10

144 31 1
                                    

Aku melihat ke kertas yang diberikan Simon padaku. Tidak salah kan? Ini aksara jawa, mengapa bisa ditulis disini? Haahh selain itu, ada satu masalah lain. Aku tidak hafal dan tidak pandai dalam bahasa Jawa. Memang, aku pernah belajar tapi kalau kalian lupa. Aku alergi dengan belajar.

Selama masa ujian pun, aku hanya akan menyalin bagian bagian yang ada dan menjawab sembarangan. Ugh, bagaimana cara orang orang yang masuk ke dunia novel mengingat semua ilmu di kehidupannya dulu? Ah ini pasti masalah kemampuan otak dan skill. Kenapa juga otakku begini? Haahh.

“Alyysum?”

Suara seorang lelaki membangunkan kesadaranku.

Begitu aku melihat wajahnya.

‘Aku tidak ingin mengecewakan dirinya.’

“Haahh”

“Ada apa?”

Kashwan bertanya dengan suara yang jauh lebih lembut. Seolah tau apa yang aku khawatirkan.

“Eeemm”

[Alyysum, aku akan membantumu]

Aku melebarkan mata karena tiba tiba saja mendengar suara Dewi Demeter.

“Apa Dewi sedang berbicara padamu?”

Lelaki yang ada di depanku ini sepertinya sangat tertarik dengan fakta bahwa aku bisa berbicara dengan Dewi, lihat saja tubuh yang terlalu condong kedepan.

“Benar, Yang Mulia. Dewi Demeter juga akan membantu.”

Aku tersenyum, kalau begini aku bisa sering sering bertemu dengan lelaki ini. Aku tidak perlu lagi mengingat secara rinci bentuk wajahnya, untuk memulai hari dengan semangat. Uhuhuh mataku bisa melihat ketampanan lelaki ini berulang kali.

Aaaahhh, tenang tenang tidak boleh terlalu menunjukkan kesenanganku, nanti yang ada Yang Mulia Simon menghindar. Aku tetap menatap mata emasnya, menahan kegembiraan yang ingin membuncah.

“Eekkhhm”

Lagi, mengapa Yang Mulia menghindari mataku? Apa karena aku jelek? Yaahh pasti..

“Tidak”

“Ya?” aku tidak tau mengapa secara tiba tiba Kashwan berkata begitu.

“Tidak apa apa”

Mata emasnya berusaha menatap mata merahku, wajah telinga hingga lehernya memerah. Ada apa sih? Kenapa setiap bertemu denganku Yang Mulia seperti ini? Ugh.

“Kau boleh pergi.”

Mataku memicing, ingin mengetahui perubahan wajahnya tapi aku tidak bisa menemukan apapun.

“Baik Yang Mulia.”

Yah tidak ada yang bisa aku lakukan.

“A-aku akan memanggilmu untuk berdiskusi lebih jauh.”

“Baiklah, saya akan menunggu!”

Begitu mendengar suara di belakangku, aku langsung melihat kearahnya. Kegembiaraanku pasti tidak bisa ditutupi, Kashwan melihatku sambil tersenyum. Ugh, senyumannya tidak baik untuk jantungku. Aarrgghh, aku tidak tau apa yang terjadi setelahnya karena aku buru buru keluar.

🐰🐰🐰

Aku keluar dari ruangan Simon dan kembali. Berkat kejadian kemarin, aku membawa peta yang dibuat Bella terkhusus untukku.

‘Bahkan anak lima tahun bisa membaca peta yang aku buat.’

Itu katanya saat memberikan peta berdenah sederhana yang sekarang ada di tanganku.

Dan benar sekali apa yang ia katakan. Aku yang tidak bisa membaca peta rumit dengan mudah menemukan taman tempat anak tahun pertama dari perwakilan Dewi Demeter menyiram.

Satu Dunia ama Mas CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang