09

262 34 3
                                    

Aku keluar dengan rasa malu yang sangat. Masih mengutuki diri dan memukul kepala berulang kali.

“Sungguh memalukan, bagaimana aku harus berhadapan dengan Simon kalau begini. Bodoh kau bodoh. Haaahh” aku terus saja memaki hingga akhirnya aku sadar, bahwa diri tidak tau dimana berada dan seperti yang kalian tau, aku buta arah.

“Haish” yang paling menyebalkan tidak ada orang disekitar untuk aku tanyakan. “Bagaimana aku harus kembali? Haaah masa bodo ayo lurus saja” tidak mau berpusing pusing ria berfikir, menggunakan insting aku tetap berjalan.

Aku mengerjapkan mata berulang kali, ugh sudah bisa dipastikan aku salah jalan. Kampret.

Sinar matahari sangat terik, mataku tidak bisa dibuka secara sempurna. Seorang bertubuh lebih besar dariku mendekat, aku tidak bisa melihat siapa dirinya karena sinar matahari menghalangi. Aku mengedipkan mata kanan dan kiriku bergantian, berusaha melihat siapa orang di depanku.

"Apa sekarang kau menggodaku?"

Suara lelaki yang anehnya pernah aku dengar di suatu tempat, terdengar. Tapi apa yang ia bicarakan? Siapa yang menggoda siapa? Aku? dia? Aku saja tidak bisa melihat, bagaimana aku mau menggoda? Setelah memakan waktu beberapa saat untuk mataku melihat dengan jelas, dirinya ternyata kakak tingkat penganggu.

“Aaaahh Kak Nila” sejujurnya aku lupa siapa namanya, jadi mari kita sebut seingatku saja.

“APA?” dirinya terkejut dengan panggilanku.

“Aaah bukan itu? Apa Nayla? Eemm Nali?”

Mendengarku berkata, tatapannya semakin tajam.

“Aku lelaki.”

Cih tinggal bilang saja namanya, ribet sekali. 

“Untuk apa kau disini?”

Apa aku tidak seharusnya berada disini? Hah lagi lagi, aku berjanji tidak akan pernah pergi tanpa Bella. Aku mengangguk.

“Aku kehilangan arah, haahh” berkata saja apa adanya.

“Sejauh ini? Ini asrama khusus angkatan tahun kedua.” dahi kakak tingkat didepanku bertautan.

Wah, apa aku sudah berjalan sejauh itu? Meski aku tidak tau arah, aku bisa membaca peta. Hanya membaca, ketika berjalan menggunakan peta pun terkadang aku kesulitan. Peta yang aku lihat di papan menunjukkan jarak yang jauh antara asrama dan kelas angkatan pertama dengan asrama dan kelas angkatan kedua.

Apa tempat Simon dan angkatan dua ini dekat? Aku harus bagaimana disituasi seperti ini? Haruskah aku kabur? Tidak, jika kabur dan berakhir di tempat tempat aneh yang tidak boleh dikunjungi, bisa langsung berakhir masa belajarku disini. 

“Waahh benarkah? Aku tidak tau” aku menaruh tanganku didepan bibir, dirinya malah semakin menatapku seakan menyelisik isi otakku.

“Ck, kau sungguh.”

“Haaahh, Liz!”

Wah, nice Bella. Akhirnya malaikat penolongku datang. 

“Oh temanku memanggil, kalau begitu sampai jumpa Kak Nayla eh Nila. Hehe” tertawa canggung, secepat kilat aku pergi sebelum dirinya melaporkan ke guru.

“Bella!” aku mendekat padanya sebelum dirinya melihat Nila.

“Kau dari mana saja?” ada buliran keringat didahi Bella. Ugh, pasti dirinya sudah kesana kemari mencariku, betapa baik dirinya.

“Wuuaahh, aku kehilangan arah” aku memasang wajah pura pura sedih.

“Haahh sudahku duga, aku mencarimu kemana pun. Bisa bisanya kau ada disini.”

Satu Dunia ama Mas CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang