JBKS 22

64 5 0
                                    

Yeaay ... liburan semester telah tiba. Ini saatnya bernyanyi lagu Kinan semasa kecil.

Libur telah tiba, libur telah tiba. Hore hore hore. Hore! Letakkan tas dan bukumu. Lepaskan keluh kesahmu. Lbir telah tiba, libur telah tiba. Hatiku gembira

Yap. Ini adalah liburan semester genap, yang artinya adalah liburan yang panjaaanngg... angkatan Kinan sepakat untuk mengadakan makrab di suatu villa di daerah puncak. Opsi pertama daerah Banten. Namun, anak-anak takut apabila dekat dengan pantai. Alhasil puncak adalah solusinya. Awalnya opsi kepulauan seribu menjadi pilihan mayoritas. Tapi, desas desus isu abrasi di kepulauan membuat yang lainnya malas kesana.

Meskipun tidak semua anak-anak mengikuti makrab, namun sudah mewakili lebih dari setengah angkatan. Jadi, makrab ini bisa diadakan.

Ok. Its time to refresh otak, gaes... setelah berkutat dengan soal-soal yang bikin otak panas, saatnya melihat yang biru-biru yuhuuu~~

Ya meskipun pulang dari makrab, bakal ketemu lagi sama realita yang mau gak mau harus dihadapi ya.

Yap. Dari kemarin, Kinan sudah menyiapkan segala peralatan untuk makrab ini. Kinan sosok yang perfect, tapi ya gak perfect-perfect banget. Bagaimana bilangnya ya? Mungkin orang yang mau perfect, tapi tetep gak kesampaian. Alhasil, pasti ada aja satu dua barang yang ketinggalan.

Contohnya sekarang, padahal Gilang udah sampai di depan rumahnya untuk jemput sang princess. Tapi saat ia baru selangkah keluar rumah, perempuan itu justru kembali lagi ke kamarnya dan mengambil bantal leher serta pouch elektroniknya yang berisikan power bank, charger ponsel, earphone, dan flashdisk.

"Ada lagi yang ketinggalan gak?" Tanya Gilang saat Kinan sudah ada di hadapannya.

Kinan memutar bola mata ke samping. Ia mencoba berfikir lagi. "Apa ya?"

"Snack?" Gilang mencoba mendikte barang bawaan Kinan.

"Udah."

"Obat?"

"Gue bawa minyak kayu putih sama pct doang sih"

"Alat mandi?"

"Udah lah. Wajib itu."

"Parfum?"

"Kewajiban kedua. So pasti udah."

"BH?"

Kinan melotot ke Gilang. "Bang*at" Kinan mengeja kalimat kotor itu tanpa suara

Gilang hanya tertawa terbahak. Sudah gila memang si Gilang Dirga ini.

Eh tunggu. Namanya bukan Gilang Dirga. Kinan tertawa sendiri memikirkannya.

Sang ibu yang bingung dengan-apa-yang-ditertawakan Gilang, hanya diam bingung melihat tingkah lagi dua sejoli ini.

"Beneran gak ada yang ketinggalan, Ras?"

"Gak ada, Bu. Kalau gitu, Laras jalan dulu sama Gilang ya."

Kinan dan Gilang mencium tangan sang ibu dan langsung masuk ke mobil.

Iya. Gilang berencana membawa mobil ke kampus dan memakirkannya di fakultas.

Kinan kalah cepat membuka pintu mobil, karena Gilang tiba-tiba saja sudah di samping mobil dan membuka pintu.

"Silahkan masuk, princess"

"Syahrini gue? Princess?"

"Bu, anaknya gak mau dibilang princess nih. Maunya jadi prince. Mau jadi cowok dia." Gilang meledek Kinan di hadapan ibunya.

Sang Ibu hanya tertawa terkekeh.

"Buruan ih."

Akhirnya mobil Gilang melaju keluar halaman Kinan dan menuju ke kampus.

Jangan Bilang Kita Sahabat (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang