JBKS 11

120 12 0
                                    

*PERHATIAN. Sebelum baca part ini, disarankan untuk baca part sebelumnya ya. Supaya nyambung. Maap juga karena update nya kelamaan.*

❤️❤️❤️

Buru-buru Kinan membalas pesan Ammar. Masa bodoh dengan prinsip. Toh, dari kecil hingga sekarang cita-citanya selalu berubah, kok. Jadi untuk cowok setampan Ammar sayang banget kalau dianggurin. Mendingan diapelin. Supaya lebih berfaedah.

Kinan
Blm. Kenapa?

Sambil menggigit kukunya, mata Kinan tak pernah lepas dari layar ponsel. Secepat suara petir menyambar, secepat itulah refleks Kinan mengambil ponsel saat bunyi chat masuk berbunyi.

Ternyata Ammar pun sangat cepat membalasnya.

Ammar
Say hi aja sih. Udh lama gak ngobrol 😊

"Gilaaaa!!! Ammar ngasih gue emoticon begituan!!" Kinan berteriak kegirangan.

Ternyata emoticon orang botak tersenyum, memiliki efek yang sangatlah dahsyat. Mungkin mahasiswa dapat mengadakan penelitian "hubungan pemberian emoticon dari laki-laki dengan tingkat hormon adrenalin seorang wanita tahun 2018" nanti, sampelnya bisa ambil perempuan setipe dengan Kinan--yang cepat sekali senangnya saat mendapatkan sebuah emoticon.

"Ehm.." ia berusaha menetralkan kembali suaranya dan membalas pesan tersebut.

Kinan
Oh. Kirain ada hal urgent jadi chat gue.

Sent!

Oke, kini Kinan ketar-ketir menunggu balasan Ammar. Kinan adalah tipe perempuan yang susah sekali mengobrol dengan lawan jenis lewat chat. Dia seperti lebih judes, sombong, dan pelit bicara. Meskipun aslinya, Kinan berbeda 180 derajat dari itu. Beda halnya jika Kinan saling tukar pesan dengan Gilang. Semua urat malunya seakan sudah putus dan tidak peduli dengan tanggapan sahabatnya itu.

Ammar
Boleh gue tlpn? Ini urgent.

Belum sempat Kinan membalas, layarnya sudah menampilkan nama Ammar yang sedang menelponnya. Dengan cekatan, Kinan mengambil sisir di samping tempat tidurnya dan menyisir ala kadar rambutnya yang berantakan itu.

"Shit!! Kenapa gue malah nyisir rambut sih. Orang cuma mau telponan kok. Jadi mati duluan kan telponnya si Ammar." Kata Kinan bermonolog sambil menatap nanar layar ponselnya yang kembali memunculkan gambar kartun sekumpulan beruang sebagai wallpaper.

Kinan kembali terlonjak saat Ammar kembali menelponnya. Tak mau lagi seperti orang bodoh, Kinan langsung menggeser tombol hijau.

"Hallo?"

Suara berat terdengar di seberang sana. "Hi, Nan. Lo beneran belum tidur kan?"

"Kalo gue udah tidur, ga mungkin gue angkat telpon Lo, Mar"

Ammar tertawa, Kinan pun mengikutinya di dalam hati. Tidak mungkin kan kalau ia menertawai jokes-nya sendiri.

"Gak ganggu waktu istirahat lo kan?"

"Enggak kok. Gue emang udah santai jam segini. Biasanya juga langsung megang hape, seringnya langsung scroll Instagram. Eh nantinya malah kebawa baper sendiri, yaudah deh kalo udah begitu langsung tutup IG pindah ke YouTube nonton web drama Korea. Lumayan bikin mata seger dan otak fresh." Kinan terus berceloteh tiada henti, "habisnya di kampus kayak gak ada bisa buat cuci mata." 

Usai panjang lebar curhatnya, Kinan menepuk jidatnya sendiri dan memukul-mukul bantal di sampingnya. Ia geregetan sendiri, kakinya menendang udara. Saat ini ia ingin teriak sekencang mungkin. Bagaimana bisa ia langsung banyak omong dengan orang yang belum terlalu lama ia kenal itu?

Demi spatula spongebob, kemana perginya Kinan yang lugu, manis, imut nan lucu itu? Kini ia membenci dan merutuki dirinya sendiri. Bodoh! Katanya

"Wow."

Jawaban Ammar pun membuatnya kembali merasa sangat bersalah.

Kenapa juga cowok itu harus menjawab itu sih? Gak tau apa kalo gue udah jumpalitan gak karuan begini saking malunya? Dan dia jawabnya cuma wow? Tenggelamkan saya aja, Bu Susi. Lagi-lagi Kinan berbicara dengan hatinya sendiri.

"Keren juga aktivitas lo, Nan. Tapi gue rasa lama-lama kejiwaan lo bisa keganggu deh. Nanti sama cowok bisa cepet banget bapernya, padahal gak diapa-apain. Terus pas ada cowok biasa, lo malah bandingin dia sama aktor drama Korea. Gue khawatir aja."

Kinan termenung saat mendengar ucapan terakhir Ammar setelah suara seksinya itu hilang.

Gue...

Khawatir...

"Ammar khawatir sama gue?" Ia tersenyum lebar lantas memeluk tubuhnya sendiri.

Sedetik kemudian Kinan tersadar akan suatu hal. Senyumnya langsung lenyap dan berubah menjadi amarah yang berapi-api.

"Kenapa gue malah matiin telponnya Ammar? Bodoooooooohhhh!!! Apa gue gak berbakat untuk di-pedekate-in cowok ya? Salah mulu dari tadi."

❤️❤️❤️

Gilang yang sudah berdiri tampan di samping motor bebeknya langsung melepas headset di sebelah telinganya ketika melihat Kinan yang berjalan menghampirinya sambil merengek.

"Lah muka belum digosok? Kusut amat."

Ledekan Gilang semakin membuat Kinan merengek kencang. "Resek lo. Gue lagi sedih nih."

Gilang mendecak lidah, "Lo kalo dikasih foto soyjoy juga langsung lumer lagi. Pret lah"

Jujur saja, Kinan bingung dengan ucapan Gilang. "Soyjoy? Gue gak lagi diet tuh. Jadi gak mempan mau dikasih soyjoy juga." Asal tahu saja, yang dimaksud Kinan itu, soyjoy camilan untuk orang diet.

"Kok diet dah? Kagak nyambung lo mah. Orang lagi ngomongin artis Korea itu."

"Anjir... Maksud lo song Jong Ki? Kok jadi soyjoy? Jauh banget maliiiihhhh...!!!"

Gilang langsung diam. "Oh namanya udah ganti ya?"

"Lo nya aja yang bego kalo urusan begituan. Udah lah, ayok buruan jalan, gue lagi mau jadi anak rajin nih."

"Iye iye. Tumben amat ini si kentongan masjid."

"Bangsuy.." Kinan memukul pelan bahu Gilang.

Baik Gilang maupun Kinan, mereka tau kalau candaan demi candaan yang dilontarkan oleh mereka masing-masing dianggap sebagai pemersatu tali persahabatan. Jadi tidak ada yang merasa sakit hati, meskipun orang awam menganggap kata yang dilontarkan Kinan tadi sungguh tidak sopan. Apalagi secara umur, Gilang terhitung lebih tua dari Kinan.

Sepanjang perjalanan, Kinan dan Gilang diam seribu bahasa. Gilang yang fokus ke jalanan, sedangkan Kinan fokus ke orang-orang yang berlalu-lalang.

"Nan woy! Lo gak tidur kan?"

"Hah?" Kinan berteriak sambil memajukan badannya agar suara Gilang terdengar jelas.

"Lo lagi gak tidur kan?"

"Hah? Lembur? Kagak! Gue semalem kagak lembur. Eh tapi gue tidur agak malem sih, soalnya habisin dua episode drama." Suara Kinan tak kalah kencang dari Gilang.

Gilang menghembuskan nafasnya. "Bodo amat, Nan! Ngomong aja tuh sama knalpot."

Kinan kembali memukul pundak Gilang. Si empunya punggung mendengus. "apaan sih, cah?"

"Lo nanti langsung masuk kelas?" Tanyanya masih dengan suara yang kencang.

"Nongski dulu lah. Ke warkop a Eman."

Kinan menganggukkan kepalanya. "oh lu mau beli permen dulu. Yaudah gue nitip ya. Beliin permen yang pedes. Habisnya gue suka ngantuk kalo di kelas."

"Anjir!! Ini cewek kupingnya lagi di pegadaian apa gimana ya? Lama-kelamaan capek sendiri gue." Mungkin malaikat yang senantiasa berada di kiri dan kanan manusia, sedang tertawa saat mendengar bisikan hati Gilang.

Anak yang malang.

Jangan Bilang Kita Sahabat (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang