Iis melangkah terburu-buru menuju gerbang sekolah yang sebentar lagi akan ditutup oleh satpam. Iis tidak mau membuat sejarah terlambat datang ke sekolah hanya karena ia tidak punya kendaraan. Iis masih punya ke dua kakinya yang bisa ia gunakan untuk berjalan ataupun berlari demi sampai di sekolah.
Beberapa meter sebelum Iis sampai, satpam sudah terlihat berdiri bersiap untuk menggeser pagar sekolah. Iis segera berlari-lari kecil sebelum pagar itu digeser. Namun, ada motor yang tiba-tiba melesat dengan cepat di sampingnya yang membuat hembusan angin menerpa wajahnya dan menggoyang-goyangkan kerudungnya. Iis menebak, itu pasti si Melati dan boyfriendnya. Melati, teman sekelasnya yang pernah mengatakan kalau punya boyfriend itu keren.
"Memang keren sih, setiap hari diantar-jemput ke sekolah pakai Moge." Kata Iis pelan setelah melihat Melati dan boyfriendnya memasuki gerbang sekolah. "Aish, mikir apa sih aku, punya boyfriend kan sama sekali nggak keren." Iis menggelengkan kepalanya agar pikiran negatif itu menghilang.
Sementara di tempat lain, Tika dan Wulan sudah menunggu Iis sedari tadi. Sudah menjadi kebiasaan mereka saling menunggu sebelum masuk ke kelas.
"Assalamu'alaikum guys,,," sapa Iis setelah sampai di dekat sahabatnya.
"Wa'alaikumsalam,,," jawab Tika dan Wulan bersamaan.
"Is, telat lagi?" tanya Melati. Iis hanya diam melihat Melati yang menunggu boyfriendnya yang sedang memarkir motor.
"Makanya, buruan punya boyfriend, biar ada yang antar ke sekolah." Melati memberi saran untuk Iis.
"Pertama, terima kasih atas sarannya. Kedua, maaf aku nggak tertarik saran dari kamu." Ucap Iis lalu mengajak kedua sahabatnya untuk pergi dari hadapan Melati.
"Kenapa? Bukannya kalian sudah aku beri tahu ya, kalau punya boyfriend itu keren? Kalian nggak percaya?" tanya Melati yang membuat langkah ketiga teman sekelasnya itu berhenti, lalu dengan cepat Melati melangkah mendekat ke arah mereka. "Atauu, jangan bilang kalian nggak tahu lagi, gimana caranya menaklukkan hati cowok." Melati tersenyum smirk.
"Apaan sih." Tika merasa kesal dengan sikap Melati.
"Nggak tahu tuh, isi pikirannya cowok mulu. Belajar gih, bentar lagi ujian." Wulan menggandeng tangan Iis dan Tika lalu melangkah pergi meninggalkan Melati yang terlihat kesal dengan ucapan Wulan.
"Ngomong-ngomong guys, kalian ada yang tahu nggak gimana caranya jadi keren tanpa boyfriend?" tanya Iis saat mereka berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ke kelas.
"Sebenarnya banyak sih. Salah satunya menjadi siswa yang berprestasi. Apalagi kalau bisa masuk universitas tanpa melakukan test. Asli, itu keren banget sih!!!" Tika menyampaikan pendapatnya dengan penuh semangat.
"Atau dapat beasiswa kuliah ke luar negeri. wah, itu lebih keren lagi!" Wulan juga terlihat bersemangat saat membahas tentang kuliah ke luar negeri.
"Lan, memangnya kamu mau kuliah ke luar negeri?" tanya Iis. Wulan mengangguk lalu tersenyum.
"Yaa wajar sih, kalau Wulan mau kuliah ke luar negeri. Kan, kita semua tahu kalau Wulan sahabat kita yang tercinta adalah sang juara di sekolah ini. Peringkat satu selalu ia dapat di setiap kenaikan kelas. Pasti akan mudah untuk dapat beasiswa ke luar negeri." Tika memuji Wulan, siswa sekaligus sahabatnya yang selalu mendapat nilai tertinggi di antara siswa yang lain.
"No, jangan memuji kayak gitu dong." Wulan memang tidak suka dipuji seperti itu. Namun, nyatanya pujianlah yang selalu ia dengar baik dari keluarga, guru ataupun teman-temannya. Bukannya Wulan tidak bersyukur saat dipuji, dia hanya tidak ingin dirinya besar kepala saat mendengar pujian itu.
"Kalau Wulan lanjut kuliah ke luar negeri, berarti kita pisah dong. Padahal, aku ingin kuliah bareng kalian." Iis merasa sedih jika nanti ia harus berpisah dengan sahabat-sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Remaja
Short StoryKumpulan Cerpen Remaja "Jadi Keren Tanpa Boyfriend" "Untuk kesan yang saya dapat selama sekolah di sini itu beragam. Namun, salah satu yang paling berkesan adalah ketika ada teman kami yang mengatakan bahwa punya boyfriend itu keren. Nyatanya itu sa...