BAB 7

33 8 0
                                    

Keesokan harinya, Crhasiona terduduk lesu dengan kondisi yang sedikit memprihatinkan, rambutnya yang sudah kusut semakin bertambah kusut. Ada lingkaran hitam di bawah matanya yang menghiasi wajahnya di tambah sudut bibirnya yang membiru.

Gadis itu tidak mengikuti pelatihan lagi, tubuhnya tidak ingin di gerakkan saat ini dan juga kakaknya, Christian Eve melarangnya.

Melihat kedua manusia serupa di hadapannya kini sedang tersenyum manis, Crhasiona benar-benar kesal. Kemarin kedua manusia ini mengganggu tidurnya, entah dengan cara apa kedua orang ini bisa masuk ke dalam kamarnya, Crhasiona tidak mau memikirkannya. Dan pagi ini juga kedua manusia yang memiliki wajah sama ini menariknya untuk makan bersama di ruang makan kesatria.

Sebuah aula besar dengan banyak meja panjang yang berjejer di pinggir dan juga meja kecil di tengah-tengahnya mampu menampung ribuan orang di dalamnya, ini adalah aula khusus untuk makan bagi para kesatria yang bernaung di dalam benteng Drev. Ada tingkatan untuk tempat ini, bagi kesatria pemula mereka akan makan di aula utama, sedangkan bagi kesatria yang sudah berada di tingkat atas atau menengah mereka akan makan di aula dua atau lantai dua yang letaknya sedikit lebih tinggi.

Crhasiona adalah satu satunya gadis yang berada di aula ini, beberapa orang akan sesekali melihat ke arahnya secara terang-terangan atau sembunyi sembunyi. Tidak ada yang merasa heran atau aneh jika gadis ini akan ikut makan di dalam ruangan ini, bagaimanapun dia adalah putri dari pemilik benteng ini yang suka muncul di dalam kerumunan.

Tidak seperti gadis bangsawan lain yang akan menganggap kesatria adalah manusia rendahan atau kalangan biasa yang tidak pantas di ajak berteman atau hanya menganggap sebagai pengawal, Crhasiona tidak pernah membedakan mereka, dan dengan santainya berada di tengah-tengah kesatria.

Yang membuat semua orang akan melihat ke arahnya adalah penampilannya saat ini, karena sejauh mereka berada disini baru kali ini orang-orang melihat ada luka lebam di wajahnya, sebelumnya tidak ada orang yang berhasil memukulnya atau melukainya, orang-orang juga membicarakan dua pria kembar yang dekat dengan gadis itu, dan salah satunya berhasil memukul Crhasiona, sepertinya kedua pria itu akan di pertimbangkan menjadi kesatria dalam waktu dekat karena kemampuannya yang berada di atas dari kesatria pemula pada angkatannya.

Crhasiona menyipitkan matanya ketika melihat dua manusia serupa itu terus tersenyum  bahagia ke arahnya "Apa yang kau lihat?" Tanya Crhasiona

"Dirimu" ucap keduanya secara bersamaan, bahkan mereka juga saling pandang satu sama lain karena tidak menyangka akan mengucapkan kata yang sama secara bersamaan

"Ambilkan aku makanan" Ucap Crhasiona dengan malas

"Baik tuan putri" ucap mereka berdua secara bersamaan dengan menambah gerakan hormat

"Apa yang ingin anda makan tuan putri?" Tanya İdrigo Van

"Sesuatu yang lembut dan mengenyangkan perut"

"Kalau begitu kau bisa memakanku, aku sangat lembut dan aku pastikan kau akan kenyang selama sembilan bulan" ucap İdigo Han dengan senyum nakal

Beberapa orang yang mendengar Idigo Han mengatakan itu,  kini menatap khawatir ke arah Crhasiona.
Bahkan ada yang menyemburkan susu yang sedang di minumnya dan ada yang tersedak dengan makanannya. Beberapa orang tampak mencari-cari keberadaan Christian Eve, berharap pria itu tidak ada disana

"Aku tidak berniat menjadi kanibal" ucap Crhasiona kesal, membuat beberapa orang yang mendengar itu menghela nafas lega, ada yang menggeleng karena menganggap wanita itu sangat polos.

Idigo Han menoleh ke sebelahnya melihat tatapan sengit saudara kembarnya, tapi pria itu hanya mengedikan bahunya karena gadis di depannya tidak mengerti yang dia maksud.

"Kami akan mengambilkannya tuan putri, tunggu sebentar" ucap İdrigo Van langsung menyeret adik kembarnya yang bicara sembarangan itu.

Tidak lama kemudian, kedua manusia kembar itu kembali dengan membawa banyak makanan, tapi yang menarik di mata Crhasiona hanya roti dengan selai blueberry berlapis, buru-buru gadis itu mengambilnya dari nampan yang di bawa İdrigo Van.

"Apa kau hanya akan memakan itu?" Tanya İdigo Han, pria itu menyodorkan dua telur gulung dan soup jamur kepada Crhasiona "Cobalah ini"

"Aku tidak tertarik" jawab Crhasiona
Tapi setelah 20 menit berlalu, hidangan yang di sodorkan oleh İdigo Han habis tanpa sisa, bahkan roti daging yang berada di depan İdrigo Van juga bernasib sama

"Tidak tertarik hah?" Tanya İdigo Han mulai gemas dengan kelakuan Crhasiona

"Tidak, tapi cukup membuatku kenyang, terimakasih—" ucap Crhasiona langsung berdiri "Aku pergi dulu" ucap gadis itu melambaikan tangannya dengan santai membuat dua orang di depannya melongo

"Begitu saja?" Tanya İdigo Han dengan heran entah kepada siapa, tapi pria itu mendapat jawaban dari İdrigo Van

"Ya begitu saja" jawabnya dengan ragu

Crhasiona yang sebenarnya ingin menuju kamarnya untuk melanjutkan tidur, tiba-tiba berubah pikiran ketika melewati gedung penyimpanan senjata. Gadis itu memutar arah menuju belakang bangunan itu sambil mengamati situasi.

Melihat tempat itu sangat sepi berhubung saat ini masih jam sarapan, gadis itu buru-buru masuk ke celah pintu kecil yang biasa ia lalui untuk menuju pantai.

Ketika baru saja kepalanya mendongak, gadis itu di kejutkan oleh seorang pria yang kini berdiri di depan pintu tersembunyi itu. Ekspresi pria itu tampak sedikit terkejut karena melihat dinding di sebelahnya tiba-tiba terbuka

"Kau—" ucap Crhasiona lebih dulu tampak lebih terkejut karena menemukan orang lain lebih dulu

Avendra yang sudah menetralkan ekspresinya kini menaikkan sebelah alisnya menatap gadis yg kini sudah berdiri di depannya, pria itu melirik celah di belakang gadis itu, tempat Crhasiona baru saja keluar.

"Kau— kabur?" Tanya Avendra ragu

Crhasiona buru-buru menutup pintu di belakangnya yang kini sudah tampak seperti dinding tanpa celah.
"Kabur apanya?" Tanya Crhasiona

Avendra mengerutkan keningnya
"Lalu ini kau sebut apa? Bermain petak umpet?"

Crhasiona tertawa mendengar ucapan pria itu yang menurutnya memiliki selera humor yang rendah dengan di tambah ekspresi pria itu yang tampak datar

"Sebut saja seperti itu" Crhasiona memperhatikan pria di depannya yang menggunakan jubah hitam tipis dengan penutup kepala yang menutupi kepalanya "Apa yang kau lakukan disini?" Crhasiona menatapnya curiga

Avendra tidak menjawab, pria itu berjalan melewati Crhasiona
"Aku ingin berenang"

Crhasiona buru-buru menyusul pria itu, mengikuti langkah besarnya agar berjalan sejajar
"Apa di tempatmu tidak ada laut?" Tanya Crhasiona penasaran karena ini ketiga kalinya, mereka bertemu di sini

"Tidak"

"Bukankah ada banyak laut, tapi kenapa kau memilih tempat ini?"

"Karena ini yang paling dekat"

Crhasiona berhenti, gadis itu berpikir mungkinkah pria ini tinggal dekat dengan benteng ayahnya?

Melihat pria itu kini duduk di tempat yang teduh, Crhasiona langsung berlari ke arah itu dan ikut duduk di sebelahnya.

Avendra melirik ke arah Crhasiona yang kini melihat ke arah laut
"Kenapa kau lewat dari celah dinding itu?"

Crhasiona beralih menatap pria di sebelahnya
"Jika aku lewat dari gerbang utama, aku akan di tangkap"

Avendra mengerutkan keningnya, mulai berpikir liar
"Kenapa kau harus di tangkap?"

"Ayahku tidak mengizinkanku keluar, itu berbahaya. Ia juga melarangku untuk datang ke pantai sendirian"

"Ayahmu?" Tanya Avendra kini tidak bisa tidak memiliki rasa penasaran

"Benar"

"Siapa ayahmu?" Tanya Avendra

"Dandrev Barriél"



....

The Trhone of The SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang