Seorang wanita bule duduk di sampingku sambil memandangi suasana pantai. Ia terlihat begitu menikmati panorama alam yang indah ini.
Beberapa menit kemudian.
"Hello! What is your name?" tanyanya dengan pandangan yang mengarah padaku.
Aku merasa sedang syuting film Hollywood saat mendengarnya bertanya seperti itu padaku. Dan aku juga teringat saat itu ...
"Hello! My teacher and my friends. My name is Alma Saputri. My nick name is Alma but my family call me Rindu. My Hobby is reading and writing. My ambition is a writer. I think that is all. Thank you." Seperti itulah susana perkenalan diriku saat pelajaran bahasa Inggris berlangsung. Satu persatu kami siswa-siswi maju dan memperkenalkan diri dihadapan guru dan teman-teman dengan menggunakan bahasa Inggris.
Beberapa menit sebelumnya, kami diberikan kesempatan untuk latihan terlebih dahulu bersama teman sebangku. Agar saat kita tampil tidak perlu berfikir tentang apa yang akan disampaikan nantinya.
Alhasil, Sembilan puluh persen siswa-siswi mampu melakukannya dengan baik, hanya beberapa yang masih belum lancar menggunakan bahasa inggris.
"Helloo!!!" katanya lagi sambil memetikkan jarinya di depan wajahku yang baru saja tersentak dari lamunan.
"Yes, I'm sorry. What did you said?" tanyaku. Aku benar-benar lupa apa yang dikatakannya tadi.
"What is your name?" dia bertanya dengan jelas kali ini.
"Mm my name is Alma Saputri, but my family call me Rindu," kuperjelas jawabanku. Dan kami saling berjabat tangan. Tangannya begitu lembut dan agak lembab.
"And you?" tanyaku balik. Aku juga penasaran, siapa sih bule yang berambut panjang, pirang dan berkulit putih kemerah-merahan ini? Aku memang beberapa kali bertemu dengan orang bule sepertinya. Tapi, baru kali ini ada yang menyapaku.
"Me Angel. Everyone call me Angel except my mom call my darling." Dia tersenyum lepas melihat pemandangan indah dihadapan kami.
Kami ngobrol banyak tentang pengalaman hidup kami. Terkadang bahasaku bercampur antara Inggris-Indonesia. Dan dia tidak mempermasalahkan hal itu. Dia juga sesekali menggunakan bahasa Indonesia.
Ada satu hal yang membuatku terkesima tentang kepribadian dirinya. Ia begitu kagum pada Islam. ia bercerita bahwa satu tahun terakhir ini ia belajar tentang Islam lewat internet. Banyak hal yang membuatnya jatuh hati pada Islam, terutama pada wanita muslimah yang kehormatannya begitu dijunjung tinggi dalam Islam.
"Kamu pasti sangat bersyukur terlahir dari keluarga yang beragam Islam. Dalam Islam wanita sangat dihormati, bahkan dalam hal berpakaian sekalipun kalian dianjurkan berpakaian tertutup saat berada di luar. Bukan begitu?" tanyanya. Ia ingin mendengar pendapatku.
"I'm sorry, aku tidak tahu itu. Aku hanya menggunakan kerudung ini karena perintah mama. Sepertinya pengetahuan Anda tentang agama aku lebih luas dari diri aku sendiri. Aku merasa begitu rendah saat non muslim lebih mengerti aturan agamaku dibanding diriku sendiri." Kataku tertunduk malu dihadapannya.
"Come on. Jangan seperti itu. Aku tahu semua itu karena aku begitu kagum dengan Islam dan berusaha untuk belajar lewat internet secara diam-diam, karena orang tuaku tidak suka aku belajar Islam," dia curhat padaku.
Aku dengan polosnya bertanya,
"kakak kenapa tidak masuk Islam saja?" Kutatap wajahnya yang sedang tertunduk."Mama papa tidak setuju kalau aku masuk Islam." dia menatapku kali ini.
"tapi kan ini hidup kakak, ini pilihan kakak, kenapa harus minta persetujuan orang tua?"
"Aku tidak ingin menyakiti perasaan orang tuaku. Bagaimanapun merekalah yang membesarkanku sampai bisa seperti sekarang ini." Ia menghela nafas panjang. Aku hanya diam tak tahu harus ngomong apa.
Beberapa menit berlalu.
"Sudahlah. Mungkin inilah yang dikehendaki Tuhan." Ia beranjak dari tempat duduknya.
"Aku duluan ya. Hari sudah semakin sore." Ia menunduk, melihatku yang masih duduk.
Suara adikku mengagetkanku. Dan ya, aku baru tersadar, ternyata aku hanya mengingat momen yang indah itu. Kenangan itu terjadi tiga tahun yang lalu. Setelah pertemuan saat itu, aku tak pernah lagi bertemu dengannya.
Tanpa kusadari, ada gejolak rindu yang mendalam hadir dalam jiwaku. Rindu. Ya rindu dengan sosok wanita yang menginspirasiku dalam melakukan perubahan. Aku belajar Islam lebih mendalam setelah pertemuan itu. Dan kini pengetahuan ku tentang Islam semakin bertambah berkat inspirasi darinya.
"Kak Rindu, ayo cepat siap-siap. Kita udah mau berangkat nih." Kata Adikku.
"Ke mana?" tanyaku heran.
"Ke pantai." Adikku kegirangan sambil melompat.
"Ke pantai..." gumamku dalam hati. Rasa rinduku semakin menggebu saat mendengar kata itu.
Perjalanan ke pantai cukup jauh. Namun, pemandangan yang kami lewati begitu indah, sehingga membuat perjalanan kami serasa singkat. Aku menikmati suasana yang indah ini. Begitu banyak kenangan yang terlintas dipikiranku saat ini. Tiba-tiba...
"Assalamu 'alaikum... ini Rindu, kan?" seorang wanita dengan balutan jilbab merah yang melekat ditubuhnya menyapaku.
"Wa'alaikum salam... siapa ya?" Tanyaku heran.
"Oh my God. Rindu, ini aku Angel." Katanya sambil memelukku.
Kulepas pelukannya. Aku menatapnya mulai dari kepala hingga ujung kaki. Aku tidak percaya.
"Tapi, kan..."
"Sudahlah. Ceritanya panjang." Ujarnya.
"Rindu, tidakkah kau merasa rindu padaku?" tanyanya.
"Ya Allah. Kak Angel masuk Islam." Sekarang aku yang memeluknya lebih erat dari pelukannya tadi.
Setelah pertemuan mengharukan itu, kak Angel menceritakan semuanya. Tentang bagaimana caranya ia begitu gigih meminta restu kedua orang tuanya untuk masuk Islam. Dan yah, kak Angel telah menemukan lelaki pasangan hidupnya, yang akan membimbingnya di dunia hingga menuju Jannah-Nya.
Ana
-1 Mei 2023-
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Remaja
Short StoryKumpulan Cerpen Remaja "Jadi Keren Tanpa Boyfriend" "Untuk kesan yang saya dapat selama sekolah di sini itu beragam. Namun, salah satu yang paling berkesan adalah ketika ada teman kami yang mengatakan bahwa punya boyfriend itu keren. Nyatanya itu sa...