- BAB 7 -

12.6K 351 16
                                        

Gara gara omongan Jero sore tadi Alisha tidak bisa tidur dengan tenang, ia sudah mencoba mendengarkan musik, dan cara apapun untuk melawan rasa takutnya tetapi nihil.
Alisha akhirnya memberanikan diri untuk berjalan ke kamar tuan nya— ah maksudnya Jero.

Ia sudah berada di depan pintu minimalis milik Jero. Ia menarik nafas nya dalam dalam lalu mulai mengetuk pintu itu.

Tok... Tok... Tok...

suara pintu itu terbuka.
Cklek...

"Kenapa?" tanya Jero dengan ketus.

Alisha gugup, ia takut, Jero juga sama menyeramkannya dengan setan yang ia lihat di film.

"M-maaf tuan , bisakah saya tidur di kamar tuan malam ini? s-saya bisa tidur di sofa kok" jelas Alisha dengan gugup.

Jero menahan tawa nya, ia tau Alisha pasti ketakutan.
"Kenapa harus?" balas Jero dengan satu alis yang menanjak.

"S-saya takut tuan, boleh ya tuan? plis... saya ga berani tidur sendiri" mohon Alisha dengan wajah memelas. 

Jero mengangguk dengan wajah menyebalkannya
"Ya sudah, masuk"

Alisha tersenyum bahagia, tidak apa apa ia harus memohon, ia tidak masalah, tidur di lantai atau sofa pun tidak masalah asal ia tidak sendirian berada di kamar nya.

Jero sudah kembali berkutat dengan laptop nya sedangkan Alisha benar benar dalam keadaan canggung.
"Memang tuan bekerja sampai selarut ini?" tanya Alisha memecah keheningan.

"Ya, kalau lu ngantuk tidur aja, bisa kan tidur di sofa?" ujar nya tanpa melirik sedikitpun ke arah Alisha.

Alisha mengangguk dengan cepat tentu saja ia sudah bahagia di izinkan masuk.
"Bisa tuan, kalau butuh sesuatu bangunin saya tidak apa apa, saya tidur duluan ya tuan, selamat malam..." ujar Alisha cepat dan langsung berbaring di sofa.

Jero tidak menjawab ia membiarkan Alisha tertidur saja, toh Alisha sendiri yang ketakutan, Tentu saja itu bukan urusan Jero. Lebih baik sekarang Jero kembali fokus dengan data data yang di kirim oleh bawahannya, dan juga memeriksa beberapa saham yang ia punya.

Jero sudah berkutat dengan laptop dan iPad nya hampir 3 jam, dan sekarang sudah pukul 1 dini hari, Jero memijat leher nya pelan sambil menaruh laptop dan iPad yang sudah ia gunakan.
Jero menatap Alisha sejenak, Alisha tampak sedikit kedinginan dan sepertinya posisi tidur nya kurang nyaman karena mau bagaimanapun tidur di sofa itu sempit.

Jero menghela nafas nya kasar, ia bangkit dari ranjang nya dan berjalan mendekati sofa Alisha. Ia berdecak sebentar sebelum membopong tubuh mungil Alisha ke ranjang miliknya, ia langsung meletakan Alisha dengan perlahan supaya Alisha tidak terbangun. saat sudah di letakan di ranjang Alisha sedikit terusik, Jero langsung mengusap usap kepala Alisha sebentar lalu menyelimuti Alisha. ia sedikit tersenyum, bisa bisanya seorang yang sudah besar seperti Alisha masih takut akan hantu, omong kosong masalah hantu, hantu itu tidak ada, itu hanya karangan fiksi saja.

Jero ikut membaringkan tubuhnya, ikut menarik selimut dan mulai terlelap karena dirinya juga sudah mulai kelelahan.

Tanpa mereka sadari posisi mereka yang tadinya berjarak, kini sudah tidak ada lagi jarak di antara mereka berdua , Alisha yang malah mencari kenyamanan di dada Jero, sedangkan Jero ikut memeluk Alisha erat seolah Alisha tidak boleh hilang dari dekapannya, lihat saja besok pagi, mereka berdua pasti sudah di landa cekcok pagi hari karena letak posisi mereka yang ambigu sekarang.
Tapi biarkan saja setidaknya mereka menikmati kehangatan sementara.

💫💫💫

Benar saja pukul 06.00 WIB Alisha terbangun dari tidur lelapnya, ia mengerutkan kening nya saat merasa ia tidur di atas tempat yang empuk dan nyaman, dan ia menyadari pinggang nya yang memberat tentu saja berat ada lengan kekar yang memeluknya dengan posesif. Sontak Alisha langsung membuka matanya lebar lebar, melihat wajah tuan nya — ah maksudnya wajah Jero yang menyebalkan itu tepat 3 Cm di depan wajahnya, bahkan nafas Jero benar benar terasa hangat menerpa paras Alisha.
Alisha tentu saja langsung memberontak berusaha melepaskan pelukan Jero pada pinggang nya, ia di sini di gaji bukan untuk memakan gaji buta, tentu saja ia harus menyiapkan makanan yang sehat dan bergizi untuk Jero.

"Bisa Diem ga? Saya masih ngantuk."

Alisha langsung terdiam mendengar suara berat itu. Ia lagi lagi hanya mengangguk dengan posisi nya yang tidak berubah sama sekali.

"T-tapi, memang tuan tidak bekerja?" cicit Alisha pelan.

"Terserah, gw yang punya kantor nya." ujar Jero ketus dengan matanya yang masih terpejam.

Alisha memberengut sebal.
"Ish tapi saya harus masak sarapan."

Jero abai, ia tidak perduli dengan sarapan lagipula di perjalanan berangkat nanti ia bisa beli, ia hanya ingin tidur nyenyak kali ini, pelukan Alisha memang sangat berdampak positif pada tidur nya, dan ia tidak mungkin mengakui itu, di mana harga dirinya nanti? apa kata dunia.

Alisha lagi lagi hanya pasrah, ia di gaji dengan sangat besar di sini, tidak mungkin ia hanya mengeluh ,lebih baik ia tidur lagi juga menyusul Jero ke alam mimpi dari pada emosi dengan tingkah menyebalkan tuannya itu. Tapi Alisha berani bersumpah kalau mengurus Little Jero lebih mudah dan menyenangkan dari pada mengurus Jero besar yang sangat arogan, keras kepala dan menyebalkan, ah Alisha jadi rindu Jero kecil, kapan ya Alisha bisa bertemu lagi, walaupun payudara Alisha yang jadi korban tapi tidak masalah, Alisha senang bisa menyusui Jero kecil, Et tidak untuk Jero besar, Alisha tidak akan Sudi dengan orang yang arogan.

Ah mari kita tinggalkan saja keduanya yang kembali memejamkan matanya dan menjemput alam mimpi, kebencian keduanya sepertinya tidak akan bertahan lama, kita lihat saja nanti.




To Be Continued

Big Baby 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang