Hari ini Naura berangkat ke sekolah dengan semangat 45. Terlihat dari raut wajahnya, senyumnya, dan percaya diri yang dimilikinya.“Kring-kring-kring.” Terdengar suara sepeda dari belakang. Naura menoleh, dilihatnya seorang laki-laki tampan dengan pakaiannya yang terlihat rapi dan tersenyum kepadanya.
“Hay,, kamu Naura, kan?” tanya laki-laki tersebut yang memiliki nama Muhammad Danny, salah seorang pengurus OSIS di SMAN Harapan 1 Japdal. Selain wajahnya yang tampan, Danny juga memiliki otak yang cerdas dan pernah mempersembahkan piala, yaitu saat olimpiade tahun lalu.
“Eh, kak Danny. Iya kak, aku Naura.” Kata Naura sambil tersenyum.
“Mm, aku pikir aku salah orang.” Kata Danny setelah turun dari sepeda.
Mentari pagi mulai menampakkan sinarnya. Menyinari dua insan yang berbeda. Angin sepoi-sepoipun ikut menyapa, untuk mereka yang selalu ceria.
“Mm, ka’ Danny tahu dari mana namaku?” tanya Naura masih terus tersenyum.
“Tahu dari teman kamu. Kamu masih ingat kan, kejadian kemarin?” tanya Danny yang berjalan di samping Naura.
“Ooh,, waktu kejadian itu.” Kata Naura sambil menunduk. Naura merasa malu kalau mengingat kejadian itu. Bagaimana tidak merasa malu coba? Waktu itu, Naura sedang dihukum gara-gara tugasnya belum selesai dikerjakan. Dia diejek oleh teman-temannya. Dan sekarang Naura sedang berhadapan dengan orang nomor satu di sekolahnya. Naura yang tadinya terlihat ceria, namun setelah membahas kejadian kemarin, Naura langsung berubah, Naura merasa seakan kepercayaan dirinya hilang begitu saja.
Di sekolah, tepatnya di depan kelas XI IPS, Lara terlihat sibuk membersihkan halaman bersama dengan teman-teman yang lain. Dari kejauhan mereka melihat Naura yang jalan bareng dengan Ka’ Danny.
“Ra, sepertinya ka’ Danny suka deh sama Naura.” Kata Jane yang berdiri di samping Lara.
“Ah, ngga’ mungkin. Ka’ Danny dulu pernah nyatain suka sama aku, tapi aku cuek aja.” Kata Lara tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.
“Yaa,,, siapa tahu waktu itu ka’ Danny langsung beralih ke Naura. Buktinya mereka datang ke sekolah bareng.” Kata Lia sambil mencabut rumput.
“Aku bilang ngga’ mungkin, ya ngga’ mungkin.” Kata Lara sambil membuang sampah yang ada di tangannya. Lara segera masuk ke ruang kelas dengan muka yang tak bersahabat.
“Lara kenapa? Kok dia malah marah-marah.” tanya Jane.
“Mungkin dia cemburu kali.” Kata Lia.
Beberapa menit kemudian, bel berbuyi. Jam pelajaran pertama segera dimulai. Sementara menunggu Ibu guru, Lara mendekati Naura yang sedang mempersiapkan alat-alat tulis.
“Naura,,,” kata Lara sambil duduk disamping Naura.
“Eh, Ra. Ada apa?” tanya Naura sambil menoleh ke arah Lara.
“Kamu suka ya, sama ka’ Danny?” tanya Lara tanpa basa-basi.
“Maksud kamu? Bukannya kita diciptakan untuk saling menyukai, bukan membenci?" tanya Naura.
“Maksudku…” belum selesai Lara berucap, Naura langsung memotong pembicaraan.
“Maksud kamu pacaran gitu? Seperti para remaja zaman sekarang?" tanya Naura.
“Ya kenyataannya memang seperti itu, jalan bareng berdua, bukannya itu yang sering dilakukan oleh para remaja yang kamu maksud?” tanya Lara dengan suara yang sedikit meninggi.
“Lara, Lara. Ku akui otakmu memang cerdas, pintar. Tapi kenapa pikiranmu sempit sekali.” Naura menghela nafas panjang dan melanjutkan kata-katanya. “Coba kamu lihat…” kata Naura sambil menunjuk keluar, di sana ada dua orang yang sedang berjalan, mereka adalah Ibu dan Bapak guru. Kemudian Naura melanjutkan kata-katanya, “jadi, kamu pikir mereka berdua juga pacaran?” tanya Naura.
“Ya ngga’lah. Mereka kan sudah punya pasangan masing-masing.” Kata Lara.
“Nah,, itu maksudku. Aku sama ka’ Danny ngga’ punya hubungan apa-apa kok, cuma teman biasa, yaa,, seperti kamu. Lagian di dalam agama kan, nggak dibolehin pacaran.” Kata Naura.
Beberapa menit kemudian, Ibu guru datang. Lara segera kembali ke tempat duduknya.
“Ra,, benar dugaan kamu, Aku suka sama ka’ Danny. Mungkin ini yang di namakan cinta. Tapi cukup aku dan Tuhan yang tahu. karena aku tahu, aku ngga’ pantas buat ka’ Danny. Lagian, aku ngga' boleh pacaran. Apalagi ka’ Danny seorang sosok yang cerdas, sedangkan aku...” Kata Naura dalam hati.
“Naura, Arul, ini hasil ulangan kalian, kerjakan kembali.” Kata Ibu guru sambil meletakkan kertas ulangan di atas meja. Di kertas tersebut tertulis angka 40 untuk hasil ulangan Naura. Seperti itulah sosok Naura, seorang yang memiliki otak standar, namun tetap selalu semangat.
Bel pulang telah berbunyi, siswa dan siswi bergegas meninggalkan sekolah. Naura berjalan menuju pagar, seketika langkahnya terhenti ketika pandangannya tertuju pada dua sosok yang dia kenal. Mereka adalah Lara dan ka’ Danny.
“Ka’ Danny dan Lara terlihat sangat serasi. Kenapa aku ngga' suka melihat mereka bahagia? Lalu kenapa pula aku diberi perasaan suka dengan orang yang tak suka aku. Apa ini yang dinamakan cinta sendiri?” tanya Naura dalam hati. Beberapa saat kemudian Naura melangkah pergi.
“Jujurku dalam hati, ku selalu mengagumimu. Biarlah hanya aku dan Tuhan yang tahu. Biarlah ku pendam rasa cinta ini di dalam diamku, ku mendengar kata orang bahwa ‘kalau jodoh pasti bertemu’.” Kata Naura meneruskan langkahnya dan mencoba untuk tetap tersenyum.
Ana
-8 Mei 2023-
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Remaja
Historia CortaKumpulan Cerpen Remaja "Jadi Keren Tanpa Boyfriend" "Untuk kesan yang saya dapat selama sekolah di sini itu beragam. Namun, salah satu yang paling berkesan adalah ketika ada teman kami yang mengatakan bahwa punya boyfriend itu keren. Nyatanya itu sa...