bisa lah ya kalo mereka bersanding berdua. Ammar dan Kinan.

Mengandai-andai dulu boleh kan?

"Niatnya lo mau beliin dia apa?"

"Dia tuh kesukaannya banyak banget sih, gue jadi bingung. Menurut lo kasih apa?"

"Dia suka musik?"

Ammar mengangguk. "Kpop. Dia suka banget sama boyband korea yang ungu-ungu itu loh."

Kinan menjentikkan jarinya "BTS. Ok, kalo gitu beliin aja albumnya."

"Udah punya. Gue pernah lihat di kamarnya."

"Flashlight?"

Ammar mengerutkan keningnya, "Itu apa?"

"Bom bom konser"

"Hah?" Ini cowok beneran gak ngerti dunia perkorea-an deh.

"Itu loh yang kalo lo konser, terus ada kelap kelip, buat meriah-in."

Kini ia mengangguk. "Oh buat yeyeye lalala ya?"

Kinan langsung terbahak kencang. Tidak peduli dengan tatapan orang di mall itu, karena kini Ammar sangat lucu. buat lalala yeyeye? "Maksud lo itu?"  tanya Kinan sambil menahan tawanya.

Tanpa sadar, Kinan menyelipkan tangannya ke lengan Ammar. Tingginya yang hanya sebatas bahu Ammar, membuatnya mudah untuk melakukan hal yang nantinya akan membuatnya merasa bersalah itu.

"Nih ya, gue kasih tau. Kalo adik lo fangirl, lo beliin aja merchandise alias printilan bias nya dia. dijamin seneng deh."

"Oh gitu."

"Jadi?" Tanya Kinan meyakinkan. Kalau Ammar menyetujui usulannya, ia akan meminta pulang.

"Tapi kayaknya adek gue udah punya semua deh. Gue mau kasih yang lain aja deh."

Drama, bye bye. Mamah kamu ini lagi diapelin sama calon papahmu.

"Yaudah," ajak Kinan dengan suara yang tidak lagi lantang seperti diawal.

"Ada saran?" Tanya Ammar sekali lagi. Kinan menggeleng.

"Yaudah, ikutin gue aja ya."

Ini entah Kinan yang masih belum sadar, atau merasa terlalu nyaman. Sampai-sampai lupa kalau tangannya masih merangkul lengan Ammar. Laki-laki itupun sepertinya menyadari dengan betul, lalu ia melepas rangkulan tangan Kinan.

T-tapi .... Tidak berhenti disitu saja. Ternyata...

Ammar justru gandeng tangan gue, batinnya kembali memberontak tak karuan.

Jadi, boleh kan kalau Kinan merasa ge-er? Wajar kan kalau Kinan merasa dia dianggap sebagai wanita oleh Ammar?

Kaki mungil Kinan yang dibalut sepatu converse melangkah mengikuti langkah Ammar yang lebar-lebar. Sampai akhirnya mereka berhenti di sebuah toko perhiasan.

Jangan Bilang Kita Sahabat (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang