14. Best Friend's

804 10 6
                                    

Mentari pagi mengiringi kami menuju ke sekolah hari ini. Aku Anna, orang yang paling pendiam di antara teman-teman yang lain. Aku bicara saat ditanya saja atau teman yang lain meminta pendapat dariku. Selebihnya aku hanya diam.

Aku patut bersyukur, karena mereka tak pernah membiarkanku sendiri. Ke manapun mereka pergi, mereka selalu mengajakku. Meskipun aku hanya diam di saat mereka bercengkerama, namun mereka tetap menghargai keberadaanku.

"Na, tugas matematika kamu sudah selesai, belum? Semalam aku kesulitan menyelesaikan soal bagian lima. Apa kamu berhasil mendapat jawabannya?" Amel bertanya sambil sesekali menoleh ke arahku yang berada di belakangnya.

"Sudah. Tapi, aku tidak terlalu yakin dengan jawabannya." Jawabku mengikuti arah laju sepedanya. Aku heran, kenapa Amel bertanya padaku? Padahal kan di sini ada teman yang lain juga. Seharusnya pertanyaan itu ditujukan untuk semuanya.

"Mel, kenapa kamu tidak tanya ke aku juga, sih? Kan, aku juga butuh perhatian dari kamu." Sari yang mengendarai sepeda warna biru muda dengan mengenakan tas ransel hitamnya merasa dicuekin.

"Kan, kalau nanyanya ke kamu jawabannya sudah pasti seperti ini nih, -belum, nanti aku liat punya kamu, ya-" Riadi yang berada di tengah mencoba mengikuti gaya bicara Sari. Ia memang terkenal dengan sifat jailnya.

"Enak aja kamu kalau ngomong!!! Memangnya punya kamu sudah selesai? Pasti belum juga, kan?"

"Tapi, setidaknya..."

"Ah,,, sudahlah. Bilang saja kalau tugas kamu juga belum selesai." Sari merasa jengkel dijailin Riadi.

"Santai aja kali, cuman bercanda kok. Yaa maaf kalau candaanku berlebihan." Riadi merasa bersalah. Ia tidak ingin Sari marah hanya karena candaannya.

"Makanya, kalau bercanda itu yang lucu. Bukan malah menyinggung perasaan orang." Sari melihat ke arah Riadi.

"Maaf." Kata Riadi.

"Kalian bagaimana, sih? Pagi-pagi kok udah bertengkar aja. Bukannya membicarakan hal yang baik-baik." Giliran Maulana yang mengeluarkan suara.

"Benar banget tuh." Bagas menimpali.

Selama tiga puluh menit mengendarai sepeda ke sekolah, akhirnya kami sampai juga. Kami memarkir sepeda di samping sekolah yang berdekatan dengan kantin tempat kami jajan atau sarapan setiap pagi jika tidak sempat sarapan di rumah sebelum berangkat ke sekolah.

Kami berjalan beriringan menuju ke kelas. Kali ini tidak ada yang mampir ke kantin. Entah ada apa? Mungkin mereka sudah pada sarapan. Karena biasanya, jika belum sarapan, mereka langsung menuju ke kantin dan saling berebutan tempat duduk meski banyak tempat duduk yang kosong. Mereka terlihat iseng. Aku hanya bisa menyaksikan tingkah mereka.

Rasanya aku juga ingin berbaur dengan mereka. Tapi aku merasa minder. Kepercayaan diriku hilang saat bersama mereka. Aku juga tidak berani keluar dari zona nyaman.

Kemarin ada siswa kelas sebelah datang ke kelas kami. Lalu dia menggangguku. Dia mengatakan aku cantik lalu menyentuh pipiku dengan tangannya. Aku hanya menunduk dan tidak bisa melakukan apa-apa. Aku sangat takut waktu itu. Baru kali ini ada orang yang menyentuhku selain kedua orang tuaku.

Saat itu hanya beberapa siswi yang ada di dalam kelas. Amel dan teman-temanku yang lain berada di luar ruangan. Mereka mengajakku. Tapi, aku merasa tidak ingin kemana-mana saat itu.

"Hay, aku boleh duduk di sini, nggak?" tanya siswa yang tadi menyentuh pipiku. Rasanya aku ingin memukulinya. Tapi, apa aku bisa melakukan semua itu? Itu konyol. Aku sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku berusaha untuk beranjak pergi. Namun, saat aku berdiri dari tempat duduk dia langsung menarikku untuk duduk kembali. Seketika tubuhku gemetaran. Untung teman-temanku datang tepat waktu dan langsung menyuruh mereka pergi. Kalau tidak, habislah aku.

"Na, kamu nggak apa-apa, kan?" Amel berjalan mendekatiku. Ia terlihat begitu mengkhawatirkanku.

"Iya, aku nggak apa-apa kok. Makasih yah udah nolongin aku."

"Sama-sama. Sudah seharusnya kami melakukan ini, bukan? Saling tolong menolong dan memberikan bantuan bagi siapa pun yang membutuhkan. Tugas manusia kan memang seperti itu." Kata Maulana. Ia terlihat bijak.

Masih teringat dengan jelas dipikiranku kejadian buruk itu. Bahkan aku sudah berusaha untuk melupakannya, namun susah untuk dilupakan.

"Na, ada apa? Kok berhenti di depan pintu?" Amel yang sudah duduk di kursi, menatapku heran.

"Iya, ada apa sih? Dari tadi aku perhatikan kamu melamun terus di sepanjang jalan ke kelas. Apa kamu sakit?" tanya Sari yang duduk di samping Amel.

"Aku nggak apa-apa kok." Aku melangkah menuju ke tempat duduk.

"Tenang aja, Na. Nanti kalau mereka datang mengganggumu lagi, kami pasti ada untuk melindungimu. Kami tidak akan membiarkan mereka menyakitimu. Anggap saja kami sebagai sahabat pelindungmu." Lagi-lagi Maulana mengeluarkan kata-kata bijaknya.

"Kalau mereka datang untuk mengganggumu lagi, kami pasti akan memberikan mereka pelajaran." Riadi tak mau kalah memberikan pendapatnya kali ini.

"Pelajaran apa, Di? Pelajaran kimia atau matematika?" Kata Sari meledek Riadi. Beberapa teman yang lain langsung tertawa mendengar perkataan Sari.

"Mmm, pelajaran agar mereka tidak mengganggu siapapun lagi, lah. Lagian kalau mereka diberi pelajaran matematika, mana mungkin aku bisa mengajarinya. Aku saja tidak faham soal pelajaran matematika." Kata Riadi. Teman-teman yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Ee, Na. Aku boleh lihat jawaban tugas kamu, nggak, yang bagian nomor lima? Soalnya aku benar-benar tidak menemukan jawabannya." Amel terlihat sangat berharap padaku.

"Boleh. Tapi, jangan salahkan aku kalau jawabannya salah." Aku memberi peringatan.

"Aku mau liat juga, dong." Sari tidak mau ketinggalan soal menyelesaikan tugas. Begitu juga dengan teman-teman yang lain. Mereka selalu bekerja sama dalam segala hal.

Siswa yang baik adalah siswa yang saling menghargai satu sama lain. Sama seperti mereka teman-teman seperjuanganku dalam menuntut ilmu. Mereka adalah teman-teman terbaik yang kumiliki saat ini. Semoga pertemanan ini terus terjaga dan jangan sampai ada kata benci di antara kita.

Ana
-1 September 2023-

Kumpulan Cerpen Remaja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang